feedburner
INGIN BOCORAN ARTIKEL TERBARU GRATIS
Delivered by FeedBurner

feedburner count

Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Gejala-Gejala Fisik Pada Masa Menopause Di Desa

ABSTRAK
Menurut kesehatan dunia (WHO) setiap tahunnya diperkirakan 25 juta perempuan akan memasuki masa menopause. Menopause adalah suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita yang biasanya terjadi diatas usia 40 tahun, dan merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan ovarium (indung telur). Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data primer yang bisa diperoleh langsung dari responden dengan menyebarkan kuesioner yang diberikan langsung kepada responden dengan jumlah sampel 30 responden. Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden berpengetahuan kurang sebanyak 14 responden ( 46,7% ) dan minoritas berpengetahuan baik sebanyak 7 responden ( 23,3 % ), berdasarkan kelompok umur ditemukan mayoritas berpengetahuan kurang pada umur 50-55 tahun sebanyak 7 responden ( 23,3% ) dan minoritas berpengetahuan baik pada umur 40-45 tahun sebanyak 2 responden ( 6,7% ), berdasarkan pendidikan ditemukan responden berpengetahuan kurang pada pendidikan SD sebanyak 6 responden ( 20% ) dan berpengetahuan baik pada pendidikan SLTA sebanyak 2 responden ( 6,7% ), berdasarkan pekerjaan mayoritas responden berpengetahuan kurang pada pekerjaan IRT 10 responden ( 33,3% ) dan minoritas responden berpengetahuan baik pada pekerjaan wiraswasta 4 responden ( 13,3% ), dan berdasarkan sumber informasi secara langsung sebanyak 7 responden ( 23,3% ), dan minoritas berpengetahuan baik sebanyak 2 responden ( 6,7% ). Untuk itu diharapkan kepada petugas kesehatan agar lebih aktif memberikan penyuluhan kesehatan khususnya pada wanita menopause, agar ibu menopause dapat lebih mengenali dan mengetahui cara mengatasinya sehingga tidak menimbulkan masalah dalam kehidupan dan aktifitas sehari-hari.
Kata Kunci : Pengetahuan, Gejala-gejala fisik pada masa menopause
Refesrensi : 12 ( 2001-2011 )

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada wanita yang mengalami periode menopause munculnya simtom-simtom psikologi sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan pada aspek fisik – fisiologi sebagai akibat dari berkurangnya dan berhentinya produksi hormon estrogen. Pada perempuan yang mengalami menopause keluhan yang sering dirasakan antara lain, merasa cemas, takut, cepat marah, mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi, gugup, merasa tidak berguna, tidak berharga, stress dan bahkan ada yang mengalami depresi. (Dewi Lestari, 2010).
Sejak usia 45-55 tahun, jam biologis wanita akan berhenti berdetik, menandakan berakhirnya masa subur dan berkurangnya kadar hormon estrogen serta progesterone. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan beberapa perubahan pada tubuh wanita yaitu, wajah merah, keringat pada malam hari, rasa sakit dan nyeri, kekeringan pada vagina, masalah kandungan kemih, hubungan seksual yang menimbulkan rasa nyeri, kulit kering, gangguan tidur, emosi yang berubah-ubah, perdarahan menstrual yang tidak teratur. (Boy Kesuma, 2009).
Menurut kesehatan dunia (WHO) setiap tahunnya di perkirakan 25 juta perempuan akan memasuki masa menopause, perempuan yang berusia 50 tahun ke atas di perkirakan akan meningkat jumlahnya dari 107 juta menjadi 373 juta dan pada usia pertengahan banyaknya perempuam yang mengkhawatirkan terjadinya menopause karena mereka tahu setiap kaum hawa akan melewati masa-masa menopause akan tetapi banyak perubahan yang terjadi, baik perubahan fisik maupun perubahan mental yang kemudian akan menuntut banyak penyesuaian. (Hardians, 2008).
Di Negara berkembang seperti Amerika Serikat saat ini angka rata-rata harapan hidup bagi wania adalah 82 tahun, meskipun harapan hidup bagi wanita terus meningkat, angka rata-rata menopause setelah perubahan yang monumental saat ini kurang lebih 50 juta wanita. (Marilatif M.D. IAC).
Menurut Dr. Robert Hutabarat, SP.OG dari Rumah Sakit Sumber Waras dalam sebuah seminar tentang menopause, pembagian kelompok berdasarkan dua sikap di atas cukup menentukan kesehatan wanita tersebut untuk masa selanjutnya, menopause yang dialami pada usia 50 an memang hal alami yang akan dilalui setiap wanita yang berhasil mencapai usia tersebut. (Hardians, 2008).
Berdasarkan survey yang dilakukan di Desa Dusun IX Kec. Tuan Kab. Pada tahun 2011 tercatat 30 orang wanita yang menopause, maka dengan alas an di atas peneliti ingin meneliti pengetahuan ibu tentang gejala-gejala fisik pada masa menopause di Dusun iX Desa Kecamatan Tuan Kabupaten

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan adalah Bagaimana Pengetahuan Ibu Tentang Gejala-Gejala Fisik Pada Masa Menopause di Dusun IX Desa Kecamatan Tuan Kabupaten

1.3 Tujuan Peneliaian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahuai gambaran pengetahuan ibu tentang gejala-gejala fisik pada masa menopause di Dusun IX Desa ......... Kecamatan ......... Tuan Kabupaten ..........
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui distribusi pengetahuan ibu tentang gejala-gejala fisik pada masa menopause berdasarkan umur.
2. Untuk Mengetahui distribusi pengetahuan ibu tentang gejala-gejala fisik pada masa menopause berdasarkan pendidikan.
3. Untuk Mengetahui distribusi pengetahuan ibu tentang gejala-gejala fisik pada masa menopause berdasarkan pekerjaan.
4. Untuk Mengetahui distribusi pengetahuan ibu tentang gejala-gejala fisik pada masa menopause berdasarkan informasi.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah bahan bacaan di perpustakaan Akbid.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Sebagai bahan masukan dan sebagai bahan informasi tentang gejala-gejala fisik pada masa menopause.
1.4.3 Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang gejala-gejala fisik pada masa menopause.
1.4.4 Bagi Peneliti Yang Akan Datang
Untuk menambah wawasan, pengetahuan peneliti yang akan datang.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan dan Kedokteran No.12

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Gejala-Gejala Fisik Pada Masa Menopause Di Desa

Gambaran Pengetahuan Ibu Primipara Tentang Metode Amenorea Laktasi (MAL) Didesa

ABSTRAK
Program keluarga Berencana ( KB ) sebagai pilar pertama yang mendukung upaya mempercepat penurunan AKI perlu mempertajam sasaran kehamilan yang masuk dalam kategori 4T dan kehamilan yang tidak diinginkan dapt ditekan. Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) merupakan kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya.Metode ini dilakukan dalam tiga uji klinik.Yang pertama oleh Perez,Kazi,dkk,1995 dan Ramos di Philipina 1996.Menyatakan bahwa rasio kehamilan setiap 100 wanita dalam jangka waktu 6 bulan penggunaan metode tersebut adalah 0,58 diPakistan dan 0,97 di Philipina.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan ibu primipara tentang Kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) berdasarkan pengetahuan, umur, pendidikan, dan pekerjaan. Penelitian ini dilakukan di Dusun VII dan Dusun VIII Desa X-B dengan jumlah responden 35 orang dan seluruhnya dijadikan sample penelitian.Metode yang digunakan bersifat deskriptif dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari ibu primipara melalui kuisioner di Dusun VII dan Dusun VIII Desa X – B.
Dari hasil penelitian diperoleh distribusi frekuensi pengetahuan bahwa mayoritas pengetahuan cukup 19 responden ( 54,2 % ) dan minoritas pengetahuan kurang 2 responden ( 5,8 % ).Distribusi frekuensi berdasarkan umur mayoritas berumur 20 – 25 tahun 9 responden ( 47,3 % ) dan minoritas berumur 20 – 25 tahun 1 responden ( 50 % ) dan berumur 26-30 tahun 1 responden ( 50% ). Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan mayoritas pendidikan SLTP 11 responden ( 57,9 % ) dan minoritas pendidikan SD 1 responden ( 7,1 % ). Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan mayoritas IRT 15 responden ( 78,9 % ) dan minoritas karyawan 1 responden ( 7,1 % ), Staff pegawai 1 responden ( 7,1 % ) dan pabrik 1 responden ( 5,3 % ).
Dengan demikian diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan peranannya dalam memberikan penyuluhan tentang pentingnya metode kontrasepsi ini.
Kata kunci :Pengetahuan Ibu Primipara Tentang Kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi ( MAL )
Daftar Pustaka :10 Referensi ( 2000 – 2009 )

