feedburner
INGIN BOCORAN ARTIKEL TERBARU GRATIS
Delivered by FeedBurner

feedburner count

Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Meminum Tablet Zat Besi di Desa

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
STIKES .........
Program Studi DIII Kebidanan ......... .........
Mini Riset, Agustus 2008
Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Meminum Tablet Zat Besi
xiii + 51 halaman + 7 tabel + 2 gambar +10 lampiran

ABSTRAK
Anemia pada kehamilan merupakan masalah yang umum karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.
Tujuan penelitian ini adalah mencari hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat bes di BPS Alamanda ......... .......... Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskripsi korelasi dengan pendekatan crossectional
Populasi dan sampel dari penelitian ini adalah ibu hamil di Desa ......... dengan jumlah 30 orang. Alat pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah kuisioner. Analisis data menggunakan uji korelasi Kendal Tau.
Hasil penelitian didapatkan responden yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi tentang anemia sebesar 16 orang (53,3%), tingkat pengetahuan sedang sebesar 10 orang (33,3%) dan tingkat pengetahuan rendah sebesar 4 orang (13,3%). Responden yang patuh meminum tablet zat besi ada 21 orang (70,0%) dan tidak patuh meminum tablet zat besi ada 9 orang (30,0%). Adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan ibu hamil dalam meminum tablet zat besi (p value = 0,014  0,05).
Disarankan kepada ibu hamil hendaknya memperhatikan kesehatan dirinya dengan makan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi suplemen zat besi untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam tubuh serta ibu hamil diharapkan tidak mengkonsumsi kopi dan teh setelah dan atau bersamaan dengan minum tablet zat besi karena akan menghambat zat besi dalam tubuh.
Kata kunci : pengetahuan, kepatuhan meminum tablet zat besi
Daftar pustaka : 19 referensi (1998 – 2008)


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.150

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Meminum Tablet Zat Besi di Desa

Hubungan Pengetahuan Dan Lama Kerja Bidan Dengan Pencapaian Cakupan K1 Dan K4 Dalam Pencatatan Dan Pelaporan Register Kohort

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007 : 1)
Upaya pemerintah yang nyata guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat salah satunya difokuskan pada program kesehatan ibu dan anak di setiap layanan kesehatan. Program kesehatan ibu dan anak yang telah dilaksanakan selama ini bertujuan untuk meningkatkan status derajat kesehatan ibu dan anak serta menurunkan AKI dan AKB. Untuk itu diperlukan upaya pengelolaan program kesehatan ibu dan anak yang bertujuan untuk memanfaatkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak secara efektif dan efisien. Kondisi derajat kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini masih memprihatinkan, antara lain ditandai dengan masih tingginya AKB, dan AKI. Berdasarkan data BPS tahun 2007, AKB di Indonesia menunjukkan angka yang masih tinggi yaitu 34 per 1.000 kelahiran hidup, dan menurut data SDKI 2007 AKI di Indonesia menunjukkan angka 228 per 100.000 kelahiran hidup. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008)
Di Propinsi Jawa Barat tahun 2007 AKI maternal menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu mencapai 98 per 1.000 kelahiran hidup (Dinkes Prop. Jabar, 2008). sedangkan AKI maternal pada tahun 2008 di Kabupaten ........... sebesar 131 per 1000 kelahiran hidup dengan jumlah kasus kematian bayi mencapai 106 per 1000 kelahiran hidup. (Dinas Kesehatan Kabupaten ..........., 2009)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian ibu maternal salah satunya dipengaruhi oleh faktor predisposisi perilaku kesehatan. Perilaku ibu hamil untuk meningkatkan kesehatan diantaranya dengan melakukan kunjungan kehamilan pada cakupan K1 dan K4. Sebagaimana menurut Yulifah R, dan Yuswanto TJA (2006) dengan system pencatatan dan pelaporan register kohort pada kunjungan K1 dan K4 maka diketahui cakupan pencapaian kunjungannya secara tempattif. Hal ini dilakukan sebagai deteksi dini ibu hamil beresiko di fasilitas pelayanan KIA untuk menurunkan angka kematian ibu secara bermakna.
Cakupan K1 di Indonesia tahun 2007 sebesar 83% di bawah target 100%, dan cakupan K4 sebesar 65,90%di bawah target 95%. Adapun di Propinsi Jawa Barat tahun 2007 cakupan K1 sebesar di bawah target 100%, dan cakupan K4 sebesar 77,34% di bawah target 95%. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2008)
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan secara berkala dan teratur. Hal ini dapat memberikan peluang yang lebih besar bagi petugas kesehatan untuk mengenali secara dini berbagai penyulit atau gangguan kesehatan yang terjadi pada ibu hamil. Beberapa penyakit atau penyulit tidak segera timbul bersamaan dengan terjadinya kehamilan (misalnya, hipertensi dalam kehamilan) atau baru akan menampakkan gejala pada usia kehamilan tertentu (misalnya, perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa). Selain itu, upaya memberdayakan ibu hamil dan keluarganya tentang proses kehamilan dan masalahnya melalui penyuluhan atau konseling dapat berjalan efektif apabila tersedia cukup waktu untuk melaksanakan pendidikan kesehatan yang diperlukan dari satu kunjungan ke kunjungan berikutnya. (Syafrudin dan Hamidah, 2004)
Adapun cakupan kunjungan ibu hamil dari data hasil pencatatan dan pelaporan Dinas Kesehatan Kabupaten ........... tahun 2008 yaitu :
Tabel 1.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4 Kabupaten ........... Tahun 2008
No Puskesmas Jml Ibu Hamil K1 % K4 %
1 Lemahsugih 1079 1041 96.48 945 87.58
2 Bantarujeg 694 604 87.03 580 83.57
3 Cikijing 1123 1065 94.84 1019 90.74
4 Cingambul 663 753 113.57 671 101.21
5 Talaga 799 572 71.59 509 63.70
6 ........... 449 371 82.63 204 45.43
7 Argapura 642 453 70.56 391 60.90
8 Maja 907 979 107.94 894 98.57
9 ........... 622 623 100.16 504 81.03
10 Munjul 643 562 87.40 357 55.52
11 Cigasong 601 488 81.20 467 77.70
12 Sukahaji 529 579 109.45 503 95.09
13 Salagedang 487 419 86.04 278 57.08
14 Rajagaluh 807 812 100.62 717 88.85
15 Sindangwangi 575 405 70.43 330 57.39
16 Leuwimunding 1183 1121 94.76 980 82.84
17 Waringin 910 960 105.49 781 85.82
18 Jatiwangi 861 794 92.22 745 86.53
19 Loji 714 518 72.55 452 63.31
20 Kasokandel 886 997 112.53 851 96.05
21 Panyingkiran 553 565 102.17 439 79.39
22 Kadipaten 834 735 88.13 631 75.66
23 Kertajati 452 325 71.90 257 56.86
24 Sukamulya 361 304 84.21 230 63.71
25 Jatitujuh 599 360 60.10 379 63.27
26 Panongan 396 306 77.27 255 64.39
27 Ligung 1171 860 73.44 733 62.60
28 Sumberjaya 1109 957 86.29 723 65.19
29 Malausma 915 612 66.89 652 71.26
30 Balida 839 445 53.04 371 44.22
22403 19585 87.42 16848 75.20
(Sumber Seksi KIA dan Usila Dinkes Kab. ..........., 2009)
Data tersebut menunjukkan bahwa di Kabupaten ........... tahun 2008 pada cakupan K1 sebesar 87,42% dan K4 sebesar 75.20, sedangkan di tempat penelitian yaitu Puskesmas ........... cakupan K1 sebesar 82,63% belum mencapai target 95% dan pada cakupan K4 sebesar 45,43% merupakan terendah kedua setelah Puskesmas Balida sebesar 44,22%.
Berdasarkan studi pendahuluan di tempat penelitian yaitu Puskesmas ........... yang dilakukan dengan wawancara terhadap beberapa petugas kesehatan diketahui bahwa rendahnya pencapaian cakupan kunjungan K1 dan K4 ibu hamil, salah satunya dipengaruhi oleh lama kerja bidan. Yaitu banyaknya bidan baru yang belum mengenal lebih jauh wilayah pelosok dan kurang mengembangkan peran dan tugasnya akibat pengetahuan yang terbatas secara teori serta belum mendapatkan cukup pengalaman yang nyata dalam melayani ibu hamil dan bersalin terutama di daerah pedesaan yang masih bersifat tradisional.
Pengetahuan merupakan hal penting bagi bidan dalam mengaplikasikan keilmuannya di lingkungan masyarakat. Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. (Wikipedia, 2009)
Lama kerja merupakan pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan. Seperti diungkapkan oleh Andi Mappiare bahwa pertumbuhan jabatan dalam pekerjaan dapat dialami oleh seseorang hanya apabila dijalani proses belajar dan berpengalaman dan diharapkan orang yang bersangkutan memiliki sikap kerja yang bertambah maju kearah positif, memiliki kecakapan (pengetahuan kerja) yang ebrtambah baik serta memiliki keterampilan kerja yang bertambah dalam kualitas dan kuantitas (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007)
Dari latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Dan Lama Kerja Bidan Dengan Pencapaian Cakupan K1 dan K4 Dalam Pencatatan Dan Pelaporan Register Kohort Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Tahun 2010”.

