feedburner
INGIN BOCORAN ARTIKEL TERBARU GRATIS
Delivered by FeedBurner

feedburner count

Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian dan kesakitan akibat komplikasi kehamilan, persalinan, nifas saat ini di dunia masih sangat tinggi. Tahun 2007 setiap 1 menit di dunia seorang ibu meninggal dunia. Dengan demikian dalam 1 tahun ada sekitar 600.000 orang ibu meninggal sia-sia saat melahirkan. Sedangkan di Indonesia dalam 1 jam terdapat 2 orang ibu meninggal karena komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas (Ide Bagus, 2011).
Di Propinsi Jawa Timur pada tahun 2007 terdapat 690.282 jumlah ibu hamil, dari sejumlah kelahiran, tercatat 354 kasus kematian maternal, yang terjadi pada saat kehamilan 65 orang, kematian pada saat persalinan 221 orang dan kematian ibu nifas 68 orang ( Raffel Subakhi, 2008).
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6-8 minggu ( Sarwono Prawirohardjo, 2005). Dimana selama waktu tersebut pada seorang ibu nifas seringkali terjadi masalah tanda bahaya masa nifas. Hal ini sangat penting dan perlu untuk di ketahui oleh ibu nifas. Karena dengan di ketahuinya tanda bahaya masa nifas, bila terjadi masalah tersebut akan di ketahui atau terdeteksi secara dini adanya suatu komplikasi.
Pada wanita atau ibu nifas penjelasan mengenai tanda-tanda bahaya masa nifas sangat penting dan perlu, oleh karena masih banyak ibu atau wanita yang sedang hamil atau pada masa nifas belum mengetahui tentang tanda-tanda bahaya masa nifas, baik yang diakibatkan masuknya kuman kedalam alat kandungan seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri) (Prawirohardjo, 2005).
Hasil studi pendahuluan di Wilayah Puskesmas Pesanggaran pada bulan Juni 2011, di dapatkan data dari 9 orang ibu nifas, yang mempunyai masalah masa nifas di antaranya 1 orang dengan masalah penyulit menyusui yaitu bendungan ASI, 1 orang ibu nifas dengan masalah infeksi pada bekas jahitan dan 1 orang ibu nifas dengan masalah sub-involusi karena adanya sisa plasenta.
Berdasarkan uraian di atas di dapatkan 3 orang yang mempunyai masalah bahaya masa nifas. Data tersebut merupakan sebagian data dari ibu nifas dengan masalah bahaya masa nifas, yang di ketahui atau terdeteksi oleh tenaga kesehatan. Tapi sebenarnya masih banyak ibu nifas yang mengalami masalah bahaya masa nifas, yang tidak di ketahui atau terdeteksi oleh tenaga kesehatan. Penyebab tidak di ketahuinya masalah bahaya masa nifas yaitu kurangnya pengetahuan ibu nifas. Dimana yang mempengaruhi pengetahuan dari ibu nifas yaitu faktor yang mempengaruhi pengetahuan (pendidikan, usia, pekerjaan, informasi, pengalaman, lingkungan, sosial ekonomi, sosial budaya) dan juga konseling dari tenaga kesehatan selama kehamilan dan setelah persalinan (Notoadmodjo, 2005).
Asuhan masa nifas sangat di perlukan dalam periode ini karena masa nifas merupakan masa kritis untuk ibu dan bayi. Dengan demikian di perlukan suatu upaya untuk mencegah terjadinya suatu masalah tanda bahaya masa nifas. Untuk itu di perlukan suatu peran serta dari masyarakat terutama ibu nifas untuk memiliki pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya masa nifas. Selain itu juga di perlukan peran serta dari tenaga kesehatan dengan memberikan konseling selama kehamilan, setelah persalinan, dan melakukan kunjungan rumah yaitu KN.1 dan KN.2 sesuai standart pelayanan. Dari upaya tersebut di harapkan dapat mengetahui dan mengenal secara dini tanda-tanda bahaya masa nifas, sehingga bila ada kelainan dan komplikasi dapat segera terdeteksi (Prawirohardjo, 2005).
Memperhatikan angka kematian ibu dan perinatal dapat diperkirakan bahwa sekitar 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian tersebut yaitu penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jumlah tenaga medis dan non paramedis di perbanyak sehingga pelayanan kesehatan umumnya dan pelayanan kebidanan khususnya mutu dan jangkauannya, secara bertahap di tingkatkan (Rustam Mochtar, 2002).

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1.    Batasan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini, dibatasi hanya sebatas tahu tentang pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.
2.    Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas Di Wilayah Puskesmas Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi?
3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas di wilayah Puskesmas Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi.

C. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis.
Penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara spesifik mengenai gambaran pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.
2. Secara Praktis.
Meningkatkan kualitas pengetahuan kesehatan khususnya tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.
3. Bagi Peneliti.
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan ilmu pada bidang asuhan kebidanan nifas khususnya tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.200

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas

Gambaran Pengetahuan Ibu Inpartu Tentang Proses Persalinan Fisiologi Kala II

BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang.