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 .Latar Belakang
Menurut World Heald Orfganization (WHO) keefektifan Metode Amenorea Laktasi ini 98 % bagi ibu yang menyusui secara exklusif selama 6 bulan pertama pasca persalinan dan sebelum menstruasi setelah melahirkan. Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu ( ASI ) secara eksklusif,artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan dan minuman apapun lainnya( Prawirohardjo,2006 ).
Pada dasarnya yang diambil oleh depkes untuk memperlancar penurunan AKI mengacuh pada intervensi strategi empat pilar Safe Mother Hood yaitu : Keluarga Berencana, Pelayanan Ante Natal Care( ANC ),Persalinan yang aman, Pelayanan obstetri essential,Program Keluarga Berencana ( KB ),sebagai pilar pertama yang mendukung upaya mempercepat penurunan AKI perlu mempertajam sasaran kehamilan yang masuk kategori 4T dan kehamilan yang tidak diinginkan dapat ditekan. Sehingga kehamilan yang sangat beresiko dapat dihindari dan terwujud sumber daya manusia ( SDM ) yang berkhualitas dari ibu yang merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilannya,melalui keikut sertaan keluarga sebagai aseptor KB secara rasional.
Dalam mengatur jarak kehamilan yang terhindar dari 4T ( Terlalu muda,tua,sering,dan banyak ).Gerakan keluarga berencana Indonesia menawarkan berbagai macam metode kontrasepsi diantaranya : kondom,pil,IUD, dan kontrasepsi mantap dengan keuntungan dan kerugian serta efek samping masing – masing yang dapat berpengaruh terhadap produksi air susu ibu menyusui menggunakan kontrasepsi tersebut. Padahal ada metode amenorea laktasi ( MAL ) yang alamiah dan dapat dipergunakan ibu selama menyusui selama 6 bulan pasca persalinan yang tidak mempengaruhi produksi asi.
Keberhasilan metode amenorea laktasi ini juga didasari oleh keberhasilan ibu dalam menyusui secara eksklusif. Untuk itulah ibu menyusui harus diperlukan seorang ibu yang memiliki pengetahuan yang baik tentang dasar dari pengetahuan menyusui secara eksklusif sehingga tercapai keefektifan MAL yang tinggi dan optimal.
Penelitian yang paling cermat tentang MAL sebagai metode kontrasepsi telah dilakukan dalam tiga uji klinik. Yang pertama yang dilakukan oleh Perez seperti yang telah disebutkan diatas,Yang kedua yang dilakukan oleh Kazi dkk,1995 diPakistan dan yang ketiga dilakukan oleh Ramos di Philipina 1996. Mereka melaporkan bahwa rasio kehamilan tiap 100 wanita dalam jangka waktu 6 bulan penggunaan metode tersebut secara tepat adalah 0,58 diPakistan dan 0,97 diPhilipina( Nindya,Stepani 2001 ).
Sejumlah study yang diLakukan diNegara – Negara berkembang telah menguji Mal secara prospektif. Diantara wanita yang tetap amenorea selama 1 tahun ( Tanpa memandang apakah ia menyusui bayinya secara penuh atau tidak sama sekali ) Angka kehamilan adalah 1,12 %.
Kemungkinan besar pada masyarakat yang biasa menyusui jangka panjang merupakan hal yang biasa. Aturan – aturan MAL dapat diperluas melebihi 6 bulan pasca partum karena aktifitas ovarium mengalami penekanan jauh lebih lama ( Glasier,Anna 2006 )
Makin lama ibu menyusui bayinya,makin cenderung bahwa haid akan terjadi kembali selama masa menyusui tersebut, dan mekin cenderung timbul ovulasi yang mendahului haid pertama post partum tapi, makin sering bayi mengisap asi,makin lama kembalinya tertundanya haid ibu.Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa laktasi dapat memberikan perlindungan yang bermakna terhadap kahamilannya. Antara lain bahwa hanya 5 % dari ibu – ibu yang menyusui menjadi hamil lagi dalam waktu 9 bulan setelah melahirkan dibandingkan dengan 75 % ibu – ibu yang tidak menyusui ( Hartanto,Hanafi 2004 ).
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ Gambaran Pengetahuan Ibu Primipara Tentang Kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) diDusun VII dan Dusun VIII Desa X - B Kecamatan ....... Kabupaten ....... Tahun 2011”.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakng diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah bagaimana “ Gambaran Pengetahuan Ibu Primipara tentang Kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) diDusun VII dan Dusun VIII Desa X- B Kecamatan Kabupaten Tahun 2011”.

1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Primipara Tentang Kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) di Dusun VII dan dusun VIII Desa X- B Kecamatan Kabupaten tahun 2011.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi gambaran pengetahuan ibu primipara tentang kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) di berdasarkan umur di Dusun VII dan Dusun VIII
2. Untuk mengetahui distribusi gambaran pengetahuan ibu primipara tentang kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) berdasarkan pendidikan di Dusun VII dan Dusun VIII Desa X -B Kecamatan Kabupaten Tahun 2011.
3. Untuk mengetahui distribusi gambaran pengetahuan ibu primipara tentang kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) berdasarkan pekerjaan di Dusun VII dan Dusun VIII Desa X- B Kecamatan Kabupaten Tahun 2011”.

1.4.Ruang Lingkup
Berdasarkan uaraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam karya Tulis Ilmiah dengan judul “ Gambaran Pengetahuan Ibu Primipara Tentang Kontrasepsi metode Amenorea Laktasi ( MAL ) di Dusun VII dan Dusun VIII Desa X- B Kecamatan Kabupaten Tahun 2011”.

1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1.Bagi Desa
Sebagai sumber informasi bagi kepala desa X B Kecamatan Kabupaten Tentang Kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi ( MAL ).
1.5.2.Bagi Responden
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kesehatan bagi ibu primipara mengenai Kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi ( MAL ).
1.5.3.Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan bacaan diperpustakaan Akademi Kebidanan Kabupaten
1.5.4.Bagi Peneliti
Sebagai bahan masukan bagi peneliti mengenai kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) dalam meningkatkan kesehatan bagi ibu primipara.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan dan Kedokteran No.11

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Ibu Primipara Tentang Metode Amenorea Laktasi (MAL) Didesa

Dampak Perilaku Remaja Terhadap Penggunaan Minuman Keras


ABSTRAK

Miras merupakan singkatan dari minuman keras, dimana minuman keras adalah jenis minuman yang mengandung alkohol, tidak peduli berapa kadar alkohol didalamnya, pemakaian miras dapat menimbulkan gangguan organik (GMO) yaitu gangguan fungsi berpikir, perasaan dan perilaku. Miras dikonsumsi dari berbagai umur dan yang mayoritas adalah kalangan remaja, dimana mereka tidak mengetahui dampak atau akibat yang akan terjadi dalam kehidupan mereka kemudian hari. Dan telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui dampak prilaku remaja terhadap penggunaan minuman keras pada mahasiswa Kabupaten pada hari Jumat 16 Juli 2011. penelitian ini bersifat deskriptif dengan populasi penelitian ini adalah keseluruhan mahasiswa Kabupaten dengan jumlah mahasiswa 150 orang, dengan sampel keseluruhan mahasiswa yang berjumlah 55 responden. Dengan memberikan kuesioner kepada 85 responden Kabupaten untuk mengetahui dampak prilaku remaja terhadap penggunaan minuman keras. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa yang pernah meminum minuman yang keras sebanyak 55 responden (64,7%) dan berdasarkan kesehatan fisik yang tidak mengalami gangguan kesehatan fisik sebanyak 33 responden (60%) dari 55 responden, dan berdasarkan prestasi belajar yang tidak mengalami gangguan prestasi belajar sebanyak 31 responden (56,4%) dari 55 responden, dan berdasarkan keamanan dan ketertiban asrama sebanyak 39 responden (70,9%) dari 55 responden. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan kepada Direktris , Dosen-Dosen beserta Staff dan ibu / bapak asrama Kabupaten diharapkan untuk memberikan arahaan dan pengawasan terhadap mahasiswa Kabupaten

Kata Kunci : Dampak Prilaku Remaja Terhadap Penggunaan Minuman Keras
Dafar Pustaka : 12 Referensi (2004 – 2011).