1.2 Rumusan Masalah
Pada penelitian ini dirumuskan pernyataan masalahnya yaitu rendahnya cakupan K1 dan K4 di Kabupaten ........... tahun 2008 dengan K1 87,42% dan K4 75.20, sedangkan di Puskesmas ........... cakupan K1 82,63% (di bawah target 100%) dan pada cakupan K4 45,43%(di bawah target target 95%). Rendahnya pencapaian K1 dan K4 tersebut salah satunya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan lama kerja bidan.
Sehingga pertanyaan penelitiannya adalah ”Bagaimana hubungan pengetahuan dan lama kerja bidan dengan pencapaian cakupan K1 dan K4 dalam pencatatan dan pelaporan register kohort di wilayah kerja UPTD Puskesmas ........... tahun 2010?”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan pengetahuan dan lama kerja bidan dengan pencapaian cakupan K1 dan K4 dalam pencatatan dan pelaporan register kohort di wilayah kerja UPTD Puskesmas ........... tahun 2010.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya gambaran pengetahuan dan lama kerja bidan dengan pencapaian cakupan K1 dan K4 dalam pencatatan dan pelaporan register kohort di wilayah kerja UPTD Puskesmas ........... tahun 2010.
1.3.2.2 Diketahuinya hubungan antara pengetahuan bidan dengan pencapaian cakupan K1 dan K4 dalam pencatatan dan pelaporan register kohort di wilayah kerja UPTD Puskesmas ........... tahun 2010
1.3.2.3 Diketahuinya hubungan antara lama kerja bidan dengan pencapaian cakupan K1 dan K4 dalam pencatatan dan pelaporan register kohort di wilayah kerja UPTD Puskesmas ........... tahun 2010.

1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada kualitas bidan menurut pengetahuan dan lama kerja bidan serta pencapaian cakupan K1 dan K4 dalam pencatatan dan pelaporan register kohort. Unit analisis pada penelitian ini yaitu seluruh bidan desa yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas ........... yang dilakukan pada periode Bulan Februari-Mei 2010

1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Institusi Kesehatan
Diharapkan hasil penelitian ini menunjang terhadap data-data observasi kesehatan yang riil dalam mendukung perencanaan program kesehatan selanjutnya sesuai dengan hasil pencatatan dan pelaporan register yang akurat.
1.5.2 Bagi Bidan
Diharapkan permasalahan kesehatan di desa dapat dideteksi secara dini, sehingga bisa ditangani dengan cepat dan diselesaikan sesuai kondisi, potensi dan pengetahuan yang perlu ditingkatkan. Sehingga hasil pencatatan dan pelaporan register dapat dijadikan data untuk kesinambungan program kesehatan yang konsekwen.
1.5.3 Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan, dan wawasan peneliti dalam pencatatan dan pelaporan register kohort serta merupakan suatu syarat dalam menyelesaikan Program Studi D III Kebidanan STIKes ............


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.149

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Hubungan Pengetahuan Dan Lama Kerja Bidan Dengan Pencapaian Cakupan K1 Dan K4 Dalam Pencatatan Dan Pelaporan Register Kohort

Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Nifas

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan survei awal 2 minggu di BPS ...................... terdapat jumlah ibu post partum sebanyak 20 orang, sementara yang melakukan mobilisasi dini hanya 5% saja. Berdasakan hal tersebut maka dipandang perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan mobilisasi dini dengan penurunan tinggi fundus uteri.

1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan Identifikasi masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana hubungan mobilisasi dini dengan penurunan tinggi fundus uteri?

1.4. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan mobilisasi dini dengan penurunan tinggi fundus uteri pada ibu 6 jam post partum.
2. Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi penurunan tinggi fundus uteri pada 6 jam post partum.
2. Mengidentifikasi jumlah ibu nifas yang melakukan mobilisasi dini.
3. Mengidentifikasi penurunan tinggi fundus uteri pada ibu yang melakukan mobilisasi dini.

1.5. Manfaat penelitian
1. Bagi program studi kebidanan STIKES ABI
Sebagai masukan data dan memberikan sumbangan pemikiran perkembangan Ilmu Pengetahuan untuk melakukan penelitian selanjutnya.
2. Bagi perawat/ bidan
Dari hasil penelitian dapat digunakan sebagai data dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan mobilisasi dini.
3. Bagi ibu nifas
Di harapkan hasil penelitian ini ibu nifas dapat mengetahui keuntungan mobilitas dini dan melaksanakannya.

Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.148

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Nifas

Hubungan Karakteristik Kader Dengan Pengetahuan Tentang Tetanus Neonatorum Di Desa