Persalinan merupakan proses alamiah ketika terjadi pembukaan serviks serta pengeluaran janin dan plasenta dari uterus ( Siti Maimunah, 2005 : 138 ). Dalam persalinan dibagi menjadi empat kala meliputi : kala I, kala II kala III, kala IV. Kala II yaitu kala pengeluaran oleh karena adanya kekuatan his dan kekuatan mengedan janin didorong keluar sampai lahir, pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali, dalam hal ini kepala janin biasanya sudah masuk ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflek terus menimbulkan rasa mengedan, wanita merasa pula tekanan pada rectum dan hendak buang air besar ( Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, 2006 : 194 ). Sekalipun reflek mengejan terjadi secara spontan, tetapi sering kekuatan itu malah tertahan dibatas leher, sehingga leher ibu menjadi tegang, dan ibu sering sekali meneran sebelum adanya his, bila ibu meneran dengan tidak adanya his akan sia-sia karena his merupakan salah satu kekuatan ibu yang mendorong janin keluar, serta pengambilan posisi yang kurang benar sehingga ibu mengejan tersia-siakan karena tenaga ibu tidak tersampaikan pada sasaran , ini menyebabkan ibu kelelahan dan menurunnya tenaga meneran sehingga persalinan menjadi lama dan berpengaruh terhadap bayi yaitu asfiksia (Depkes, 2000 : 3-4 ). Tenaga mengejan ibu merupakan salah satu dari faktor yang mempengaruhi persalinan meliputi : Kekuatan Ibu, Janin dan Jalan Lahir ( Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, 2006 : 194 ). Tingginya AKI di Indonesia erat kaitannya dengan kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesiapan persalinan dan pemanfaatan layanan kesehatan selama kehamilan atau persalinan. Selain itu faktor usia, paritas dan juga pendidikan berpengaruh terhadap kematian ibu di seluruh kabupaten/kota.( http://pos-kupang.com/printnew/artikel/06/2009 ).
Salah satu sebab tingginya kematian maternal dan perinatal di Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya adalah akibat partus lama. Hasil AMP ( Audit Maternal dan Perinatal ) di Jawa Timur, selama periode Januari sampai Desember 2008 mendapatkan bahwa penyulit ibu terbanyak adalah partus lama (16%), disusul partus kasep (11%), pre-eklampsia dan eklampsia. Sedangkan pada bayi terbanyak adalah asfiksia neonatorum, yaitu 57,7% ( Supriatmaja, www. Kalbe. Co.id/ 2009/ Pengaruh Senam Hamil ), di Kabupaten Banyuwangi AKI (Angka Kematian Ibu ) sebanyak 70% perdarahan dan disebabkan partus lama sebanyak 13% sisanya eklampsia( http://www. Pos-Banyuwangi. Com/05/2009/ ), sedangkan di Puskesmas Pesanggaran terjadi partus lama sebanyak 9 persalinan dari 100 persalinan.
Dalam pengamatan penulis selama praktek di Puskesmas Pesanggaran, banyak ibu-ibu bersalin yang belum mengetahui tata cara proses persalinan. Untuk itu penulis sangat tertarik akan meneliti pengetahuan ibu inpartu tentang proses persalinan khususnya pengetahuan tentang proses persalinan kala II. Dengan tingginya pengetahuan ibu tentang proses persalinan khususnya persalinan kala II, diharapkan persalinan berjalan dengan lancar sehingga bayi lahir dengan spontan, sehat dan ibu bersalin tanpa komplikasi.
Maka dari itu Penulis mengajak kepada ibu-ibu pada umumnya, serta pada ibu hamil pada khususnya, untuk menggali pengetahuan tentang persalinan, setelah mengetahui dan mengerti tentang cara-cara persalinan pada ibu-ibu diharapkan persalinan berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Penulis berharap karya tulis ini dapat dijadikan sebagai salah satu sarana untuk memperluas serta menambah informasi guna meningkatkan pengetahuan tentang persalinan sehingga meminimalkan komplikasi pada ibu Bersalin dan Komplikasi Bayi Baru Lahir.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka Rumusan Masalah Penelitian ini yaitu “ Bagaimanakah Pengetahuan Ibu Inpartu Tentang Proses Persalinan Fisiologi Kala II di BPS Wilayah Puskesmas Pesanggaran, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi ? “

C. Tujuan Penelitian.
Tujuan dari penelitian ini adalah “Mengetahui Pengetahuan Ibu Inpartu Tentang Proses Persalinan Fisiologi kala II di BPS Wilayah Puskesmas Pesanggaran, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi”.