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Modernisasi yang dikatakan sebagai tonggak awal kemajuan zaman telah memberikan pengaruh dan dampak kemanusiaan yang luar biasa pada abad kedua puluh ini. Modernisasi yang membawa dampak perubahan yang fisik mental dalam berbagai bidang dan nilai kehidupan, yang tentunya akan memberi konsekuensi dan pengaruh bagi manusia sebagai komponen dalam kehidupan. Pada dasarnya modernisasi merupakan kemajuan teknologi yang mengakibatkan perubahan yang cukup kompleks, bahwasanya kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dan moderisasi merupakan faktor sosial ekonomi baru yang juga akan memberikan dampak pengaruh dalam bidang kesehatan. ( Hawari 2003)
Bahwa faktor sosial ekonomi yang ada di dalam masyarakat merupakan pemicu bagi individu untuk memunculkan perilaku dan pengalaman yang tidak sehat diantaranya adalah angka kelahiran rendah, ketidak stabilan dalam rumah tangga, kekerasan anak, orang tua perokok, orang tua peminum, askes kesehatan yang sulit, polusi lingkungan . perokok berat, peminum berat, penyalahgunaan minuman keras dan narkoba oleh remaja. (Putra 2007)
Salah satu dampak modernisasi dari faktor sosial ekonomi baru ini cukup nyata di tengah masyarakat kita adalah penyalahgunaan minuman keras pada kalangan remaja. Bila keadaan ini dibiasakan maka bencana yang akan terjadi, remaja yang telah keracunan alkohol atau minuman keras adalah remaja yang tidak efektif bagi kehidupan sosialnya. Minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol yang apabila dikonsumsi secara berlebihan dan terus-menerus dapat merugikan dan membahayakan jasmani, rohani maupun bagi kepentingan perilaku dan cara berfikir kejiwaan sehingga akibat lebih lanjut akan mempengaruhi kehidupan keluarga dan hubungan dengan masyarakat sekitarnya. (Wresniwiro 1996)
Dan masalah-masalah yang saat ini berkembang dikalangan remaja diantaranya penyebaran narkoba, penyebaran penyakit kelamin, kelamin dini serta ancaman HIV/AIDS. Yang juga mencemaskan 90% remaja sudah begitu akrab dengan rokok yang merupakan pintu masuk bagi narkoba dan MIRAS “ Minuman Keras” berdasarkan dari dinas kesehatan kota bogor penggunaan narkoba suntikan diperkirakan sudah mencapai 1.460 orang. Pada tahun 2005 diketahui telah mengatasi dan menyelesaikan secara hukum 149 kasus penyalah gunaan narkoba, 97 kasus narkotika dan 52 kasus psikotropika. Dan tahun 2007 tercatat 911 orang penggunaan narkoba yang terkontaminasi HIV/AIDS dan korban yang meninggal mencapai 24 orang. (Apriansyah 2008)
Yang mengemukakan bahwa sebagian besar korban penyalah gunaan narkotika dan minuman keras adalah remaja terbagi dalam golongan umur 14-16 tahun (47,7%), golongan umur 17-20 tahun (51,3) dan golongan umur 21-24 tahun (31%). Dan berdasarkan hasil survey dinas penelitian dan pengembangan (DISLITBANG) polri memperlihatkan bahwa pemakaian narkotika dan minuman keras di Indonesia terbanyak dari golongan pelajar baik SLTP,SLTA maupun mahasiswa yang jumlahnya mencapai 70% dan sedangkan yang lulusan SD hanya 30%. (Purno mowardani & Koentjoro,2000)
Dan alasan untuk memakai minuman keras adalah kenikamatan, tekanan kelompok pergaulan, rasa ingin tahu, jenuh/bosan, untuk mengatasi masalah tertentu, paksaan, ikut mode, prestise/gensi dan kesenian/inspirasi. Sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui Dampak Prilaku Remaja Terhadap Penggunaan Minuman Keras Pada Mahasiswa .


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah “Bagaimana Dampak Perilaku Remaja Terhadap Penggunaan Minuman Keras Pada Mahasiswa Kabupaten tahun 2011”.


1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
“Untuk mengetahui dampak perilaku remaja terhadap penggunaan minuman keras pada mahasiswa Kabupaten Tahun 2011”.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Ingin mengetahui dan mengkaji dampak perilaku remaja terhadap penggunan minuman keras pada mahasiswa Kabupaten Tahun 2011 terhadap kesehatan fisik
2. Ingin mengetahui dan mengkaji dampak perilaku remaja terhadap penggunaan minuman keras pada mahasiswa Kabupaten Tahun 2011 terhadap prestasi belajar
3. Ingin mengetahui dan mengkaji dampak perilaku remaja terhadap penggunaan minuman keras pada mahasiswa Kabupaten Tahun 2011 terhadap ketertiban dan keamanan.


1.4 . Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan tentang dampak perilaku penggunaan minuman keras.
1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat melengkapi kepustakaan yang ada di Kabupaten dan bahan masukan bagi mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan dan mutu pelayanan kesehatan.
1.4.3. Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan masukan dan mengkaji hal lain yang sehubungan dengan penggunaan minuman keras di masa yang akan datang.


Download KTI Skripsi Kebidanan, Keperawatan dan Kedokteran No.1
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Dampak Perilaku Remaja Terhadap Penggunaan Minuman Keras

Pengetahuan bufas Perawatan Postpartum di RB

ABSTRAK

Di Indonesia setiap 1 jam terdapat dua orang ibu meninggal, menteri kesehatan Siti Fadilah Supara pada sebuah kesempatan menyatakan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2006 mencapai 291 jiwa per 100.000 kelahiran hidup. (Maryunani, 2009) Menurut survey kesehatan rumah tangga (SKRT) selama 10 tahun angka kematian ibu terutama disebabkan perdarahan postpartum 67% dan 70% faktor – faktor yang mempengaruhi yaitu faktor penolong persalinan, dan faktor tempat tinggal ibu yang kotor dan tidak dirawat sehingga disebabkan infeksi pada saat post postpartum. Berdasarkan masalah yang ditemukan saat ini dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan perawatan postpartum berdasarkan umur, pendidikan, dan paritas. Penelitian ini dilakukan di RB ........... tahun 2011 yang dilaksanakan pada bulan Februari s/d selesai penelitian ini berjenis deskriptif yaitu menggambarkan suatu masalah secara objektif dimana data yang dikumpulkan dengan memberikan kuesioner pada responden dimana jumlah populasi dalam penelitian ini 30 responden dan peneliti mengambil keseluruhan populasi menjadi sampel yaitu sebanyak 30 responden. Adapun hasil penelitian ini adalah didapati responden yang berpengetahuan baik sebanyak 10 responden (33,3%) berpengetahuan cukup 18 responden (60%) dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 2 responden (6,7%). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa umur pendidikan dan paritas mempengaruhi pengetahuan ibu tentang perawatan postpartum. Dengan demikian diharapkan dengan tingginya pengetahuan ibu tentang perawatan postpartum dapat meningkatkan derajat kesehatan khususnya ibu.
Kata Kunci : Pengetahuan Ibu Nifas, Perawatan Postpartum
Referensi : 13 referensi (2002 – 2011).

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Menghadapi jangka panjang tahap II terdapat dua isu nasional yaitu tingginya angka kematian ibu prenatal dan peningkatan sumber daya manusia dalam peran bidan tindakan khusus dalam penurunan angka kematian ibu dan kesehatan pada ibu terutama pada daerah pedesaan. Asuhan dan nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa keritis dan ibu maupun bayinya, diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Ambarwati. 2009).
Di Indonesia dalam setiap 1 jam dua orang ibu meninggal. Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supara pada sebuah kesempatan menyatakan bahwa angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2006 mencapai 291 jiwa per 100.000 kelahiran hidup (Mariyunani, 2009).
Pada tahun 2002 – 2003, AKI sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup diperoleh dari hasil SDKI, kemudian menjadi 248 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007). Hasil ini menunjukkan AKI cenderung terus menurun tetapi bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010 yaitu sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup. (Sudaryanto, 2009).
Sementara itu target penurunan AKI secara nasional dalam recana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 125 jiwa per 100.000 kelahiran hidup.dalam sebuah majalah kesehatan ibu kota Mei 2007 diungkapkan bahwa di dunia terjadi kematian seorang ibu setiap menit. (Mariyunani, 2009).
Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, infeksi, ekmpsi, partus lama, dan komplikasi abortus. Menurut survey kesehatan rumah tangga (SKRT) selama 10 tahun angka kematian ibu terutama disebabkan postpartum sekitar 67% dan 70% kematian karena trias preeklamsi, perdarahan, dan infeksi dapat dihindari. Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu faktor penolong persalinan, dan faktor tempat tinggal ibu yang kotor dan tidak dirawat sehingga menyebabkan infeksi pada saat postpartum merupakan faktor terbesar penyebab terjadinya kematian ibu, deteksi dini terhadap infeksi selama persalinan postpartum yang bersih dan perawatan semasa postpartum yang besar dapat mengulangi masalah ini. (http://kb1.gemari:u.id/beritadetal-pnp?id-1610).
Perawatan pasca persalinan yaitu mobilisasi karena lelah sehabis bersalin ibu harus istirahat tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan, kemudian boleh miring-miring kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. (usu.2009.http://www.nokita,com)
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Postpartum.

1.2 Perumusan Masalah
Bagaimana Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Postpartum di Rumah Bersalin tahun 2011.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Postpartum di Rumah Bersalin Tahun 2011
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu nifas tentang perawatan postpartum di Rumah Bersalin berdasarkan umur.
2. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu nifas tentang perawatan postpartum di Rumah Bersalin berdasarkan pendidikan.
3. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu nifas tentang perawatan postpartum di Rumah Bersalin berdasarkan paritas.

1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Bersalin Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan di RB tentang perawatan postparum bagi ibu bersalin.
2. Bagi Responden
Sebagai masukan dan menambah pengetahuan bagi ibu nifas tentang pentingnya perawatan Postpartum sehingga tidak terjadi kelainan dan infeksi dalam masa nifas.

3. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam hal yang berkaitan dengan pengetahuan ibu nifas tentang perawatan Postpartum.
4. Bagi Instansi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai tambahan referensi atau buku bacaan di perpustakaan Akademi Kebidanan Harapan Mama Kab. Deli Serdang.

Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan dan Kedokteran No.10

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Pengetahuan bufas Perawatan Postpartum di RB

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perawatan Payudara Selama Kehamilan di Desa

ABSTRAK
Perawatan payudara adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar atau teratur untuk memelihara kesehatan payudara waktu hamil dengan tujuan untuk mempersiapkan laktasi pada waktu postpartum. Jika seorang ibu hamil tidak melakukan perawatan payudara selama kehamilan dengan baik dan hanya melakukan perawatan menjelang melahirkan atau setelah melahirkan maka sering dijumpai kasus-kasus yang akan merugikan ibu dan bayi. Kasus tersebut antara lain ASI tidak keluar dan baru keluar setelah hari kedua atau lebih. Puting susu tidak menonjol sehingga bayi sulit menghisap, produksi ASI sedikit sehingga tidak cukup dikonsumsi bayi, infeksi pada payudara, payudara bengkak atau bernanah, munculnya benjolan di payudara. Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang perawatan payudara selama kehamilan di Klinik Bersalin Desa Kec. Kab. Penelitian ini bersifat dekriptif dengan menggunakan data primer dan sampel berjumlah 26 orang dengan menggunakan teknik sampling accidental, dan diperoleh data dengan membagikan kuesioner tentang pengetahuan ibu hamil tentang perawatan payudara selama kehamilan. Hasil penelitian tentang pengetahuan ibu hamil tentang perawatan payudara selama kehmailan mendapatkan nilai mayoritas cukup sebanyak 12 orang (46,15%), mayoritas pada umur terjadi pada umur 20-24 dan 25-29 tahun berpengetahuan cukup dan kurang sebanyak 5 orang (19,23%), mayoritas berdasarkan pendidikan terjadi pada pendidikan SMA berpengetahuan cukup sebanyak 9 orang (34,62%), mayoritas berdasarkan paritas terjadi pada paritas 1 berpengetahuan cukup sebanyak 7 orang (26,22%), mayoritas berdasarkan pekerjaan terjadi pada pekerjaan IRT berpengetahuan cukup sebanyak 9 orang (34,62%), dan mayoritas berdasarkan sumber informasi tejadi pada sumber informasi media cetak berpengetahuan cukup sebanyak 5 orang (19,23%). Dengan demikian diharapkan kepada ibu-ibu hamil mau meningkatkan pengetahuannya tentang perawatan payudara dan mau melakukan perawatan payudara selama kehamilan karena melihat pentingnya dan sangat bermanfaatnya untuk ibu dan bayi.
Daftar Pustaka : 10 buku (2003-2009)
Kata Kunci : Pengetahuan, Perawatan Payudara Selama Kehamilan


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker payudara merupakan salah satu masalah utama kesehatan perempuan di dunia, terutama di negera berkembang seperti Indonesia dan salah satu alasan semakin berkembangnya kanker ini disebabkan oleh rendahnya cakupan deteksi dini dan screening.
Berdasarka data Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2001, kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada perempuan, incident rate 38 per 100.000 perempuan kasus dan ditemukan sebesar 22,7% dengan jumlah kematian 14% pertahun dan kanker leher rahim menempati urutan kedua dengan incident rate 16 per 100.000 perempuan kasus dan yang ditemukan 9,7% dengan jumlah kematian 9,3% pertahun dari seluruh kanker perempuan di dunia. (Antara. 2008).
The American Cancer Sociaty (2008) memperkirakan setiap tahunnya sekitar 178.000 wanita Amerika dan 2.000 pria Amerika akan didiagnosis terkena kanker payudara (Cancer, 2008).
Sedangkan berdasarkan data dari badan registrasi Kanker Ikatan Dokter Ahli Patologi Indonesia (IAPI) tahun 1998 di 13 rumah sakit di Indonesia kanker leher rahim menduduki peringkat pertama dari seluruh kanker sebesar 17,2% diikuti kanker payudara 12,2%. Dan berdasarkan data globocan IARC 2002, didapatkan estimasi insiden kanker payudara di Indonesia sebesar 26 per 100.000 perempuan dan kanker leher rahin sebesar 16 per 100.000 perempuan. (Antara, 2008).
Untuk mengurangi angka kejadian yang terjadi maka pemerintah menyelenggarakan program deteksi dini kanker payudara, yaitu dengan pemeriksaan payudara sendiri dan melakukan perawatan payudara.
Perawatan payudara selama kehamilan adalah salah satu bagian penting yang harus diperhatikan sebagai persiapan dalam pemberian ASI.
Selama kehamilan payudara akan membengkak dan daerah sekitar puting warnanya akan lebih gelap. Dengan adanya pembengkakkan tersebut, payudara menjadi mudah teriritasi bahkan mudah luka. Oleh karena itu perlu dilakukan perawatan payudara selama hamil. (Saryono – Pramitasari, 2009).
Akan tetapi, pada kenyataannya banyak ibu hamil mengabaikan perawatan payudara. Ini dikarenakan ibu malas atau sesungguhnya ibu belum mengetahui manfaatnya. (Dedek. 2008).
Apabila selama kehamilan ibu tidak melakukan perawatan payudara dan perawatan tersebut hanya dilakukan pasca persalinan, maka akan menimbulkan beberapa permasalahan, seperti ASI tidak keluar atau ASI keluar setelah beberapa hari kemudian, puting susu tidak menonjol sehingga bayi sulit menghisap, produksi ASI sedikit, dan tidak cukup dikonsumsi bayi, infeksi pada payudara, payudara bengkak, bernanah, dan muncul benjolan di payudara.
Dan setelah dilakukan survey pendahuluan di Klinik Bersalin Desa Kecamatan terdapat ibu hamil yang melakukan pemeriksaan ANC secara rutin berjumlah 35 orang pada bulan Mei Tahun 2011.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perawatan Payudara Selama Kehamilan di Klinik Bersalin Desa Kecamatan Kabupaten Tahun 2011

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan bagaimanakah pengetahuan ibu hamil tentang perawatan payudara selama kehamilan di Klinik Bersalin Desa Kecamatan Kabupaten Tahun 2011

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang perawatan payudara selama kehamilan di Klinik Bersalin Desa Kecamatan Kabupaten Tahun 2011.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu hamil tentang perawatan payudara selama kehamilan berdasarkan umur.
b. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu hamil tentang perawatan payudara selama kehamilan berdasarkan pendidikan.
c. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu hamil tentang perawatan payudara selama kehamilan berdasarkan paritas.
d. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu hamil tentang perawatan payudara selama kehamilan berdasarkan pekerjaan.
e. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu hamil tentang perawatan payudara selama kehamilan berdasarkan sumber informasi.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Petugas Kesehatan
Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pemberian pelayanan dan informasi tentang perawatan payudara pada ibu hamil.
1.4.2 Bagi Ibu (khususnya responden)
Sebagai sumber informasi pada ibu hamil tentang perawatan payudara selama kehamilan.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi bagi pendidikan Akademi Kebidanan Harapan Mama Kabupaten ............
1.4.4 Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam menerapkan ilmu yang didapat dari pendidikan Akademi Kebidanan Harapan Mama Kabupaten ........... khususnya tentang perawatan payudara.
1.4.5 Bagi Peneliti Selanjutnya
Agar dapat menjadi acuan materi perbandingan dimasa yang akan datang.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan dan Kedokteran No.9

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perawatan Payudara Selama Kehamilan di Desa

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Pencapaian Tumbuh Kembang Balita 4-5 Tahun Di TK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuh kembang anak merupakan suatu proses yang continue, dimulai dari sejak dalam kandungan sampai anak tumbuh dewasa, banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak baik dari faktor genetik maupun lingkungan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ / individu.
Otak orang dewasa \berbeda dengan otak balita, otak balita (bawah 5 tahun) lebih plastis. Plastisitas otak pada balita mempunyai sisi positif dan negatif. Sisi positifnya, otak balita lebih terbuka untuk proses pembelajaran dan pengkayaan. Sisi negatifnya, otak balita lebih peka terhadap lingkungan utamanya, lingkungan yang tidak mendukung seperti asupan gizi yang tidak adekuat, kurang stimulasi dan tidak dapat pelayanan kesehatan yang memadai. Oleh karena itu masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai ”masa keemasan” (golden period), ”jendela kesempatan” (Window of opportunity) dan ”masa kritis” (critical period). ( Depkes RI, 2005 )
Kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita yang menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, dan sebagainya). Dengan tenaga yang profesional (kesehatan, pendidikan dan sosial), akan meningkatkan tumbuh kembang anak usia dini dan kesiapan memasuki jenjang pendidikan formal. Indikator keberhasilan pembinaan tumbuh kembang anak tidak hanya meningkatnya status kesehatan dan gizi anak tetapi juga mental, emosional, sosial dan kemandirian anak berkembang secara optimal.
( Depkes RI, 2005 )
Pembinaan tumbuh kembang anak memerlukan perangkat instrumen untuk stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang termasuk format rujukan kasus dan pencatatan - pelaporan kegiatan. Berbagai metoda stimulasi dan deteksi dini telah banyak dikembangkan oleh para ahli dan lintas sektor terkait. Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), telah menyusun berbagai instrumen stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang untuk anak umur 0 – 6 tahun, yang diuraikan dalam pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak ditingkat pelayanan kesehatan dasar. ( Depkes RI, 2005 )
Dalam tumbuh kembang anak tidak sedikit peran ibu dan ekologi anak yaitu peran ibu sebagai para genetik faktor yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan psikologis terhadap pertumbuhan post natal dan perkembangan kepribadian melalui ibu, anak akan mendapatkan ASI yang merupakan gizi yang tinggi bayi di samping sebagai pelindung bayi terhadap berbagai macam infeksi. Namun pada saat ini begitu banyak bayi yang tidak mendapatkan ASI ibunya di karenakan ibu yang sangat sibuk ataupun di karenakan gizi ibu yang tidak mencukupi sehingga mengakibatkan anak/bayi mengalami gangguan dalam tumbuh kembang. (http://www2.compas.com)
Aspek tumbuh kembang anak pada anak dewasa ini adalah salah satu aspek yang di perhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik maupun psikososial. Namun, sebagai orang tua belum memahami hal ini terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan perkembangannya. Sering kali para orang tua mempunyai pemahaman bahwa pertumbuhan dan perkembangannya mempunyai pengertian yang sama. (Nursanam, 2005)
Mengingat jumlah balita di indonesia sangat besar yaitu sekitar 10% dari seluruh populasi, maka sebagai calon generasi penerus bangsa. Kualitas tumbuh kembang balita di indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik. Stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang, selain hal-hal tersebut berbagai faktor lingkungan yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak juga perlu dieliminasi. (DEPKES RI, 2005)
Untuk pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal diperlukan berbagai faktor misalnya, makanan harus disesuaikan dengan keperluan anak yang sedang tumbuh. Penyakit infeksi akut maupun kronis menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga pencegahan penyakit menular merupakan hal penting disamping bimbingan, pembinaan, perasaan aman, dan kasih sayang dari orang tua yang hidup rukun, bahagia dan sejahtera dalam lingkungan yang sehat. (www.geogle.com)
Menurut suvey demografi kesehatan indonesia 2002 – 2003, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian bayi (AKB) tercatat 35/1000 kelahiran hidup. Pada tahun yang sama prevalasi gizi kurang pada anak balita akan diturunkan dari 25,8 % menjadi 20 % dan umur harapan hidup di naikkan dari 66,29 % menjadi 70,6 %. (www.waraouw.com)
Di Indonesia sendiri tumbuh kembang dapat dilihat dari besarnya angka kematian bayi (AKB) saat ini yang dirasa masik tertinggi di Asia Tenggara, karena hal itu menjadi kegiatan prioritas Departemen Kesehatan pada periode 2005 – 2010. (www.gogle.com/angkakematianbayi)
Pencapaian kemampuan tumbuh kembang pada masa bayi tidak selalu di capai persis usia 1 tahun, tetapi dapat dicapai lebih awal atau terlambatnya dari satu tahun. Masing-masing tahap memiliki ciri khas dalam anatomi, fisiologis, blokimia, dan karakternya. Tahap dalam pencapaian tumbuh kembang anak adalah masa prenatal, neonatal, masa bayi, balita, dan prasekolah. (Nursalam, 2005)
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas peneliti membuat Perumusan Masalah yaitu :
Bagaimanakah gambaran pengetahuan dan sikap ibu dalam pencapaian tumbuh kembang balita usia 4 – 5 tahun di TK Desa Kecamatan tahun 2011.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu dalam pencapaian tumbuh kembang balita usia 4 – 5 tahun di TK Desai Kecamatan Tuan tahun 2011.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu dalam pencapaian tumbuh kembang Balita di TK Desai Kecamatan Tuan tahun 2011.
2. Untuk mengetahui sikap ibu dalam pencapaian tumbuh kembang Balita di TK Desai ........... Kecamatan Tuan tahun 2011.