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan tujuan tersebut diciptakanlah Visi Indonesia Sehat 2010, yang merupakan cerminan masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia dengan ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku, dan dalam lingkungan sehat, serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005 : 1)
Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan tersebut, dalam tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Permasalahan utama yang dihadapi adalah rendahnya kualitas kesehatan penduduk yang antara lain ditunjukkan dengan masih tingginya angka kematian bayi, anak balita, dan ibu maternal, serta tingginya proporsi balita yang menderita gizi kurang; masih tingginya angka kematian akibat beberapa penyakit menular serta kecenderungan semakin meningkatnya penyakit tidak menular; kesenjangan kualitas kesehatan dan akses terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu antar wilayah/daerah, gender, dan antar kelompok status sosial ekonomi; belum memadainya jumlah, penyebaran, komposisi, dan mutu tenaga kesehatan; serta terbatasnya sumber pembiayaan kesehatan dan belum optimalnya alokasi pembiayaan kesehatan. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005 : 1)
Upaya pemerintah yang nyata guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat salah satunya difokuskan pada program kesehatan ibu dan anak di setiap layanan kesehatan. Program kesehatan ibu dan anak yang telah dilaksanakan selama ini bertujuan untuk meningkatkan status derajat kesehatan ibu dan anak serta menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Untuk itu diperlukan upaya pengelolaan program kesehatan ibu dan anak yang bertujuan untuk memanfaatkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak secara efektif dan efisien. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008)
Kondisi derajat kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini masih memprihatinkan, antara lain ditandai dengan masih tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2007, Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia menunjukkan angka yang masih tinggi yaitu 34 per 1.000 kelahiran hidup, dan menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menunjukkan angka 248 per 100.000 kelahiran hidup. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia , 2008)
Di Provinsi Jawa Barat tahun 2007 Angka Kematian Ibu maternal menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu mencapai 98 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan Angka Kematian Bayi sedikitnya mencapai 38 per 1.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2008).
Angka Kematian Ibu maternal pada tahun 2008 di Kabupaten ........... sebesar 131 per 1000 kelahiran hidup dengan jumlah kasus kematian bayi mencapai 106 per 1000 kelahiran hidup. (Dinas Kesehatan Kabupaten ..........., 2009)
Tingginya angka kematian di Indonesia salah satunya diakibatkan tetanus neonatorum. Jumlah kasus Tetanus Neonatorum pada tahun 2003 sebanyak 175 kasus dengan angka kematian (CFR) 56% (Depkes RI, 2003). Angka ini sedikit menurun dibanding tahun sebelumnya. Hal ini diduga karena meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan. Namun secara keseluruhan CFR masih tetap tinggi. Penanganan Tetanus Neonatorum memang tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah usaha pencegahan, yaitu Pertolongan Persalinan yang higienis ditunjang dengan Imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil.
Penyakit Tetanus adalah penyakit menular yang dapat menyebabkan kematian, tidak ditularkan dari manusia ke manusia secara langsung. Penyebabnya adalah sejenis kuman yang dinamakan Clostridium Tetani, kuman ini terutama spora atau bijinya banyak berada di lingkungan. Basilus Clostridium Tetani, tersebar luas di tanah dalam bentuk spora, binatang seperti kuda dan kerbau bertindak sebagai harbour atau persinggahan sementara. Kuman tetanus dalam kehidupannya tidak memerlukan/kurang oksigen (anaerob). Tetanus timbul akibat masuknya spora Clostridium Tetani masuk lewat pertahanan alamiah tubuh, seperti kulit, mukosa, sebagian besar lewat luka tusuk, luka bakar kotor, patah tulang terbuka dan tali pusat (Ahmadi. U.F, 2006).
Meskipun Tetanus Neonatorum terbukti sebagai salah satu penyebab kesakitan dan kematian neonatal, sesungguhnya dapat dicegah, pencegahan yang dilakukan diantaranya adalah pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) serta perawatan tali pusat yang memenuhi syarat kesehatan. Imunisasi TT seharusnya diperoleh wanita usia subur sebanyak 5 kali, kenyataannya masih belum optimal, hal ini dipengaruhi faktor perilaku (Behavior Clauses) manusia dari tingkat kesehatan, ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi orang/masyarakat yang bersangkutan disamping lingkungan fisik, ketersediaan fasilitas, (sarana-sarana kesehatan) sikap dan perilaku para petugas kesehatan (Notoadmodjo, S. 2003).
Hasil penelitian Kuswandari (2006) diketahui bahwa ada hubungan antara kader dengan pengetahuan tentang tetanus yaitu dengan pengetahuan baik (21,3 %), cukup (21,3 %), dan kurang (57,5 %).
Berdasarkan studi pendahuluan di Desa ........... wilayah kerja UPTD Puskesmas ..........., pada tahun 2008 tingkat pendidikan penduduk masih rendah, yaitu sebagian besar penduduk berpendidikan rendah < SMP/MTs sederajat sebesar 43%. (Profil Desa ..........., 2009)
Angka tersebut menunjukkan tingkat pendidikan yang rendah di objek penelitian yang dapat mempengaruhi pengetahuan mereka tentang pendidikan kesehatan terutama masalah tetanus neonatorum. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan masyarakat berhubungan dengan peran kader dalam memberikan penyuluhan kesehatan di lingkungannya. Kader kesehatan mempunyai peran besar dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Kader juga berperan dalam pembinaan masyarakat di bidang kesehatan melalui kegiatan yang dilakukan di posyandu. (Yulifah, R. dan Yuswanto, TJA)
Pada kegiatan pelayanan kesehatan di posyandu kader berperan penting dalam memberikan penyuluhan tentang kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama masalah tetanus neonatorum. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya berhubungan dengan karakteristik individu yaitu meliputi karakteristik kader diantaranya umur, pekerjaan, pendidikan, dan lain-lain.
Hasil survey pendahuluan yang dilakukan penulis dengan menyebarkan kuesioner pengetahuan tentang tetanus neonatorum kepada 10 kader di Desa ........... Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Kabupaten ........... terdapat 30 % kader dengan pengetahuan baik dan sebesar 70 % kader dengan pengetahuan kurang.
Berdasarkan hal itu maka peneliti tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Karakteristik Kader Dengan Pengetahuan Tentang Tetanus Neonatorum di Desa ........... Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Kabupaten ........... Tahun 2010”.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitiannya yaitu bagaimana hubungan karakteristik kader dengan pengetahuan kader tentang tetanus neonatorum di Desa ........... Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Kabupaten ........... tahun 2010?

1.3 Ruang Lingkup
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (terikat). Dengan adanya penelitian maka variabel bebasnya terdiri dari tiga kararakteristik kader yang diteliti yaitu umur, pendidikan dan pekerjaan, sedangkan variable terkatnya adalah pengetahuan kader tentang tetanus neonatorum.
Subjek penelitian ini adalah kader, waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2010 yang berlokasi di Desa ........... wilyah kerja UPTD Puskesmas ........... Kabupaten ............
Penelitian ini menggunakan data primer untuk variabel bebas (umur, pendidikan, dan pekerjaan kader) dalam bentuk pertanyaan kuesioner. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan cross sectional.

1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan hubungan karakteristik kader dengan pengetahuan kader tentang tetanus neonatorum di Desa ........... Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Kabupaten ........... tahun 2010.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Diketahuinya gambaran pengetahuan kader tentang tetanus neonatorum di Desa ........... Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Kabupaten ........... tahun 2010.
1.4.2.2 Diketahuinya gambaran umur kader di Desa ........... Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Kabupaten ........... tahun 2010.
1.4.2.3 Diketahuinya gambaran pendidikan di Desa ........... Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Kabupaten ........... tahun 2010.
1.4.2.4 Diketahuinya gambaran pekerjaan di Desa ........... Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Kabupaten ........... tahun 2010.
1.4.2.5 Diketahuinya hubungan umur kader dengan pengetahuan kader tentang tetanus neonatorum di Desa ........... Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Kabupaten ........... tahun 2010.
1.4.2.6 Diketahuinya hubungan pendidikan kader dengan pengetahuan kader tentang tetanus neonatorum di Desa ........... Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Kabupaten ........... tahun 2010
1.4.2.7 Diketahuinya hubungan pekerjaan kader dengan pengetahuan kader tentang tetanus neonatorum di Desa ........... Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Kabupaten ........... tahun 2010

1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Sebagai informasi untuk tenaga kesehatan yang berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan pelayanannya menjadi lebih optimal.
1.5.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai dokumentasi dan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya dalam penelitian sejenis sehingga diperoleh penelitian yang lebih baik.
1.5.3 Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan secara nyata dengan observasi ke lokasi penelitian sekaligus guna mengaplikasikan teori-teori kesehatan yang telah dipelajari selama perkuliahan.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.147