D. Manfaat Penelitian.
Bagi Institusi Pendidikan.
Memberikan nilai sumber kepustakaan di Poltekkes Majapahit sebagai wacana kepustakaan baru mengenai Pengetahuan Ibu Inpartu tentang proses persalinan kala II.
Bagi Peniliti.
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam rangka pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan pada bidang persalinan, khususnya persalinan kala II yang terkait di dalam melakukan penelitian.
3. Bagi Masyarakat.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi masyakat, ibu – ibu hamil pada khususnya, dan diharapkan adanya sikap meningkatnya tingkat pengetahuan tentang persalinan.
4. Bagi Pemerintah atau lembaga.
Mendapatkan kontribusi / bantuan pemikiran dari peneliti sehingga ada perbaikan – perbaikan penyempurnaan dari kondisi sebelumnya.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.199

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Ibu Inpartu Tentang Proses Persalinan Fisiologi Kala II

Gambaran Pengetahuan Ibu Inpartu Tentang Inisiasi Menyusui Dini


BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setiap Bayi Baru Lahir berhak mendapatkan Air Susu Ibunya, karena dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) dalam satu jam pertama kehidupannya, maka bayi akan mendapat sumber gizi terbaik dan dapat menyelamatkan jiwa bayi pada bulan-bulan pertama yang rawan. Hal ini mengingat masih tingginya angka kematian Bayi Baru Lahir.
Berdasarkan presurvey yang dilakukan di Desa Silo Wilayah kerja Puskesmas Silo I 40% ibu bersalin tidak dapat melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini dikarenakan beberapa faktor yaitu Kurangnya mendapatkan informasi tentang Inisiasi Menyusui Dini.
Angka kematian bayi di seluruh dunia saat ini setiap tahunnya mencapai 4 juta jiwa. Di Indonesia saat ini tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 35 tiap 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2008, yang artinya dalam satu tahun sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun (http://www.indonesia.com/humaniora/kesehatan/19kesehatan/4100-angaka kematian bayi/2009). Sedangkan di Jawa Timur, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Angka Kematian Bayi (AKB) menurun dari 44,64 tiap 1.000 kelahiran hidup tahun 2002-2003, menjadi 35,32 tiap 1.000 pada tahun 2005-2006.
(http://www.pdiperjuangan-jatim.org/v03/index.php?mod=berita&id=386). Untuk Kabupaten Jember, angka kematian bayi dari data yang dihimpun Dinas Kesehatan Kabupaten Jember mengalami peningkatan yaitu sebesar 134 jiwa pada tahun 2005 dan sebesar 188 jiwa pada tahun 2006 (http://magnetcendana.blogspot.com/2009/06/akib-jember-tertinggi.di.jatim.html).
Penyebab kematian bayi dikarenakan beberapa faktor yaitu salah satunya berat badan rendah, asfiksia, tetanus, infeksi dan masalah pemberian minuman. Masih banyak ibu yang belum mengerti tentang pemberian ASI Ekslusif dan pengetahuan tentang inisiasi menyusui dini.
Kematian Bayi Baru Lahir yaitu kematian bayi yang terjadi dalam satu bulan pertama, dapat dicegah jika bayi disusui oleh ibunya dalam satu jam pertama setelah kelahirannya. Dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama, bayi akan mendapat zat-zat gizi yang penting dan bayi akan terlindung dari berbagai penyakit berbahaya pada masa paling rentan dalam hidupnya. Tapi, berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2002-2003 hanya ada 4% bayi yang mendapat ASI dalam satu jam kelahirannya.Dan memberi penyuluhan erhadap ibu-ibu tentang IMD.
Maka berdasarkan hal ini penelii ingin melakukan penelitian dengan judul ”Gambaran Pengetahuan Ibu Inpartu Tentang Inisiasi Menyusui Dini Di Wilayah Puskesmas Silo I Desa Sempolan Kabupaten Jember”

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana gambaran pengetahuan ibu inpartu tentang Inisaisi Menyusui Dini diwilayah Puskesmas Silo I Desa Sempolan Kecamatan Silo Kabupaten Jember.

Tujuan Penelitian
Mengetahui pengetahuan ibu inpartu tentang inisiasi menyusui dini diwilayah Puskesmas SiloI Desa Sempolan Kecamatan Silo Kabupaten Jember.

Manfaat Penelitian
Manfaat praktisi
Dapat memberikan masukan yang berarti bagi ibu bersalin dalam meningkatkan pengetahuan tentang IMD khususnya melalui presektifmotifasi
Manfaat teoritis
Dapat memperkaya konsep atau teori yang menyongkong perkembangan ilmu pwngeahuan kebidanan khususnya yang terkait dengan pengetahuan ibu bersalin tantang IMD
3. Manfaat Diri Sendiri
Dapat meningkatkan pengetahuan khususnya tentang inisiasi menyusui dini 



Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.198

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Ibu Inpartu Tentang Inisiasi Menyusui Dini