1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Bagi ibu-ibu yang mempunyai balita usia 4 – 5 tahun, sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu dalam pencapaian tumbuh kembang balita usia 4 – 5 tahun.
1.4.2 Bagi Intitusi Pendidikan Akademi Keperawatan Kabupaten ......... sebagai masukan bahan bacaan di perpustakaan Akademi Keperawatan .
1.4.3 Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam penerapan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan dan Kedokteran No.8

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Pencapaian Tumbuh Kembang Balita 4-5 Tahun Di TK

Gambaran Karakteristik Pengetahuan Ibu Tentang ISPA Pada Anak Di Rumah Bersalin

ABSTRAK
Menurut WHO infeksi salaruan pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab angka kematian pada anak dinegara yang sedang berkembang. ISPA ini menyebabkan 4 dari 15 juta angka kematian pada anak berusia dibawah 5 tahun, mencakup 20 – 30%. Oleh karena itu ibu harus betul – betul memahami proses pada anak secara optimal.
Berdasarkan aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi. Sebenarnya teknik pengumpulan data ini dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari responden dengan menggunakan kuesioner diisi langsung oleh responden yang menjadi sampel dalam penelitian. Dalam malakukan penelitian ini penulis menggunakan aspek pengukuran berupa kuesiner yang telah disusun oleh penulis,berdasarkan konsep tentang gambaran karakteritik pengetahuan ibu tentang ISPA pada anak balita dirumah bersalin Kabupaten tahun 2011.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan instrument penelitian berupa kuesioner pengetahuan yang dianjurkan responden dimana sampel yang digunakan sebanyak 30 responden dengan cara mengambil sampel secara total sampling. Pengolahan data dilakukan dengan cara editing, coding dan tabulating.Kemudian dianalisa dengan melihat persentase data yang telah terkumpul dan disajikan dalam bentuk tabel dan dilanjutkan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori yang ada.
Dari hasil penelitian gamnaram Karakteristik Pengetahuan Ibu tentang ISPA pada anak balita. Mayoritas pengetahuan kurang sebanyak 16 responden (53,3%), berdasarkan umur berpengetahuan kurang sebanyak 11 responden (36,6%), dengan umur sampai 20 – 30 tahun, Berdasarkan pendidikan berpengetahuan kurang sebanyak 9 responden (30%) dengan pendidikan SD, berdasarkan paritas nerpngetahuan kurang sebanyak 14 responden (46,7%) dengan paritas multipara. Dan berdasarkan sumber informsi berpengetahuan kurang 0 responden (33,33%) dengan sumber informasi
Berdasarkan hasil penelitian disimpilkan bahwa pengetahuan ibu tentang ISPA kurang, maka karena itu dianjurkan kepada pihak kesehatan pada pasien – pasien yang berkunjung kerumah bersalin tersebut.

Kata Kunci : Pengetahuan Ibu Tentang Ispa Pada Anak Balita
Daftar Pustaka : 10 referensi (2003 – 2009)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian pada anak di negara sedang berkembang. ISPA ini menyebabkan 4 dari 15 juta kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun. setiap anak balita diperkirakan 3 – 6 episode ISPA setiap tahunnya dan proporsi kematian yang disebabkan ISPA mencakup 20 – 30%. (WHO, 2003,1).
ISPA adalah suatu kelompok penyakit sebagai penyebab angka absensi tertinggi bila dibandingkan dengan kelompok penyakit lain. lebih 50% dari absensi atau dari semua angka tidak masuk kerja / sekolah disebabkan penyakit ini. Angka kekerapan ISPA, tertinggi pada kelompok – kelompok tertutup di masyarakat, penghuni asma, kesatrian, sekolah atau sekolah yang juga menyelengarakan pemondokan (boarding school). Di negara barat kasus ini banyak dijumpai pada recruitment dan murid sekolah pada musim dingin, awal musim gugur, atau pada masa – masa pergantian musim.
ISPA yang mengenai saluran nafas bawah, misalnya Bronchitis, bila menyerang kelompok umur tertentu, khususnya bayi, anak – anak dan orang tua, akan memberikan gambaran klinis yang berat dan jelek dan sering kali berakhir dengan kematian. ISPA yang disebabkan oleh virus, wanita lebih rentan bila dibandingkan dengan pria, namun waktu menstruasi mereka lebih tahan. (Abdul, 2002).
Sebagai kelompok penyakit ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan. Sebanyak 40 – 60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15 – 30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit disebabkan oleh ISPA (Dirjen P2MPLP RI, 1996 : 7).
Word Health Organization (WHO) memperkirakan insiden infeksi saluran pernafasn akut (ISPA) di Negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per1000 kelahiran hidup adalah 15% - 20% pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO ± 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagai besar kematian tersebut terdapat di Negara berkembang dimana pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan ± 4 juta balita seiiap tahun. (Depkes, 2000).
Di Indonesia, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) saluran menempati urutan pertama menyebabkan kematian pada kelompok bayi dan balita. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Survey mortalitas yang dilakukan oleh subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA / pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita (Anonim, 2008).
Sejumlah Puskesmas dikota Menunjukkan adanya peningkatan kasus ISPA bahkan kunjungan pasien di Puskesmas tersebut didominasi penderita ISPA dengan gejala batuk, pilek, disertai dengan demam. Dalam 1 hari ada 50 -60 pasien yang berkunjung ke puskesmas. Dari jumlah tersebut hampir 80% menderita ISPA (www. Waspada.co.id)

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Gambaran Karakteristik Pengetahuan Ibu Tentang ISPA Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalifah tahun 2011.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Karakteristik Pengetahuan Ibu Tentang ISPA Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalifah tahun 2011.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Distribusi Karakteristik Pengetahuan Ibu Tentang ISPA Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalifah tahun 2011 berdasarkan umur.
2. Untuk mengetahui Distribusi Karakteristik Pengetahuan Ibu Tentang ISPA Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalifah tahun 2011 berdasarkan pendidikan
3. Untuk mengetahui Distribusi Karakteristik Pengetahuan Ibu Tentang ISPA Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalifah tahun 2011 berdasarkan paritas
4. Untuk mengetahui Distribusi Karakteristik Pengetahuan Ibu Tentang ISPA Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalifah tahun 2011 berdasarkan pekerjaan
5. Untuk mengetahui Distribusi Karakteristik Pengetahuan Ibu Tentang ISPA Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalifah tahun 2011 berdasarkan sumber informasi