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Hubungan Karakteristik Kader Dengan Pengetahuan Tentang Tetanus Neonatorum Di Desa

Hubungan Karakteristik Kader Dengan Keterampilan Pencatatan KMS Balita Di Posyandu

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah. (Depkes RI, 2007).
Program kesehatan ibu dan anak yang telah dilaksanakan selama ini bertujuan untuk meningkatkan status derajat kesehatan ibu dan anak serta menurunkan AKI dan AKB. Untuk itu diperlukan upaya pengelolaan program kesehatan ibu dan anak yang bertujuan untuk memanfaatkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak secara efektif dan efisien. (Depkes RI, 2008)
Salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat adalah dengan memberdayakan masyarakat. Salah satu upaya pemberdayaan masyarakat yaitu dengan mengikutsertakan anggota masyarakat atau kader yang bersedia secara sukarela terlibat dalam masalah--masalah kesehatan. Kader merupakan orang terdekat yang berada di tengah-tengah masyarakat, yang diharapkan dapat memegang peranan pekerjaan penting, khususnya setiap permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan. Kader kesehatan mempunyai peran besar dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Kader juga berperan dalam pembinaan masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak melalui kegiatan yang dilakukan di posyandu. (Yulifah, R. dan Yuswanto, TJA, 2005)
Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas .......... tahun 2009 diketahui jumlah kader aktif sebanyak 143 orang dari total 181 orang terdapat pada 47 posyandu yang tersebar pada 13 desa. Pada kegiatan posyandu, kader berperan mengembangkan wahana peran serta masyarakat juga memberdayakan segala fasilitas kesehatan yang tersedia. Kenyataannya masih banyak fasilitas di objek penelitian baik tingkat primer ataupun tingkat rujukan yang kurang dimanfaatkan oleh kader, seperti memanfaatkan KMS sebagai alat bantu kesehatan secara optimal. KMS tidak akan berhasil tanpa penerimaan dan keterlibatan masyarakat sebagai kader pos pelayanan terpadu yang tidak terlepas dari peran petugas kesehatan.
Keadaan pemanfaatan fasilitas terutama pencatatan KMS (Kartu Menuju Sehat) oleh kader dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan karakteristik individu diantaranya pendidikan, umur dan pekerjaan. (Depkes RI, 2001)
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Di Wilayah Kerja UPTD (Unit Pelaksana Tingkat Daerah) Puskesmas .......... tahun 2009 yang dilakukan dengan observasi pada pelaksanaan kegiatan posyandu didapatkan keterampilan pencatatan KMS yang sesuai dengan standar pencatatan pelaporan KMS sebesar 30%.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Karakteristik Kader Dengan Keterampilan Pencatatan KMS Balita Di Posyandu Wilayah Kerja UPTD Puskesmas .......... Kabupaten .......... Tahun 2010”.

2.1 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan pernyataan penelitiannya yaitu pemanfaatan KMS Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas .......... tahun 2009 masih rendah sebesar 30% pencatatan KMS yang sesuai dengan standar pencatatan pelaporan KMS.
Sehingga pertanyaan penelitiannya adalah bagaimana hubungan karakteristik kader dengan keterampilan pencatatan KMS balita di posyandu wilayah kerja UPTD Puskesmas .......... Kabupaten .......... Tahun 2010?

2.2 Tujuan
2.2.1 Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan karakteristik kader dengan keterampilan pencatatan KMS Balita di posyandu wilayah kerja UPTD Puskesmas .......... Kabupaten .......... tahun 2010.
2.2.2 Tujuan Khusus
2.2.2.1 Diketahuinya gambaran keterampilan pencatatan KMS Balita di posyandu wilayah kerja UPTD Puskesmas .......... Kabupaten .......... tahun 2010.
2.2.2.2 Diketahuinya gambaran karakteristik kader (pendidikan, pekerjaan, umur) di posyandu wilayah kerja UPTD Puskesmas .......... Kabupaten .......... tahun 2010.
2.2.2.3 Diketahuinya hubungan pendidikan kader dengan keterampilan pencatatan KMS Balita di posyandu wilayah kerja UPTD Puskesmas .......... Kabupaten .......... tahun 2010.
2.2.2.4 Diketahuinya hubungan umur kader dengan keterampilan pencatatan KMS Balita di posyandu wilayah kerja UPTD Puskesmas .......... Kabupaten .......... tahun 2010.
2.2.2.5 Diketahuinya hubungan pekerjaan kader dengan keterampilan pencatatan KMS Balita di posyandu wilayah kerja UPTD Puskesmas .......... Kabupaten .......... tahun 2010.

2.3 Ruang Lingkup
Penelitian ini meliputi karakteristik kader posyandu dibatasi pada aspek pendidikan, umur, dan pekerjaan ibu sebagai kader posyandu, dan objek pencatatan KMS meliputi keterampilan kader dalam melakukan pencatatan KMS Balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas .......... Kabupaten ........... Pengumpulan data penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei tahun 2010

2.4 Manfaat
2.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam menambah literature kepustakaan STIKes .......... tentang hubungan karakteristik kader dengan keterampilan pencatatan KMS Balita.
2.4.2 Bagi Puskesmas
Hasi penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi posyandu-posyandu di wilayah kerja UPTD Puskesmas .......... untuk lebih meningkatkan fasilitas kesehatan dan memberdayakan kemampuan kader dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan
2.4.3 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini bermanfaat dalam meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan peneliti, terutama dalam mengaplikasikan teori-teori yang berhubungan dengan ruang lingkup Posyandu terutama mengenai pencatatan dan pelaporan KMS di lokasi penelitian.

Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.146

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Hubungan Karakteristik Kader Dengan Keterampilan Pencatatan KMS Balita Di Posyandu

Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Kejadian Perdarahan Post Partum