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Emesis Gravidarum


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Angka kematian maternal dan neonatal di Indonesia masih tinggi yaitu 307/100.000 kelahiran hidup dan 520/100.000 kelahiran hidup. Untuk menurunkan AKI dan AKB tersebut memerlukan waktu dan upaya. Suatu upaya yang dianggap efektif oleh para pakar adalah menyediakan pelayanan obstetri mungkin kepada ibu hamil dan memastikan bahwa pelayanan tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat dan dengan melakukan dan pelayanan kehamilan yang baik atau sering disebut pelayanan antenatal bermutu (SDKI, 2002).
Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan obstetri, salah satunya dengan melakukan pelayanan antenatal care terhadap ibu hamil dengan memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan dengan tujuan agar ibu hamil dapat melewati masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta melahirkan bayi yang sehat. Dengan cara ini AKI dan AKB akan mengalami penurunan karena derajat kesehatan suatu bangsa ditentukan oleh derajat kesehatan ibu dan anak.
Pembangunan kesehatan dilakukan dengan prioritas pada upaya kualitas pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan Indonesia saat ini menerapkan paradigma sehat yaitu dengan cara pengutamaan usaha promotif dan preventif dalam proses kehamilan, karena resiko kehamilan bersifat dinamis karena ibu hamil yang pada mulanya normal secara tiba-tiba dapat menjadi resiko yang tinggi.
Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus agar dapat berlangsung dengan baik demi tercapainya persalinan yang aman dan melahirkan bayi yang sehat dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB,, kehamilan dimulai dari tuanya. Kehamilan-kehamilan dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu triwulan I (0-12 mg), triwulan II (12-28mg) dan triwulan III (28-40 mg). Dalam 3 triwulan tersebut terjadi perubahan-perubahan dalam tubuh ibu (Sarwono, 2002).
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang sering terjadi pada 60-80 % Primigravida dan 40-60 % Multigravida. Mual biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat pula timbul setiap saat pada malam hari. Rasa mual biasanya dimulai pada minggu-minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan keempat. Namun sekitar 12 % ibu hamil masih mengalaminya hingga 9 bulan (kehamilan yang menyenangkan : 31)
Penyebab mual dan muntah ini bermacam-macam antara lain karena adanya perubahan hormon dalam tubuh, psikologis, sampai gaya hidup. Pola makan yang buruk sebelum maupun pada minggu-minggu awal kehamilan, kurang tidur atau kurang istirahat dan stres dapat memperberat rasa mual dan muntah. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa mual meskipun tidak dapat dihilangkan sama sekali, misalnya dengan mengkonsumsi makanan seimbang, cukup bergerak dan cukup istirahat. Oleh karena itu calon ibu diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai mual agar ibu dapat menentukan sikap untuk mengatasi masalahnya pada awal kehamilan sehingga tidak terjadi komplikasi kehamilan yang dapat mengganggu kehamilan selanjutnya (Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan :58)
Bidan dalam melakukan pelayanan ANC hendaknya selalu memberikan penjelasan dan motivasi mengenai keluhan yang dirasakan ibu hamil termasuk didalamnya emesis gravidarum. Karena masih banyak ibu hamil yang tidak mengetahui cara mengatasi mual dan muntah yang dialaminya.
Dalam penelitian ini dibatasi oleh pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengaruh dan penanganan emesis gravidarum.
Di RB Bina Sejahtera II Tri Rahayu selama bulan Januari 2006 terdapat 38 orang ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya ke RB tersebut. Dari 10 ibu hamil trimester I yang disurvey 6 diantaranya mengalami emesis gravidarum.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian "Gambaran pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang emesis gravidarum di RB Bina Sejahtera II Tri Rahayu".

1.2    Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dari survey terhadap 10 orang ibu hamil trimester I terdapat 6 orang yang mengalami mual dan muntah (emesis gravidarum).

1.3    Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan ibu hamil trimester I tentang emesis gravidarum yang meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengaruh terhadap ibu dan janin, dan penanganan emesis gravidarum.

1.4    Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis mengambil pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1.4.1    Bagaimana pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang pengertian emesis gravidarum di RB Bina Sejahtera II Tri Rahayu?
1.4.2    Bagaimana pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang penyebab emesis gravidarum di RB Bina Sejahtera  II Tri Rahayu?
1.4.3    Bagaimana pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang tanda dan gejala emesis gravidarum di RB Bina Sejahtera  II Tri Rahayu?
1.4.4    Bagaimana pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang pengaruh emesis gravidarum terhadap ibu dan janin di RB Bina Sejahtera  II Tri Rahayu?
1.4.5    Bagaimana pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang penanganan emesis gravidarum di RB Bina Sejahtera  II Tri Rahayu?