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Dapat mengamplikasikan ilmu dan teori yang dapat di bangku kuliah khususnya dalam melakukan penelitian dan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program D-III kebidanan
1.4.2 Bagi Ibu Yang Memiliki Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalifah
Sebagai bahan masukan untuk menambah informasi atau pengetahuan ibu tentang ISPA pada balita.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian dapat menjadi bahan bacaan di perpustakaan Akademi Kebidanan Kabupaten 1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan bagi penelitian atau mahasiswa yang berniat untuk penelitian selanjutnya.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan dan Kedokteran No.7

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Gambaran Karakteristik Pengetahuan Ibu Tentang ISPA Pada Anak Di Rumah Bersalin

Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Dengan Hidramnion Di Rumah Sakit

ABSTRAK

Menurut WHO angka kejadian hidramnion berkisar 1,1 – 2,8% dari seluruh kehamilan disebabkan oleh komplikasi pada kehamilan dan persalinan dan 8 – 18% dengan kelainan janin. Biggio dan kawan-kawan di University Of Alabama melaporkan insidensi kelebihan air ketuban 1% diantara lebih dari 36.000 kehamilan. Hidramnion adalah pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah besar di Negara berkembang termasuk Indonesia. Cairan ketuban paling banyak dihasilkan oleh urinasi atau produksi air seni janin, si jabang bayi minum air ketuban dalam jumlah yang seimbang dengan air seni yang dikeluarkannya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Karakteristik Ibu Hamil Dengan Hidramnion di Rumah Sakit Periode 2009 – 2011. Populasi berjumlah 35 orang dan seluruh populasi dijadikan sampel. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif menggunakan data sekunder yang diperoleh dari rekam medik, pengolahan data secara editing dan tabulating, kemudian menganalisa data dengan melihat persentase yang terkumpul dan dijadikan tabel kemudian membahas hasil penelitian dengan teori yang ada. hasil penelitian berdasarkan mayoritas pada umur 35-39 tahun sebanyak 13 orang (37,14%) dan minoritas pada umur 40-44 tahun sebanyak 1 orang (2,85%), berdasarkan paritas mayoritas multipara sebanyak 24 orang (68,57%) dan minoritas Grandmultipara sebanyak 2 orang (5,71%) berdasarkan usia kehamilan mayoritas 28 – 31 minggu sebanyak 18 orang (51,4%) dan minoritas 32-35 minggu sebanyak 2 orang (5,1%), berdasarkan faktor penyebab ibu mayoritas kehamilan Ganda sebanyak 13 orang (37,42%) dan minoritas penyebab Rhesus / inkompatibilitas sebanyak 6 orang (17,2%) dari hasil penelitian diharapkan kepada petugas kesehatan dapat meningkatkan kualitas asuhan kebidanan pada ibu hamil, sehingga dapat memperkecil kejadian hidramnion.
Kata Kunci : Hidramnion
Daftar Pustaka : 14 referensi (2001-2011)



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hidramnion pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah besar di Negara berkembang termasuk Indonesia. Cairan ketuban paling banyak dihasilkan oleh proses urinasi atau produksi air seni janin. Si jabang bayi minum air ketuban dalam jumlah yang seimbang dengan air seni yang dihasilkannya. Volume air ketuban tidak persis dari waktu ke waktu. Volume ini mengalami dari puncak di umur kehamilan 33 minggu, yakni sekitar 1 – 1,5 liter yang berangsur berkurang mendekati kehamilan cukup bulan (40 minggu) (Rachmuddin, 2006).
Menurut salah satu jurnal yang diterbitkan dalam Pubmed, insiden terjadinya hidramnion adalah 0,4% dan berkaitan dengan prematur, kehamilan kembar, diabetes dan kelainan pada janin. Berdasarkan penelitian, yang diterbitkan oleh British Medical Journal hidramnion akut dapat diatasi dengan cara parasintensis uteri (rahim) (Manuaba, 2008).
Menurut WHO angka kejadian hidramnion berkisar 1,1 – 2,8% dari seluruh kehamilan disebabkan oleh komplikasi pada kehamilan dan persalinan dan 8 – 18% dengan kelainan janin. Biggio dan kawan-kawan di University Of Alabama melaporkan insidensi kelebihan air ketuban 1% diantara lebih dari 36.000 kehamilan. Sampai sekarang penyebab hidramnion masih belum jelas, banyak kasus hidramnion berhubungan dengan kelainan janin (Rachmuddin, 2006).
Dalam penelitian oleh Hill dan kawan-kawan dari Maya Clinic lebih dari 9000 persen pasien prenatal menjalani evaluasi USG rutin menjelang awal trimester III insidensi hidramnion yaitu 0,1% dari seluruh kehamilan dengan kelebihan air ketuban ringan atau kantung yang berkurang 8-11 cm dan 80% cairan yang berlebihan hidramnion sedang 12-15 cm terdapat pada 15% sedangkan yang berat 16 cm terdapat 5% atau yang sering dijumpai hidramnion pada kongential animaly sebesar 17,7-29%. (Dr. Hilmansyah).
Di Bandung ditemukan hampir 65% dinyatakan hidramnion. Damata dan koleganya melaporkan bahwa 105 wanita yang diteliti mengalami kelebihan air ketuban, sedangkan di Rumah Sakit Martha Friska Medan ditemukan frekuensi 20% dan di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung 4-6% (Rachmuddin, 2006).
Hidramnion juga dapat berkembang mendadak bila terjadi peningkatan air ketuban dalam waktu 14 hari. Hidramnion juga menimbulkan gejala pada ibu hamil yang meliputi dispnea (sesak napas), kaki tungkai bawah membengkak dan perut membesar dan tampak mengilat dan ini terjadi dalam waktu yang sedikit / yang tidak lama dan diperlukan tindakan untuk meringankan ibu hamil. (Manuaba, 2008).
Oleh karena angka kejadian hidramnion ibu dan janin yang cukup tinggi maka ibu hamil dengan kelebihan air ketuban lebih sering dipantau sehinga dapat diambil sikap untuk melakukan obeservasi dan penanganan yang tepat.
Hasil survey awal tanggal 18-02-2010 yang dilakukan di Rekam Medik Rumah Sakit ibu yang mengalami kelebihan air ketuban sebanyak 35 orang yakni tahun 2009 sebanyak 10 orang, tahun 2008 sebanyak 11 orang, tahun 2011 sebanyak 14 orang.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Karakteristik Ibu Hamil dengan Hidramnion di Rumah Sakit Periode 2009 – 2011”.

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam Penelitian ini adalah "Bagaimanakah Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Dengan Hidramnion di Rumah Sakit Periode 2009 – 2011.”

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Karakteristik ibu hamil dengan hidramnion di Rumah Sakit Periode 2009 – 2011.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi ibu hamil dengan hidramnion berdasarkan umur di Rumah Sakit Periode 2009 – 2011.
2. Untuk mengetahui distribusi ibu hamil dengan hidramnion berdasarkan paritas di Rumah Sakit Periode 2009 – 2011.
3. Untuk mengetahui distribusi ibu hamil dengan hidramnion berdasarkan usia kehamilan di Rumah Sakit Periode 2009 – 2011.
4. Untuk mengetahui distribusi ibu hamil dengan hidramnion berdasarkan faktor penyebab di Rumah Sakit Periode 2009 – 2011.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Pihak Rumah Sakit Haji
Bagi pihak Rumah Sakit dapat menjadi bahan masukan dan informasi dalam meningkatkan pelayanan berdasarkan kebidanan khususnya yang berhubungan dengan kasus hidramnion.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan perbandingan dengan penelitian selanjutnya dan sebagai bahan informasi dan bahan bacaan di perpustakaan Akademi Harapan Mama tentang kelebihan air ketuban.
1.4.3 Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya tentang hal-hal yang berkaitan dengan hidramnion.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan dan Kedokteran No.6

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Dengan Hidramnion Di Rumah Sakit

Gambaran Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Solusio Plasenta di Rumah Sakit

ABSTRAK
Perdarahan merupakan peyebab kematian ibu terbesar dalam kehidupan, perdarahan tersebut dapat terjadi pada masa hamil, maupun setelah persalinan, salah satunya penyebeb kematian ibu. Solusio plasenta adalah keadaan dimana plasenta letaknya normal terlepas dari implantasi, sebelum janin lahir, masalah yang diambil dalam penelitian ini bagaimana karakteristik ibu bersalin dengan solosio plasenta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu bersalin dengan solosio plasenta di RSUP H. Adam Malik Periode 2007 sampai dengan 2011 berdasarkan umur dan paritas. Adapun jenis penelitian ini bersifat deskriptif, objek penelitian yang diambil semua ibu yang mengalami solosio plasenta yang berjumlah 30 orang di RSUP H. Adam Malik , data diambil dari catatan medik, pengolahan data melalui editing, coding, tebulating, dan analisa data dengan melihat persentase data yang telah terkumpul disajikan dalam tabel.
Dari hasil penelitian di RSUP H.Adam Malik berdasarkan umur mayoritas 30 – 40 tahun sebanyak 12 orang ( 40%) dan minoritas pada umur <20 tahun sebanyak 3 orang ( 10%), berdasarkan paritas yang mayoritas 0-1 sebanyak 17 orang ( 56,6%) dan minoritas >4 sebanyak 1 orang (3,3%) hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa umur dan pritas merupakan karakteristik ibu bersalin dengan solosio plasenta.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah solosio plasenta umumnya terjadi pada umur 30-40 tahun dan dengan paritas 0 -1, khususnya bidan praktek swasta dan RSU Adam Malik . Agar dapat meningkatkan pelayanan dalam mendeteksi sehingga dapat berperan aktif dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu.