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
Rencana Strategi Nasional Indonesia Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010 disebutkan bahwa dalam konteks Rencana Pembangunan Menuju Indonesia Sehat 2010, misi MPS adalah “Kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta bayi dilahirkan hidup dan sehat.” Misi MPS adalah menurunkan kesakitan serta kematian maternal dan neonatal melalui pemantapan sistem kesehatan untuk menjamin akses terhadap intervensi yang berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas, memberdayakan wanita, keluarga dan masyarakat melalui kegiatan yang mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta menjamin agar kesehatan maternal dan nenonatal dipromosikan dan dilestarikan sebagai prioritas program pembangunan nasional.(Prawirohardjo, 2002)
Berdasarkan hasil survey Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007, Angka Kematian Ibu(AKI) di Indonesia tercatat 248 orang/100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut lebih rendah dari Angka Kematian Ibu di tahun sebelumnya yang tercatat mencapai diatas 300 orang/100.000 kelahiran hidup. Angka-angka diatas menunjukan bahwa angka kematian ibu di Indonesia masihlah cukup tinggi walaupun dari tahun ke tahun terdapat penurunan (Untoro, 2008).
Kematian ibu di Jawa Barat pada tahun 2007 mencapai angka 250/100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi mencapai angka 40/100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2007).
Penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, eklamsia, aborsi yang tidak aman dan sepsis. Penyebab kematian ibu, sesuai dengan hasil penelitian berbagai pihak paling banyak adalah akibat pendarahan dan penyebab tidak lanngsung lainnya adalah terlambat mengenali tanda bahaya karena tidak mengetahui kehamilannya dalam resiko yan cukup tinggi, terlambat mendapatkan pelayanan. Penyebab kematian ibu maupun penyebab kematian bayi dapat dicegah dengan melakukan pemeliharaan dan pengawasan antenatal sedini mungkin dengan cara teratur oleh tenaga kesehatan disamping pertolongan persalinan yang benar serta pelayanan masa nifas yang baik (Depkes RI, 2001).
Keterkaitan nasib ibu dan bayi yang menggambarkan suatu kesatuan yang dimulai pada masa kehamilan, persalinan,sampai dengan awal kehidupan pertama bayi yang sangat membutuhkan perhatian yang cukup besar.(Prawirohardjo, 2002).
Umur dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun merupakan umur berisiko untuk hamil dan melahirkan. Bagi ibu yang berumur < 20 tahun dikarenakan organ-organ reproduksinya belum siap untuk menerima kehamilan, hal ini perlu untuk menunda kehamilannya. Sedangkan bagi ibu yang berumur >35 tahun periu untuk mengakhiri kehamilan karena organ-organ reproduksinya sudah berkurang kemampuannya dan keelastisannya dalam menerima kehamilan dan proses persalinan. (Manuaba, 2001)
Angka kematian ibu di Kabupaten .......... pada tahun 2008 mencapai 20/100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian bayi mencapai 85/100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2011, angka kematian ibu di Kabupaten .......... mencapai angka 24/100.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi mencapai 165/100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu di Kabupaten .......... pada tahun 2011 adalah 7 orang dengan pendarahan,6 orang dengan eklamsia, dan 7 orang dengan penyebab lainnya. Sedangkan penyebab kematian bayi adalah 25 orang dikarenakan asfiksia, BBLR 42 orang, Infeksi 1 orang, masalah laktasi 5 orang, dan lain-lain 25 orang(profil Dinkes Kab .......... 2008-2011).
Berdasarkan data rekam medik RSUD .......... tahun 2011, jumlah persalinan terdapat 1729 persalinan. 630 persalinan dengan sepontan, 824 dengan Secio Cesar. 275 dengan cara Vakum. Sedangkan yang disertai perdarahan berdasarkan keseluruhan terdapat 374 orang (21,6%). Angka kematian ibu yang terjadi sepanjang tahun 2011 di RSUD .......... ada 6 orang.
Jumlah persalinan di Rumah Sakit Wijayakusumah Kabupaten .......... tercatat ada 973 persalinan. Yang disertai pendarahan mencapai angka 149 (15,3%) persalinan.
Penulis merasa tertarik untuk mengetahui sejauh mana perdarahan post partum yang dapat mengakibatkan kematian ibu, sehingga dengan demikian penulis mengangkat judul’’Hubungan karakteristik ibu dengan kejadian perdarahan post partum di RSUD .......... tahun 2011’’.

1.2 Rumusan Masalah
Pada tahun 2011 Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten .......... mencapai angka 24/100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 165/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan di RSUD .......... tahun 2011, jumlah persalinan terdapat 1729 persalinan. 630 persalinan dengan sepontan, 824 dengan Sectio Cessarea 275 dengan cara Vakum, dan yang disertai perdarahan berdasarkan keseluruhan terdapat 374 orang (21,6%) diantaranya sebanyak 6 orang meninggal akibat perdarahan.
Hal tersebut menimbulkan pertanyaan bagi peneliti “Adakah hubungan karakteristik ibu dengan kejadian perdarahan post partum di RSUD ..........?”

1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup pada penelitian ini di batasi pada permasalahan tentang karakteristik ibu post partum diantaranya umur, paritas, pendidikan, dan pekerjaan. Untuk kemudian dicari hubungannya dengan kejadian perdarahan postpartum. Penelitian ini dilakukan di RSUD .......... periode bulan Februari – Maret 2010.

1.4 Tujuan penelitian
1.4.1 Tujuan umum
Diketahuinya hubungan karakteristik ibu dengan kejadian perdarahan post partum di RSUD .......... tahun 2011.
1.4.2 Tujuan khusus
1.4.2.1 Diketahuinya gambaran karakteristik ibu dengan kejadian perdarahan post partum di RSUD .......... tahun 2011 yang meliputi umur, paritas dan pekerjaan ibu.
1.4.2.2 Diketahuinya hubungan umur ibu dengan kejadian perdarahan post partum di RSUD .......... tahun 2011.
1.4.2.3 Diketahuinya hubungan paritas ibu dengan kejadian perdarahan post partum di RSUD .......... tahun 2011.
1.4.2.4 Diketahuinya hubungan pendidikan ibu dengan kejadian perdarahan post partum di RSUD .......... tahun 2011.
1.4.2.5 Diketahuinya hubungan pekerjaan ibu dengan kejadian perdarahan post partum di RSUD .......... tahun 2011.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis, terutama untuk menambah wawasan dalam hal mengetahui hubungan karakteristik ibu dengan kejadian perdarahan post partum. Dan sebagai bahan acuan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah sebagai tugas terakhir, serta penulis dapat mengaflikasikan ilmu dan keterampilan yang diperoleh semasa perkuliahan kepada masyarakat luas.
1.5.2 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dokumentasi dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dalam melakukan penelitian selanjutnya untuk menambah kajian maupun referensi.
1.5.3 Bagi lahan Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi untuk meningkatkan mutu pelayanan di RSUD .......... dalam upaya morbilitas dan mortalitas maternal.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.145

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Kejadian Perdarahan Post Partum

Hubungan Karakteristik Ibu Balita Dengan Status Gizi Balita Di Puskesmas

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah. (Depkes RI, 2007) yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. (Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Bab III Pasal 3)
Visi Indonesia sehat 2010 adalah bahwa masyarakat bangsa dan Negara ditandai penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang setingi-tingginya. Salah satu indicator derajat kesehatan adalah angka kematian ibu dan angka kematian bayi. (Depkes RI, 2007)
Badan Pusat Statistik mengestimasikan Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2007 di Indonesia sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan AKB tahun 2002-2003 sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup. (Depkes RI, 2008)