1.5    Tujuan Penelitian
1.5.1    Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang emesis gravidarum di RB Bina Sejahtera II Tri Rahayu.
1.5.2    Tujuan Khusus
1.5.2.1    Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang pengertian emesis gravidarum di RB Bina Sejahtera  II Tri Rahayu.
1.5.2.2    Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang penyebab emesis gravidarum di RB Bina Sejahtera  II Tri Rahayu.
1.5.2.3    Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang tanda dan gejala emesis gravidarum di RB Bina Sejahtera  II Tri Rahayu.
1.5.2.4    Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang pengaruh emesis gravidarum terhadap ibu hamil dan janin di RB Bina Sejahtera  II Tri Rahayu.
1.5.2.5    Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang penanganan emesis gravidarum di RB Bina Sejahtera  II Tri Rahayu.

1.6    Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat
1.6.1    Bagi tempat penelitian
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi pegawai/bidan di RB Bina Sejahtera II Tri Rahayu untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya ibu hamil.
1.6.2    Bagi institusi Pendidikan Program Akademi Kebidanan Wira Buana
1.6.2.1    Hasil penelitian dapat dijadikan bahan evaluasi yang berkaitan dengan gambaran pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang emesis gravidarum
1.6.2.2    Sebagai sumber bacaan dan referensi bagi perpustakaan di instansi Pendidikan.
1.6.3    Bagi peneliti
1.6.3.1    Sebagai salah satu syarat kelulusan semester akhir Akademi Kebidanan
1.6.3.2    Merupakan penerapan dari ilmu yang diperoleh selama proses pembelajaran sehingga menanamkan pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian.
1.6.4    Bagi responden
Dapat menambah pengetahuan ibu hamil khususnya ibu hamil Trimester I tentang pentingnya pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengaruh, penanganan emesis gravidarum.

1.7    Ruang Lingkup

Dalam penulisan ini penulis membatasi ruang lingkup yang diteliti.
1.7.1    Jenis penelitian    : Deskriptif
1.7.2    Subjek penelitian    : Ibu hamil Trimester I
1.7.3    Objek penelitian    : Pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang emesis
          gravidarum.
1.7.4      Lokasi penelitian     : RB Bina Sejahtera II Tri Rahayu
1.7.5      Waktu penelitian    : April - Mei 2006
1.7.6    Alasan penelitian     : Karena jumlah ibu hamil Trimester I  pada multigravida
           dan primigravida yang  mengalami emesis gravidarum
           masih banyak pada bulan Januari 2006.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.197

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Emesis Gravidarum

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persiapan Persalinan di BPS


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan antenatal merupakan pilar kedua didalam Safe Motherhood yang merupakan sarana agar ibu lebih siap menghadapi persalinan. Ketidak siapan ibu dalam menghadapi persalinan menjadi salah satu faktor penyebab tingginya Angka Kematian Ibu (AKI).
Angka kematian ibu pada tahun 2005 di Indonesia adalah 262 per 1000.000 kelahiran hidup diperkirakan jumlah kelahiran hidup sebanyak 5 juta. Ini berarti setiap jam ada satu ibu yang meninggal karena proses kelahiran dan persalinan. Dan angka kematian bayi pada tahun 2003 sebanyak 35 per 1.000 kelahiran hidup yang berarti bahwa setiap jam ada 18 bayi yang meninggal.
Di jawatimur sendiri AKI pada tahun 2004 dari 307 per 100.000 kelahiran hidup turun menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2007, dan pada AKB yang didapat dari 35 per 1000 kelahiran hidup menjadi 26,9 per kelahiran hidup di tahun 2004 yang lalu. (http//www.Andikudos.blogspot.com.2011.AKI AKB Indonesia - jawatimur 2011)
Sementara di...... angka kematian ibu menurun dari 15 per 100 kelahiran hidup menjadi 10 per 100 kelahiran hidup. AKB dari data yang dihimpun Dinas Kesehatan Kabupaten ...... mengalami peningkatan yaitu 134 jiwa pada tahun 2005 dan 188 jiwa pada tahun 2006. (http://magnetcendana.blogspot.com/2011/06/aki-...... teringgi.di.jatim.html)
Dampak yang ditimbulkan jika ibu tidak melakukan persiapan persalinan:
1. Ibu kesulitan menentukan tempat persalinan
2. Ibu tidak tahu berapa biaya yang harus disiapkan
3. Ibu tidak tahu bahan-bahan apa saja yang dipersiapkan untuk bayi
4. Ibu tidak tahu apa yang akan terjadi pada proses persalinan bila tidak mempersiapkan persalinan
5. Ibu tidak bisa mengantisipasi resiko yang akan terjadi pada saat persalinan.
Mengingat kira-kira 90% kematian ibu terjadi pada saat sekitar persalinan kira-kira 95% penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetri yang sering tidak diperkirakan sebelumnya, maka kebijaksanaan departemen kesehatan untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah mengupayakan agar :
1. Setiap persalinan ditolong atau minimal didampingi oleh bidan.
2. Pelayanan obstetri sedekat mungkin diberikan kepada semua ibu hamil.
Dengan persiapan persalinan yang direncanakan bersama bidan,diharapkan dapat menurunkan kebingungan dan kekacauan pada saat persalinan dan meningkatkan kemungkinan dimana ibu akan menerima asuhan yang sesuai serta tepat waktu ( Depkes. RI, 2002 )

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitan ini adalah : Bagaimanakah  Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang persiapan persalinan di BPS ...... Desa ...... Kecamatan ...... Kabupaten ......?