Kata Kunci : Ibu Bersalin dengan solosio Plasenta
Daftar Pustaka : 12 Buku, Internet 2 Buah ( 1996 – 2008)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Solosio Plasenta suatu keadaan dimana Plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlengkapannya sebelum janin lahir, biasanya terhitung sejak hamil 28 minggu.
( Mochtar.R.1998)
Solosio plasenta yang secara klinis jelas terdapat pada 0,5 – 1 % yang dari semua kehamilan. Solosio Plasenta sering disertai oleh keadaan yang menyebabkan insufisiensi Uteroplesenter Kronik seperti hipertensi, preeklamsi, perdarahan yang hebat dan jarak waktu antara terjadinya solosio plasenta sampai pengosongan uterus sehingga resiko kematian ibu mencapai 0,3 - 3% dan kematian janin 50 - 80%.
(Media Asculapius,2000)
Perdarahan pada silosio plasenta sebenarnya lebih berbahaya dari pada plasenta pravia, oleh karena itu pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada atau tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak. Pemandangan yang menipu inilah sebanarnya yang membuat solosio plaseta lebih berbahaya karena dalam keadaan yang demikian sering kali perkiraan jumlah darah yang telah keluar sukar diperhitungkan pada hal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok.
Perdarahan antepartum menurut WHO adalah perdarahan pervaginaan setelah 29 minggu kehamilan atau lebih insidensinya + 3% dan salah satu penyebabnya adalah solosio Plasenta.
( Admin, 2007)
Di Amerika Serikat dilaporkan dari semua angka kematian janin yang terjadi pada tahun 2007. Berkisar antara 50% - 80% yang mengalami solosio plasenta.
( Yayan Akhyar Israr,2007)
Di Indonesi sebagai Negara berkembang penyebab solosio plasenta tidak dikatehui dengan pasti tetapi pada kasus – kasus sehingga pada tahun 2008 berkisar kira - kira 2,1% yang mengalami solosio Plasenta.
Disumatra seperti di Pekan Baru di RSUD. Arifin Achmad, Solosio Plasenta merupakan 30% dari seluruh kejadian perdarahan antepartum.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ gambaran karakteristik ibu bersalin dengan Solosio Plasenta di RSU. 2007 – 2011”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka rumusan masalah adalah gambaran karakteristik ibu bersalin dengan Solosio Plasenta di RSU 2007 – 2011.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran karakteristik Ibu bersalin dengan solosio Plasenta di RSU. Periode 2007 -2011
1.3.2 Tujuan Khusus
 Untuk mengetahui distribusi ibu bersalin dengan solosio plasenta berdasarkan umur di Rumah Sakit Umum Periode 2007 – 2011.
 Untuk mengetahui distribusi Ibu bersalin dengan solosio Plasenta berdasarkan paritas di Rumah Sakit Umum periode 2007 - 2011

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk:
 Memberikan gambaran mengenai kasus solosio Plasenta di Rumah Sakit Umum ................. Periode 2007 – 2011.
 Sumber informasi bagi praktisi kesehatan dan pemerintah agar lebih memperhatikan masalah solosio plasenta sebagai salah satu faktor resiko penyebab kematian ibu dan anak yang dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam pengolahan kasus – kasus solusio plasenta sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan anak.
 Untuk kematian masyarakat Ilmiah, sebagai data dasar bagi penelitian selanjutnya.





Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan dan Kedokteran No.5

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Gambaran Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Solusio Plasenta di Rumah Sakit

Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Karies Gigi Pada Anak

ABSTRAK
Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam satu karbohidrat yang diragikan. Proses karies gigi ini ditandai dengan terjadinya demineraslisasi pada jaringan keras gigi diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Karies gigi pada anak kelas 4 SD yang dilaksanakan di SD Negeri 106178 desa Baru Kecamatan dimana yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak kelas 4 SD yang sekolah di SD Negeri 106178 Desa Baru Kecamatan yang berjumlah 35 orang, di mana keseluruhan populasi dijadikan sebagi sampel dalam penelitian ini. Penelitian ini berjenis deskristif yaitu untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang menyebabkan karies gigi. Data yang terkumpul dalam bentuk data primer yang didapatkan dengan membangikan kuisioner pada seluruh siswa yang menjadi sample dalam penelitian ini dimana dalam satu lembar kuisioner terdiri data 20 pertanyaan. Adapun hasil dari penelitian ini adalah diketahui bahwa faktor dominan yang menyebabkan terjadinya karies gigi pada anak adalah faktor makanan yaitu sebanyak 30 responden (85.7%), sedangkan faktor non dominan mayoritas disebabkan oleh bakteri sebanyak 8 responden (23%). Bagi anak-anak menggosok gigi sangat penting untuk mencegah terjadinya kerusakan pada gigi, serta mengurangi mengkonsumsi makanan-makanan yang manis dan bersifat lengket.
Kata Kunci : Faktor-faktor penyebab + terjadinya karies gigi pada anak.
Daftar Pustaka : 10 Buku (2004-2008)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Masalah utama dalam rongga mulut adalah karies gigi. Di Indonesia, prevelansi karies gigi ada kecenderungan semakin tinggi. Pada masa ini tidak hanya banyaknya karies gigi yang perlu diperhatikan tetapi urutan penyebab kejadian karies gigi seperti faktor gigi, substrat, mikroorgnisme, dan faktor waktu.
Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang dirugikan. Proses karies gigi ditandai dengan terjadinya deminerausisi pada jaringn keras gigi, terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri. Sampai sekarang karies gigi masih merupakan masalah kesehatan baik di negara maju maupun di negara-negara berkembang.
Penelitian mengenai identifikasi resiko karies saat ini telah banyak dilakukan pada anak-anak usia sekolah dan remaja. Adanya riwayat karies diketahui sebagai indikator terbaik dalam penentuan perkembangan karies. Namun indikator tersebut tidak dapat mencapai target ketetapan sekitar 80%.
Berdasarkan survey litbankes, presentase angka kesakitan gigi menduduki peringkat ke-6 terbanyak Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT 2009). Di Indonesia prevelansi karies gigi tetap diperkirakan 60-80% dari jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan survey kesehatan gigi yang dilakukan oleh direktoral pada daerah kota anak umur 8 tahun mempunyai prevelansi karies 45,2%, rata-rata 0,84, anak umur 12 tahun sebesar 76,62% rata-rata 2,21 sedangkan anak umur 14 tahun mempunyai prevelansi kariesnya 73,2 dan rata-rata 2,69.
Adanya interaksi antara faktor penyebab karies, merupakan awal terjadinya lesi karies gigi. Hasil laporan penelitian-penelitian di berbagai tempat di Indonesia menunjukkan adanya pervalensi yang cukup tinggi pada anak usia sekolah.
Berdasarkan hasil survey di atas, didapati anak yang mengalami karies gigi jumlahnya cukup tinggi, maka masalah ini perlu mendapatkan perhatian yang serius agar dapat diupayakan cara pencegahannya dan penanggulangannya.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, diketahui bahwa karies gigi banyak terjadi pada anak-anak usia sekolah dan remaja. Maka dari pernyataan itu, peneliti membuat perumusan masalah yaitu “Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Karies Gigi Pada Anak Di Sekolah Dasar”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi pada anak.
1.3.2 Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi berdasarkan makanan yang dikonsumsi.
- Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi berdasarkan bakteri.
- Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi berdasarkan gigi dan air ludah.

1.4 Manfaat Penelitian
- Bagi instansi SD
Untuk menambah wawasan dan informasi bagi siswa-siswi terhadap faktor-faktor penyebab dan pencegah karies gigi.
- Bagi peneliti
• Untuk menambah pengetahuan peneliti terutama tentang penyebab dan pencegahan karies gigi.
• Data yang sudah ada dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya terutama tentang kesehatan gigi.
- Bagi institusi pendidikan
• Dapat dijadikan sebagai reverensi di perpustakaan.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan dan Kedokteran No.4
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Karies Gigi Pada Anak