Di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2008 Angka Kematian Bayi sedikitnya mencapai 38 per 1.000 kelahiran hidup dari 1.000 kelahiran di Jawa Barat (Jabar), sementara itu, di Negara-negara Asia lainnya, dari 1.000 kelahiran yang meningggal di bawah 20 bayi. Ini membuktikan bahwa ngka kematian bayi saat dilahirkan di wilayah Jawa Barat terglong tinggi. (Dinkes Prov. Jabar, 2008)
Di Kabupaten ............ pada tahun 2008 jumlah kematian bayi mencapai 385 dari 18.873 kelahiran hidup Sedangkan di objek penelitian yaitu di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ didapatkan jumlah angka kematian bayi pada tahun 2008 sebesar 7.6% yaitu sebanyak 6 bayi dari 785 kelahiran hidup (Dinkes ............, 2009). Hal tersebut menunjukan keadaan cakupan angka kematian bayi cukup tinggi. Berdasarkan studi pendahuluan tingginya tingkat kematian bayi tersebut salah satunya di pengaruhi oleh rendahnya status gizi balita.
Di Indonesia pada tahun 2007, dari 4,1 juta balita yang mengalami malnutrisi, sebanyak 3,38 juta mengalami gizi kurang, dan 755.000 dengan risiko gizi buruk. (Depkes RI, 2008). Anak Indonesia berusia 2 tahun berat badanya 2 kilogram lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak di Negara lain, demikian pula dengan tinggi badannya lebih pendek 5 cm. Sekitar 40 % dari total anak Indonesia, kira-kira 10 juta anak dinyatakan kekurangan baik dalam fisik maupun mental, proses tumbuh kembang anak akan menjadi terhambat karena proses tumbuh kembang balita juga ditentukan oleh pemenuhan gizi yang optimal. (UNICEF, 2000)
Asupan gizi adalah indicator utama dalam tumbuh kembang anak, ditinjau dari sudut tumbuh kembang anak masa bayi merupakan kurun waktu pertumbuhan paling pesat khususnya pertumbuhan dan perkembangan otak, oleh karena itu pemberiannutrisi yang adekuat yang diberikan ibu memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kebutuhan gizi sangat terkait dengan tumbuh kembang anak, karena gizi dibutuhkan sejak di dalam kandungan. Kebutuhan gizi sudah dimulai dari janin dan sudah ada pembuktian bahwa gizi yang baik akan menjadi modal besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut sampai masa dewasanya kelak. (Latief, 2006).
Hasil penelitian Himawan (2006) di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Semarang menunjukkan bahwa ada hubungan antara karakteristik ibu dengan status gizi balita. Karakteristik ibu terbanyak pada umur 20-35 tahun (72,2%), pendidikan ibu tergolong rendah < 9 tahun (45,6%), status pekerjaan ibu diluar rumah < 6 jam (76,7%), pengetahuan ibu rata-rata baik (74,4%) dan paritas ibu < 4 anak (82,2%)
Untuk tingkat Jawa Barat, angka balita penderita gizi buruk menunjukkan kenaikan dari 1,08% pada tahun 2006 menjadi 1,17% pada tahun 2007, dan angka penderita gizi kurang pada tahun 2007 mencapai 11,02%, menurun dari tahun 2006 sebesar 11,45%, sedangkan angka gizi baik pada 2007 mencapai 85,92%. (Dinkes Jabar, 2008)
Di Kabupaten ............ berdasarkan hasil survei Dinas Kesehatan ............ pada tahun 2008 sekitar 790 balita terserang gizi buruk. Demikian angka itu sama dengan 0,8% dari 98.752 balita yang tercatat di ............ saat ini. (Dinkes ............, 2009)
Puskesmas ............ tahun 2008 merupakan wilayah terbanyak dengan kasus gizi buruk dibandingkan puskesmas lain di ............. Adapun dari 3118 balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ terdapat kasus balita gizi buruk sebesar 1,4% atau sebanyak 43 bayi dan balita gizi kurang sebesar 10.7% atau sebanyak 335 bayi melebihi target 5% yang menunjukkan pencapaian status gizi masih rendah, terutama jika dibandingkan dengan puskesmas lainnya yaitu UPTD Puskesmas Sumberjaya balita status gizi lebih 14,18%, gizi baik 26%, gizi kurang 59,81%, dan tidak terdapat gizi buruk 0%. (Dinkes Kab. ............, 2009)
Masalah gizi erat kaitannya dengan status ekonomi yang diakibatkan oleh kemiskinan, kebodohan dan terbatasnya lapangan pekerjaan yang menyebabkan rendahnya pendapatan masyarakat dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari. (Depkes RI, 2007).
Maka, masalah gizi diantaranya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan status ekonomi meliputi pendapatan, dan pekerjaan, dan faktor pengetahuan meliputi tingkat pendidikan, umur, pengalaman dan wawasan tentang kesehatan, serta dipengaruhi oleh faktor internal meliputi sikap dan perilaku individu terhadap tingkat pengkonsumsian asupan makanan bergizi sehari-hari dalam meningkatkan derajat kesehatan.
Dari permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk mengambil masalah tersebut dalam penelitian yang berudul “Hubungan Karakteristik Ibu Balita dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ Tahun 2010”.

B. Perumusan Masalah
Jumlah kematian bayi di Kabupaten ............ tahun 2008 mencapai 385 dari 18.873 kelahiran hidup, sedangkan di objek penelitian yaitu UPTD Puskesmas ............ didapatkan jumlah angka kematian bayi sebesar 7,6% yaitu sebanyak 6 bayi dari 785 kelahiran hidup.
Kondisi tersebut diakibatkan oleh rendahnya status gizi balita diantaranya sebanyak 790 dari 98.752 balita (0.8%) terserang gizi buruk di Kabupaten ............ dan di UPTD Puskesmas ............ terdapat kasus balita gizi buruk sebesar sebayak 43 dari 3118 baita (1.4%) yang berdampak pada angka kematian balita. (Dinkes Kab. ............, 2009)
Secara umum masalah gizi balita dipengaruhi oleh faktor ekonomi meliputi ; kemiskinan, kebodohan, pengangguran, dan lain-lain. Sedangkan secara internal masalah gizi dipengaruhi oleh karakteristik yang berhubungan dengan individu meliputi faktor pendidikan ibu, umur, pekerjaan dan faktor lainnya. (Supariasa, dkk, 2002)
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik ibu balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ tahun 2010?
2. Bagaimana status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ tahun 2010?
3. Bagaimana hubungan karakteristik ibu balita dengan status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ tahun 2010?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu balita dengan status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran karakteristik ibu balita (umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pendapatan, jarak, dan pengetahuan) di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ tahun 2010.
b. Diketahuinya gambaran status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ tahun 2010.
c. Diketahuinya hubungan antara umur dengan status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ tahun 2010.
d. Diketahuinya hubungan antara pendidikan dengan status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ tahun 2010.
e. Diketahuinya hubungan antara pekerjaan dengan status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ tahun 2010.
f. Diketahuinya hubungan antara paritas dengan status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ tahun 2010.
g. Diketahuinya hubungan antara pendapatan dengan status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ tahun 2010.
h. Diketahuinya hubungan antara jarak dengan status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ tahun 2010.
i. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............ tahun 2010.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup permasalahan pada penelitian ini dibatasi pada aspek karakteristik ibu balita, hal ini menyangkut ; umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pendapatan jarak, dan pengetahuan ibu balita, dan pada aspek status gizi balita yang diobservasi pada objek penelitian di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Kabupaten ............

E. Manfaat
1. Aspek Teoritis
Secara teori hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan informasi yang berharga tentang gizi balita yang mendukung terhadap peningkatan proses pelayanan kesehatan ibu dan anak dan diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti di lapangan guna menerapkan teori-teori dan ilmu yang telah dipelajari di institusi pendidikan selama masa perkuliahan.
2. Aspek Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat bagi tempat penelitian yaitu bagi tenaga kesehatan dalam menerapkan pelayanan kesehatan yang efektif dan partisipasi aktif masyarakat secara khusus ibu balita dalam pelayanan KIA guna meningkatkan satatus gizi balita anak-anak mereka untuk menghindari kasus gizi buruk di lingkungan masyarakat


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.144

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Hubungan Karakteristik Ibu Balita Dengan Status Gizi Balita Di Puskesmas

Hubungan Karakteristik Ibu Balita dengan Pengetahuan tentang Imunisasi Hepatitis B di Desa