C. Tujuan Penelitan
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah diperolehnya data tentang pengetahuan ibu hamil tentang persiapan persalinan di BPS ......... Desa ...... Kecamatan ...... Kabupaten .......

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktisi
Dapat memberikan masukan yang berarti bagi ibu hamil dalam meningkatkan pengetahuan tentang persiapan persalinan khususnya melalui presektif motifasi.
2. Manfaat Teoritis
Dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan kebidanan khususnya yang terkait dengan pengetahuan ibu hamil tentang persiapan persalinan.
3. Manfaat bagi diri sendiri
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang ilmu kebidanan, serta sebagai penerapan ilmu yang didapat selama ini.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.196

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persiapan Persalinan di BPS

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Antenatal Care


BAB 1
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan Negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu. penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan 30,5%, infeksi 22,5%, gestosis 17,5%, dan anestesia 2,0%. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pemerintah telah banyak menetapkan strategi maupun kebijakan berupa program peningkatan kesehatan termasuk penigkatan asuhan antenatal care yang telah lebih dikenal dengan ANC yang merupakan perawatan yang diberikan kepada ibu selama hamil dan merupakan salah satu pilar dalam upaya “safe motherhood ”(sarwono prawihardjo, 2002 : 7 ).
Angka kelahiran mencerminkan kebutuhan wanita akan perawatan kesehatan. Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emisional dari ibu serta perubahan sosial didalam keluarga. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah, sistem penilaian resiko tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama kehamilannya. (Sarwono Prawirahardjo, Maternal dan Neonatal 2002 : 89 ).
Setiap ibu hamil seharusnya mendapat perawatan kehamilanya secara baik, dengan cara memeriksakan kehamilanya, tetapi pada kenyataanya masih banyak ibu hamil belum mengerti yang lebih dalam tentang pemeriksaan kehamilan ( ANC ). Menurut data rekam medis yang diperoleh dari BPS Kisworowati ibu hamil yang memeriksakan kehamilanya kebanyakan sudah menginjak usia kehamilan Trimester II, dan sebagian yang hanya mengalami keluhan – keluhan saja. Hal tersebut dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu hamil dalam masa perawatan kehamilanya, sehingga dapat menyebabkan bertambahnya angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Untuk membantu pemerintah dalam mencapai penurunan AKI (angka kematian ibu) di Indonesia , maka pemerimtah mempunyai target cakupan pelayanan Antenatal (K1) 95% dan cakupan pelayanan Antenatal (K4) 90%. Untuk provinsi jawa timur mempunyai target cakupan pelayanan Antenatal (K1) 90% dan cakupan pelayanan Antenatal (K4) 85%. (Depkes, RI 2008) Untuk Kabupaten Banyuwangi cakupan pelayanan Antenatal mencapai (K1) 91,48% dari target (90%) dan cakupan pelayanan Antenatal (K4) 84,28%. Dari target (85%). (Dinkes, kabupaten Banyuwangi 2008).
Menurut data rekam medik yang diperoleh dari BPS Kisworowati sendiri didapatkan cakupan pelayanan Antental Care pada tahun 2008 (K1) 87% dan untuk cakupan pelayanan (K4) 83%.
Menurut Depkes RI (2005) kondisi derajat kesehatan di Indonesia ini masih memprihatinkan antara lain ditandai dengan tingginya AKI ( Angka Kematian Ibu) yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup dan mati bayi baru lahir 35 per 1000 ( SDKI 2002 / 2003 ). Beberapa faktor yang melatarbelakangi resiko kematian adalah kurangnya partisipasi ibu yang di sebabkan tingkat pendidikan ibu rendah, kemampuan ekonomi keluarga rendah, kedudukan sosial budaya yang tidak mendukung. (Ayurai, 2009).
Sebagian besar kematian ini sebenarnya dapat dicegah dengan memberikan pelayanan Antenatal Care yang bertujuan untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta menghasilkan bayi yang sehat, dan pada akhirnya dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Pelayanan antenatal dengan standart pemeriksaan berulang (K1-K4) merupakan komponen pelayanan kesehatan ibu hamil yang penting karena bila timbul gangguan kesehatan dini mungkin dapat dikenali sehingga dilakukan perawatan yang cepat dan tepat dengan standart “ 7 T “ pelayanan Antenatal care yang terdiri dari :
( Timbang ) Berat Badan
Ukur ( Tekanan ) Darah
Ukur ( Tinggi ) Fundus uteri
Pemberian Imunisasi ( Tetanus Toksoid ) TT lengkap
Pemberin tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan
Tes terhadap penyakit menular sexsual
Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. ( Sarwono Prawirahardjo, 2002 : 90 ).
Dari beberapa keterangan di atas maka peniliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care di BPS Kisworowati Desa Karangsari Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi“.

BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi masalah pada gambaran pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care pada tingkat “ tahu ”.
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimana gambaran pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care di BPS Kisworowati Desa Karangsari Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi” ?

TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care di BPS Kisworowati Desa Karangsari Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi.

MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi peneliti atau Mahasiswa
Meningkatkan keilmuan di bidang kesehatan dalam rangka memenuhi tuntutan IPTEK.
2. Manfaat Prasktisi.
Dapat memeberikan masukan yang berarti bagi ibu hamil dalam meningkatkan pengetahuan tentang Antenatal care khususnya melalui perseptif motifasi.
3. Manfaat Teoritis.
Dapat memperkaya konsep teori yang menyongsong perkembangan ilmu pengetahuan kabidanan khususnya yang tertkenal dengan pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal care.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.194

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Antenatal Care

Gambaran Pemberian ASI Dini dan Faktor–faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Dini

BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

Tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakanlah program pembangunan nasional secara menyeluruh dan berkesinambungan. Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah (DepKes RI, 2004).
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Derajat kesehatan yang optimal adalah tingkat kesehatan yang tinggi dan mungkin dapat dicapai suatu saat sesuai dengan kondisi dan situasi serta kemampuan yang nyata dari setiap orang atau masyarakat dan harus diusahakan peningkatannya secara terus-menerus (UU Kes. No. 23, 1992, Bab II Pasal 3).
Pada pertemuan tahunan ke-27 tahun 1974 di Genewa, World Health Organization (WHO) menyusun suatu resolusi Gizi Bayi dan pemberian Air Susu Ibu (ASI), yang isinya: ASI adalah makanan ideal bagi bayi, agar ibu-ibu yang mempunyai bayi menyediakan waktu lebih lama untuk menyusui bayi, agar negara-negara anggota WHO mempromosikan ASI melalui tenaga medis, ibu-ibu dan masyarakat umum. International Pediatric Association: Organisasi ini telah mengadakan diskusi, seminar dan simposium ilmiah tentang ASI, gizi, infeksi dan alih pengetahuan (penyuluhan). Pendidikan ASI dan cara menyusui dapat dilakukan melalui profesi medis, paramedis, media massa, melalui anak-anak dan pendidikan yang dianggap berpengaruh. Usaha-usaha yang dilakukan organisasi ini adalah: pembatasan promosi Pengganti ASI (PASI), dan pelayanan kesehatan dan pengorganisasian pemberian ASI. Juga disarankan untuk membuat kebijaksanaan dan penyediaan fasilitas menyusui dan pengaturan kelahiran serta penelitian tentang ASI. WHO dalam buku Facts for Life untuk beberapa bulan pertama, ASI saja merupakan makanan terbaik untuk bayi (ASI Eksklusif), bayi baru memerlukan makanan tambahan di usia 4 - 6 bulan (Soetjiningsih, 1995: 165).
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi sedini mungkin setelah persalinan diberikan tanpa jadwal dan tidak ditambah makanan lain, walaupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan (Purwanti, 2004: 3). Pemberian ASI Eksklusif adalah cara yang paling kuno dan paling sehat. Sejak tahun 2006 lalu Departemen Kesehatan bersama United Nations Children’s Fund (UNICEF) melatih tenaga kesehatan dan kader masyarakat tentang konseling menyusui dengan tujuan meningkatkan pemberian ASI Eksklusif yang dapat mengurangi masalah kurang gizi serta kematian balita di Indonesia. Menurut Kepala Perwakilan UNICEF untuk Indonesia, Dr. Gianfranco Ratigliano, peningkatan pemberian ASI Eksklusif kepada bayi-bayi Indonesia akan mengurangi masalah gizi dan kesehatan balita. Data UNICEF menyebutkan, pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan pertama kelahiran dapat mencegah kematian sekitar 1,3 juta bayi di seluruh dunia tiap tahun.Tetapi kesadaran masyarakat Indonesia untuk pemberian ASI masih sangat memprihatinkan, meski pemerintah gencar mengkampanyekan pemberian ASI Eksklusif bagi bayi 0 – 6 bulan. Menurut Meutia Hatta Swasono cakupan ASI Eksklusif 6 bulan masih rendah yaitu 39,5% dari total jumlah bayi di Indonesia. Berdasarkan Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, bayi di bawah usia 4 bulan yang diberikan ASI Eksklusif hanya 55%, sedangkan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 2 bulan hanya 64%. Bayi usia 3-4 bulan yang memperoleh ASI Eksklusif hanya 46%, dan 14% pada bayi 4-5 bulan. Yang lebih memprihatinkan, 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan (www.sinarharapan.co.id/berita/0708/30/kesra02.html).
Di Indonesia saat ini tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi, yaitu 35 tiap 1.000 kelahiran hidup, itu artinya satu tahun sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun. Menurut penelitian yang dilakukan di Ghana dan diterbitkan dalam Jurnal Ilmiah ”Pediatrics”, 22% kematian bayi baru lahir, yaitu kematian bayi yang terjadi dalam satu bulan pertama dapat dicegah bila bayi disusui oleh ibunya dalam satu jam pertama kelahiran. Mengacu kepada hasil penelitian tersebut, maka diharapkan program menyusui secara dini dapat menyelamatkan sekurang-kurangnya 30.000 bayi Indonesia yang meninggal dalam bulan pertama kelahiran. Dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama, bayi akan mendapat zat-zat gizi yang penting dan mereka terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya pada masa yang paling rentan dalam kehidupannya (http://elib.fk.unpad.ac.id/jsp/ evaluasi/Laporan_PjmKoleksi.jsp).
Berdasarkan SDKI tahun 1997 melaporkan bahwa hanya 8,3% yang disusui dalam 1 jam pertama setelah lahir dari 52,7% yang disusui dalam 24 jam pertama. Sedangkan data SDKI tahun 2002 lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya, namun menyusui dalam 1 jam pertama cenderung menurun 3,7% (http://www.depkes.go.id/indeks.php?option=news&tasks =viewarticle&sid=709&itemid=2). Dan pada tahun 2002-2003 data yang ada pada SDKI hanya ada 4% bayi yang mendapat ASI dalam satu jam pertama (http://elib.fk.unpad.ac.id/jsp/ evaluasi/Laporan_PjmKoleksi.jsp).
Menurut Penelitian dan Pengembangan Media dan Strategi Promosi ASI Eksklusif tahun 2007, secara umum praktik pemberian ASI secara eksklusif di Jawa Barat masih rendah yaitu 19,2%. Angka ini jauh lebih tinggi daripada angka prediksi para pakar gizi dan kesehatan yang memperkirakan masih dibawah 10% (http://www.p3gizi.litbang.depkes.go.id/ina).
Di Kabupaten ........ tahun 2007 tercatat jumlah bayi sebanyak 11.444, sedangkan jumlah yang diberi ASI Eksklusif 5914 (51,67% dari target 70%) (Dinas kesehatan ........, 2007).
Sedangkan menurut data rekapitulasi laporan Kabupaten ........ tahun 2007 jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif di Kecamatan ........ tahun 2007 tercatat dari jumlah 210 bayi dimana seluruhnya tidak mendapatkan ASI Eksklusif. Menurut Bidan Desa ........, jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif di tahun 2007 mencapai 40% dari 56 bayi yang ada, dimana angka tersebut masih rendah dan belum mencapai target yaitu 70%. Selain itu data tersebut belum dapat menggambarkan pemberian ASI Dini di Desa ......... Dimana pemberian ASI Dini yang kemungkinan lebih rendah dari pencapaian ASI Eksklusif.
Berdasarkan data di atas, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang gambaran pemberian ASI Dini dan faktor – faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Dini di Desa ........ Kecamatan ........ tahun 2011.