Faktor Risiko Pada Diabetes Mellitus di Rumah Sakit

ABSTRAK
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana tubuh penderitanya tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darah. Pada tubuh yang sehat, panktreas melepas insulin yang bertugas mengangkut gula melalui darah ke otot – otot dan jaringan lain untuk memasok energi. Penelitian ini bersifat dskriptif yang bertujuan untuk mengetahui faktor risiko pada Diabetes Mellitus. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari – Mei 2011 di Rumah Sakit Jl. Kolonel Yos Soedarso, Pulau Brayan . Data yang dikumpulkan dari responden menggunakan kuesioner dengan jumlah pertanyaan 20 soal yang langsung dibagikan 30 responden yang terkena penyakit Diabetes Mellitus. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa faktor risiko yang berdasakan usia sebanyak 14 responden (46,7%) dengan rata – rata usia responden berkisar 40 tahun keatas, hal ini terjadi semakin bertambahnya usia akan membuat seseorang itu mengalami penurunan fungsi tubuh, berdasarkan pekerjaan sebanyak 5 responden (16,7%) yaitu didapatkan rata-rata dalam sehariannya bekerja terlalu santai yang akhirnya akan beresiko aliran darah ke organ – organ termasuk pankreas berkurang, sehingga sel – sel pankreas akan menjadi kerusakan, berdasarkan obesitas sebanyak 3 responden (9,9%), hal ini dapat terjadi karena responden mengawali hidupnya dengan pola hidup yang salah seperti kurangnya gerak badan, malas berolah raga, dan banyak mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan karbohidrat, berdasarkan gaya hidup sebanyak 8 respoden (26,7%) yaitu didapatkan rata-rata responden menjalankan pola hidup yang salah, salah satu aspek yang paling menonjol yaitu : tingginya konsumsi makanan gaya barat yang serba instan dan cepat saji (Fast Food). Dan kebiasaan minim gerak atau gaya hidup santai. Dari hasil penelitian yang disimpulkan faktor risiko Diabetes Mellitus yang paling dominan yaitu berdasarkan usia, kemudian berdasarkan gaya hidup, dan paling minimum berdasarkan pekerjaan dan obesitas. Maka dari itu kepada penderita Diabetes Mellitus hendaknya mengatur pola diet yang seimbang, menghindari makanan yang serba instan yang tinggi akan lemak dan karbohidrat, jangan merokok, hindari minuman yang beralkohol, pengendalian makanan yang benar yaitu mengurangi lemak dan karbohidrat serta olahraga yang teratur minimal 3 – 5 kali (dalam seminggu). Dengan waktu 30 – 60 menit.
Kata Kunci : Faktor Risiko Pada Diabetes Mellitus
Daftar Pustaka : 14 Referensi (2005 – 2011)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak orang masih menganggap penyakit Diabetes Mellitus merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang timbul karena faktor keturunan. Pada hal, orang dapat mengidap Diabetes Mellitus, baiuk tua maupun muda.
Laporan statistik dari Internasional Diabetes Federation (IDF) menyebutkan, bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita Diabetes Mellitus. Angka ini terus bertambah hingga 3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Dengan demikian, jumlah penderita Diabetes Mellitus diperkirakan akan mencapai 350 juta pada tahun 2025 dan setengah dari angka tersebut berada di Asia terutama India, Cina, Pakistan dan Indonesia (Hans Tandra, 2008).
Menurut data badan kesehatan dunia (WHO) Indonesia menempati urutan ke empat dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap Diabetes Mellitus. (dr.Nabyl, 2009).
Pada tahun 2009 diperkirakan jumlah penderita Diabetes Mellitus di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar mengidapnya dan diantara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat secara teratur.
Survei Dinas Kesehatan Kota sejak September sampai dengan Oktober 2009 penyakit Diabetes Mellitus merupakan penyakit dengan penderita terbanyak dan menempati urutan pertama diatas Jantung Koroner. (www.Online, 2009)
Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit pada tanggal 29 Januari 2011, tercatat pada tahun 2008 terdapat 217 orang penderita Diabetes Mellitus, sedangkan di akhir 2009 yang lalu terdapat 30 orang penderita penyakit Diabetes Mellitus.
Berdasarkan hal tersebut dengan berbagai kejadian dari penyakit Diabetes Mellitus, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang ” Faktor Risiko Pada Diabetes Mellitus di Rumah Sakit”.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah Faktor Risiko Pada Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Tahun 2011

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor Risiko Pada Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Tahun 2011
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Faktor Risiko Pada Diabetes Mellitus berdasarkan usia
2. Untuk mengetahui Faktor Risiko Pada Diabetes Mellitus berdasarkan pekerjaan
3. Untuk mengetahui Faktor Risiko Pada Diabetes Mellitus berdasarkan tingkat obesitas
4. Untuk mengetahui Faktor Risiko Pada Diabetes Mellitus berdasarkan gaya hidup

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti sebagai penyelesaian tugas akhir program D-III Keperawatan
1.4.2 Bagi Instansi Kesehatan
Sebagai masukan penanganan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit
1.4.3 Bagi Institusi Kesehatan
Dapat dijadikan sebagai upaya menambah kelengkapan kepustakaan
1.4.4 Bagi Mahasiswa
Dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.




Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan dan Kedokteran No.3
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Faktor Risiko Pada Diabetes Mellitus di Rumah Sakit

Efektivitas Penanganan Dalam Nyeri Dismenorea Non Farmakologis Pada Remaja Putri

ABSTRAK

Dismenorea (nyeri haid) adalah suatu gejala yang paling sering menyebabkan wanita – wanita mengalami rasa tidak enak diperut bawah sebelum dan selama haid dan sering kali rasa mual sehingga menyebabkan mereka pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan. Tidak ada angka pasti sehingga mengenai jumlah penderita dismenorea di Indonesia namun di Surabaya didapatkan angka 1,07% hingga 1,31%. Dari jumlah penderita Dismenorea yang datang bagian kebidanan. Cara menghilangkan atau menurunkan nyeri yaitu secara farmakologis misalnya obat –obatan analgesik dan secara non farmakologis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Cara Yang Efektivitas Dalam Penanganan nyeri Dismenorea Non Farmakologis berdasarkan pemberian teknik nafas dalam dan pemberian terapi musik, serta membandingkan intensitas nyeri haid Dismenorea dengan menggunakan kedua teknik tersebut. Disemenorea dibagi atas dua bagian yaitu : Dismenorea primer dan dismenorea sekunder. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi langsung kelapangan dengan jumlah populasi dari sampel sebanyak 24 responden. Hasil penelitian ini ditemukan berdasarkan teknik nafas dalam baik sebanyak 8 responden (67%), cukup sebanyak 4 responden (33%), sedangkan yang kurang tidak ada, kemudian berdasarkan terapi musik baik sebanyak 7 responden (58%), cukup sebanyak 5 responden (42%) dan kurang tidak ada. berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan bagi responden agar dapat lebih meningkatkan pengetahuan tentang teknik nafas dalam dan terapi musik dalam mengatasi nyeri haid.

Kata Kunci : Keefektivitas Penanganan Nyeri Dismenorea Non Farmakologis
Daftar Pustaka : 7 Referensi (2005 – 2009).

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dismenorea atau nyeri haid mungkin suatu gejala yang sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan, karena gangguan ini sifatnya subjektif. Berat atau intensitasnya sukar dinilai, walaupun frekuensi dismenorea cukup tinggi dan penyakit ini sudah lama dikenal namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dengan memuaskan.
Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak diperut bawah sebelum dan selama haid dan sering kali rasa mual, maka istilah dismenorea hanya dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau ciri hidupnya sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari.
Tidak ada angka pasti mengenai jumlah penderita dismenorea di Indonesia, namun di Surabaya didapatkan angka 1,07%hingga 1,31% dari jumlah penderita dismenorea yang dating bagian kebidanan (www.google.com).
Banyak cara untuk menghilangkan atau menurunkan nyeri, baik secara farmakologis misalnya obat-obatan analgesik ataupun menghilangkan cara dengan intervensi keperawatan yang bersifat non farmakologis dan independen (www.google.com).
Manajemen nyeri non farmakologis lebih aman digunakan karena tidak menimbulkan efek samping yang seperti obat-obatan, karena terapi non farmakologis menggunakan proses fisiologis. Oleh karena itu, untuk mengatasi nyeri tingkat ringan atau sedang lebih baik menggunakan manajemen nyeri non farmakologis (www.google.com)
Salah satu intervensi keperawatan untuk menurunkan nyeri adalah pengalihan perhatian, dimana teknik ini dengan memfokuskan diri kepada lingkungan. Lingkungan yang sangat tenang dan sedikit membangkitkan input sensori. Perhatian harus cukup kuat untuk melibatkan seluruh perhatian yang berarti yang digunakan yaitu teknik nafas dalam dan terapi musik. Musik dapat membuat menjadi rileks, sehingga hanya perlu menggunakan obat-obatan yang lebih sedikit mengingat pentingnya hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektivitasnya dalam penanganan nyeri (dismenorea) non farmakologis pada remaja putri.

1.2 Perumusan Masalah
Bagimana efektivitas dalam penanganan nyeri dismenorea non farmakologis pada remaja putri.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui cara yang efektivitas dalam penanganan nyeri dismenorea non farmakologis pada remaja putri.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui efektivitas pemberian teknik nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri haid dismenorea pada remaja putri.
2. Untuk mengetahui efektivitas pemberian terapi musik terhadap penurunan intensitas nyeri hadi dismenorea pada remaja putri.
3. Membandingkan intensitas nyeri haid dimenorea menggunakan kedua teknik tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pembaca
Pembaca dapat mengaplikasikan teori teknik nafas dalam dan terapi musik pada klien yang menderita nyeri haid (dismenorea).
1.4.2 Bagi Instansi Pendidikan
- Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi baru khususnya mata kuliah maternitas.
- Memberikan masukan kepada kelompok usia remaja tentang cara menurunkan intensitas nyeri haid dismenorea yaitu dengan menggunakan teknik nafas dalam dan terapi musik serta membandingkan kedua teknik tersebut mana yang lebih efektif.
1.4.3 Bagi Peneliti
- Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis mengenai efektivitas dalam penanganan nyeri haid (dismenorea) non farmokolgis pada remaja putri.
- Sebagai pengalaman mengenal cara dan proses berpikir ilmiah, khususnya mengenal masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
- Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah didapatkan saat kuliah.
- Menimbulkan minat dan pengetahuan peneliti.
- Merupakan salah satu syarat untuk lulus program D III keperawatan.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan dan Kedokteran No.2
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Efektivitas Penanganan Dalam Nyeri Dismenorea Non Farmakologis Pada Remaja Putri