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Derajat kesehatan masyarakat adalah indikator utama dalam pembangunan kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal maka di selenggararakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan atau pencegahan (Preventif), meningkatkan Promosi Kesehatan (Promotif), Pengobatan (Kuratif), Pemulihan (rehabilitatif).
Derajat kesehatan menurut (Bloom) yang dikutip oleh soekidjo (1981 : 85) di pengaruhi oleh 4 faktor yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, faktor genetik atau keturunan. Upaya pencegahan (preventif) merupakan salah satu faktor pelayanan kesehatan yang selama ini dilaksanakan.
Penyakit hepatitis merupakan penyakit menular yang di sebabkan oleh virus Hepatitis B. Penyakit hepatitis merupakan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Di Kabupaten ........... cakupan imunisasi hepatitis B dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.1 Cakupan Imunisasi Hepatitis B di Kabupaten ........... Tahun 2008.¬
No Puskesmas Sasaran Kumulatif Target
ABS %
1 590 352 59,66 80%
2 422 256 60,66 80%
3 747 638 85,41 80%
4 571 545 95,45 80%
5 999 593 59,36 80%
6 634 226 35,65 80%
7 1567 830 52,97 80%
8 553 246 44,48 80%
9 782 767 98,08 80%
10 756 460 60,85 80%
11 428 325 75,93 80%
12 966 374 38,72 80%
13 1059 957 90,37 80%
14 1074 832 77,47 80%
15 670 428 63,88 80%
16 826 751 90,92 80%
17 573 515 89,88 80%
18 720 493 68,47 80%
19 593 467 78,75 80%
20 377 342 90,72 80%
21 511 485 94,91 80%
22 735 631 85,85 80%
23 454 404 88,99 80%
24 533 316 59,29 80%
25 490 400 81,63 80%
26 350 327 93,43 80%
27 988 503 50,91 80%
28 719 698 97,08 80%
29 817 711 87,03 80%
Kabupaten ........... 20.504 14.872 72,53 80%

Berdasarkan tabel di atas cakupan imunisasi hepatitis B di Kabupaten ........... belum memenuhi target yang diharapkan yakni sebesar 72, 53% dari target 80%. Ketidaktercapaian cakupan imunisasi hepatitis B ditingkat Kabupaten di pengaruhi oleh pencapaian di tingkat Puskesmas, salah satu Puskesmas yang cakupan imunisasi hepatitis B yang rendah adalah UPTD Puskesmas Cingambul yakni sebesar 35,65% dari target 80%. Adapun hasil cakupan imunisasi hepatitis B pada UPTD Puskesmas Cingambul dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.2 Cakupan Imunisasi Hepatitis B Menurut Desa di UPTD Puskesmas Cingambul Kabupaten ........... Tahun 2008.
No Puskesmas Sasaran Hepatitis B Target
Jumlah %
1 49 27 55.10 80%
2 26 10 38,46 80%
3 37 20 54,05 80%
4 88 27 23,86 80%
5 42 18 42,86 80%
6 89 33 37,08 80%
7 84 46 54,76 80%
8 50 1 2,00 80%
9 40 1 2,50 80%
10 20 12 60,00 80%
11 47 9 19,15 80%
12 23 3 13,04 80%
13 39 25 64,10 80%
Jumlah 634 226 35,65 80%
(Sumber Puskesmas Cingambul tahun 2008)
Ketidaktercapaian cakupan imunisasi hepatitis B di tingkat Puskesmas dipengaruhi oleh pencapaian di tingkat Desa. ........... merupakan desa yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cingambul yang cakupan imunisasi Hepatitis B paling kecil yakni sebesar 2,00%. Salah satu penyebab tidak tercapainya cakupan imunisasi hepatitis B di ........... wilayah keja UPTD Puskesmas Cingambul adalah pengetahuan ibu balita yang kurang, sehingga penulis tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Karakteristik Ibu Balita dengan Pengetahuan tentang Imunisasi Hepatitis B di ........... Kecamatan Cingambul Kabupaten ........... Tahun 2011”.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah belum diketahuinya Hubungan Karakteristik Ibu Balita dengan Pengetahuan tentang Imunisasi Hepatitis B di ........... Kecamatan Cingambul Kabupaten ........... Tahun 2011.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu balita dengan pengetahuan tentang Imunisasi Hepatitis B di ........... Kecamatan Cingambul Kabupaten ........... Tahun 2011.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya gambaran pengetahuan tentang imunisasi hepatitis B di ........... Kecamatan Cingambul Kabupaten ........... Tahun 2011.
1.3.2.2 Diketahuinya gambaran karakteristik ibu balita berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, dan paritas dengan pengetahuan tentang imunisasi hepatitis B di ........... Kecamatan Cingambul Kabupaten ........... Tahun 2011.
1.3.2.3 Di ketahuinya hubungan karakteristik ibu balita berdasarkan umur dengan pengetahuan tentang imunisasi hepatitis B Di ........... Kecamatan Cingambul Kabupaten ........... Tahun 2011.
1.3.2.4 Di ketahuinya hubungan karakteristik ibu balita berdasarkan pendidikan dengan pengetahuan tentang imunisasi hepatitis B Di ........... Kecamatan Cingambul Kabupaten ........... Tahun 2011.
1.3.2.5 Di ketahuinya hubungan karakteristik ibu balita berdasarkan pekerjaan dengan pengetahuan tentang imunisasi hepatitis B Di ........... Kecamatan Cingambul Kabupaten ........... Tahun 2011.
1.3.2.6 Di ketahuinya hubungan karakteristik ibu balita berdasarkan paritas dengan pengetahuan tentang imunisasi hepatitis B Di ........... Kecamatan Cingambul Kabupaten ........... Tahun 2011.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Puskesmas Cingambul
Hasil penelitian ini menjadi masukan untuk mengupayakan penyuluhan, perencanaan, strategi dan pelaksanaan imunisasi Hepatitis B agar pencapaian program imunisasi sesuai dengan target yang diharapkan.
1.4.2 Bagi Institusi program kebidanan STIKes ...........
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan biar ditindak lanjuti untuk penelitian lebih lanjut dalam bidang imunisasi.
1.4.3 Bagi penulis
Penulis dapat menerapkan ilmu yang sudah didapat, menambah wawasan dan pengalaman dalam bidang penelitian terutama mengenai imunisasi Hepatitis B sebagai salah satu bentuk aplikasi profesi dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini melingkup karakteristik ibu balita berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas. Pengetahuan ibu balita tentang imunisasi hepatitis B dan hubungannya di ........... Kecamatan Cingambul Kabupten ........... tahun 2011


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.143

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Hubungan Karakteristik Ibu Balita dengan Pengetahuan tentang Imunisasi Hepatitis B di Desa