1.2     Rumusan  Masalah
Belum diketahuinya gambaran pemberian ASI Dini di Desa ........ dan faktor -  faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI dini.

1.3    Tujuan Penelitian
1.3.1     Tujuan Umum
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Dini di Desa ........ Kecamatan .........
1.3.2     Tujuan Khusus
1.3.2.1    Diketahuinya gambaran perilaku ibu dalam pemberian ASI Dini di Desa ........ Kecamatan .........
1.3.2.2    Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Dini di Desa ........ Kecamatan .........
1.3.2.3    Diketahuinya hubungan sikap dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Dini di Desa ........ Kecamatan .........
1.3.2.4    Diketahuinya hubungan pengalaman perilaku Ibu dalam pemberian ASI Dini di Desa ........ Kecamatan .........

1.4     Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dibidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dan secara khusus akan meneliti tentang perilaku Ibu terhadap pemberian ASI Dini di Desa ........ Kecamatan ........ tahun 2011 dilihat dari faktor pengetahuan, sikap, dan pengalaman, dimana data diambil berdasar data primer.

1.5     Manfaat Penelitian
1.5.1     Bagi penulis menambah pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Dini, serta sebagai sarana menerapkan ilmu yang telah dipelajari pada saat kuliah.
1.5.2     Bagi Desa yang diteliti, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Dini di Desa ........ Kecamatan ........ agar dapat meningkatkan cakupan ibu menyusui dini.
1.5.3     Bagi program studi D III Kebidanan STIKes YPIB ........, melengkapi khasanah bacaan/kepustakaan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Dini di Desa ........ Kecamatan ........ Kabupaten ........ tahun 2011.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.193

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Gambaran Pemberian ASI Dini dan Faktor–faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Dini