Hubungan Antara Status Gizi Dan Faktor Lainnya Dengan Prestasi Belajar Siswa

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Program kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dalam tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Permasalahan utama yang dihadapi adalah rendahnya kualitas kesehatan penduduk yang antara lain ditunjukkan dengan masih tingginya angka kematian bayi, anak balita, dan ibu maternal, serta tingginya proporsi balita yang menderita gizi kurang; masih tingginya angka kematian akibat beberapa penyakit menular serta kecenderungan semakin meningkatnya penyakit tidak menular; kesenjangan kualitas kesehatan dan akses terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu antar wilayah/daerah, gender, dan antar kelompok status sosial ekonomi; belum memadainya jumlah, penyebaran, komposisi, dan mutu tenaga kesehatan; serta terbatasnya sumber pembiayaan kesehatan dan belum optimalnya alokasi pembiayaan kesehatan. (Departemen Kesehatan, 2005)
Masalah kesehatan remaja boleh jadi berawal pada usia yang sangat dini. Gejala infeksi dan malnutrisi ketika kanak-kanak, misalnya akan menjadi beban pada usia remaja. Wanita yang fisiknya tidak pernah tumbuh sempurna berisiko melahirkan bayi berberat badan rendah. Jika janin yang mereka kandung tumbuh normal. Jalan lahir kemudian menjadi masalah karena panggul mereka sempit yang selanjutnya menyebabkna partus macet (Arisman, 2002).
Sekitar 27% remaja lelaki dan 26% wanita di negara berkembang menderita anemia, sementara di negara maju angka tersebut hanya berada pada bilangan 5% dan 7%. Secara garis besar, sebanyak 44% wanita di negara berkembang (10 negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia) mengalami anemia kekurangan zat besi (Arisman, 2002)
Masalah gizi utama di Indonesia masih didominasi oleh masalah Gizi Kurang Energi Protein (KEP), masalah anemia besi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dan masalah kurang vitamin A (KVA), Disamping itu faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan tersedianya bahan makanan. (Supariasa, dkk., 2002)
Anemia berdampak pada penurunan kualitas sumberdaya manusia, karena kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak, kekurangan kadar Hb dalam darah menimbulkan gejala lesu, lemah, letih dan cepat capek, akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar dan produktifitas kerja disamping itu penderita kurang zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh yang mengakibatkan mudah terkena infeksi (Depkes RI, 2003)
Pada usia anak sekolah dan prasekolah, akibat dari ADB (Anemia Defisiensi Besi) bisa mengganggu proses belajar, penurunan fungsi otot, serta daya tahan tubuh pada anak. Bila daya tahan tubuh menurun maka risiko infeksi pun akan meningkat. Karena faktor utamanya adalah gizi, maka ADB (Anemia Defisiensi Besi) harus segera dtangani dengan pemberian preparat atau suplementasi zat besi. (Swanti E, 2007)
Berdasarkan studi pendahuluan di SMP Negeri 2 ............. yang dilakukan dengan penyebaran kuesioner terhadap sasaran siswa kelas VIII diketahui bahwa rata-rata siswa kebanyakan pada proses pembelajaran suka mengalami pusing kepala (70%), mengantuk (90%) dan mengalami lesu (40%). Pada konsumsi makanan siswa di sekolah didapatkan hanya beberapa siswa yang melakukan makan siang dengan benar selebihnya memilih jajanan snack ringan disesuaikan dengan uang saku yang diberikan orang tuanya. Sehingga didapatkan beberapa siswa tidak sanggup berpikir dengan benar pada kegiatan pembelajaran, terlebih pada siswa yang malas menyebabkan menurunnya prestasi belajar mereka sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah dalam setiap mata pelajaran.
Kenyataan tersebut menunjukan bahwa aspek gizi dan pemenuhannya merupakan hal penting dalam pertumbuhan anak terutama anak usia sekolah dalam meningkatkan perkembangan intelektual guna meningkatkan prestasi pembelajarannya. Maka pada penelitian ini keadaan status gizi, status anemia, pendapatan orang tua, dan faktor lainnya yang berhubungan dengan masalah gizi berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan prestasi belajar anak di sekolah.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Status Gizi Dan Faktor Lainnya Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 ............. Tahun 2010”.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitiannya yaitu bagaimana hubungan antara status gizi dan faktor lainnya dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 ............. Tahun 2010?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara status gizi dan faktor lainnya dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 ............. Tahun 2010.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya gambaran prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 ............. Tahun 2010.
1.3.2.2 Diketahuinya gambaran status gizi, status anemia, dan pendapatan orang tua siswa kelas VIII SMP Negeri 2 ............. Tahun 2010.
1.3.2.3 Diketahuinya hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 ............. Tahun 2010
1.3.2.4 Diketahuinya hubungan antara status anemia dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 ............. Tahun 2010
1.3.2.5 Diketahuinya hubungan antara pendapatan orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 ............. Tahun 2010

1.4 Ruang Lingkup
Permasalahan penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup masalah gizi meliputi faktor status gizi, status anemia dan status ekonomi (pendapatan), untuk kemudian dicari hubungannya dengan prestasi belajar siswa.

1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Sekolah
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi data observasi gizi siswa dan kemudian diharapkan guru dapat menjadikan acuan ini menjadi perencanaan program sekolah tentang kesehatan.
1.5.2 Bagi Siswa
Diharapkan siswa memperhatikan kondisi gizi untuk pertumbuhan perkembangan jasmaniah dan rohaniah. Diantaranya siswa memperhatikan konsumsi makanannya sehari-hari dengan asupan makanan yang bergizi, sehingga kegiatan pembelajaran mendapatkan prestasi yang baik.
1.5.3 Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan secara nyata dengan observasi ke lokasi penelitian sekaligus guna mengaplikasikan teori-teori kesehatan yang telah dipelajari selama perkuliahan.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.142

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Hubungan Antara Status Gizi Dan Faktor Lainnya Dengan Prestasi Belajar Siswa

Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Pengisian Partograf Mahasiswa Akbid

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan tujuan tersebut diciptakanlah Visi Indonesia Sehat 2010, yang merupakan cerminan masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia dengan ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku, dan dalam lingkungan sehat, serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan tersebut, dalam tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila dibandingkan dengan negara-negara tetangga (Departemen Kesehatan RI, 2005 : 1).
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat maka diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan, pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terarah, terpadu, dan berkesinambungan (Departemen Kesehatan RI, 2004: 67).
Kondisi derajat kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini masih memprihatinkan, antara lain ditandai dengan masih tingginya AKB dan AKI. Berdasarkan data BPS tahun 2007, AKB di Indonesia menunjukkan angka yang masih tinggi yaitu 34 per 1.000 kelahiran hidup, dan menurut data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 AKI di Indonesia menunjukkan angka 248 per 100.000 kelahiran hidup (Departemen Kesehatan RI, 2008).
Di Provinsi Jawa Barat tahun 2007 AKI maternal menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu mencapai 98 per 1.000 kelahiran hidup, dengan Angka Kematian Bayi tahun 2008 sedikitnya mencapai 38 per 1.000 kelahiran hidup (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2008).
Sedangkan rasio kematian maternal pada tahun 2008 di Kabupaten ............. sebesar 148 per 100.000 kelahiran hidup yaitu sebanyak 28 dari 18.873 kelahiran hidup dengan jumlah kasus kematian bayi mencapai 20 per 100.000 kelahiran hidup yaitu sebanyak 385 dari 18.873 kelahiran hidup. (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten ............., 2009).
Kematian maternal dapat terjadi pada saat pertama pertolongan persalinan. Penyebab utama kematian ibu adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, dan eklampsi. Angka kematian maternal dan perinatal yang tinggi juga disebabkan oleh dua hal penting yang memerlukan perhatian khusus yaitu terjadinya partus terlantar atau partus lama dan terlambatnya melakukan rujukan (Manuaba, 1998).
Sebagian besar penyebab kematian dapat dicegah dengan penanganan yang adekuat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehatan dalam menolong persalinan, seperti penggunaan partograf dalam persalinan yaitu alat bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau, mengevaluasi dan menatalaksana persalinan. Partograf dapat digunakan untuk mendeteksi dini masalah dan penyulit dalam persalinan sehingga dapat sesegera mungkin menatalaksana masalah tersebut atau merujuk ibu dalam kondisi optimal. Instrumen ini merupakan salah satu komponen dari pemantauan dan penatalaksanaan proses persalinan secara lengkap (Depkes RI, 2007).
Dengan penerapan partograf diharapkan bahwa angka kematian maternal dan perinatal dapat diturunkan dengan bermakna sehingga mampu menunjang sistem kesehatan menuju tingkat kesejahteraan masyarakat. Kenyataannya keterampilan petugas tenaga kesehatan maupun penolong persalinan dalam penggunaan partograf masih kurang diterapkan. Oleh karena itu bagi calon tenaga kesehatan terutama mahasiswa institusi pendidikan kesehatan perlu dipersiapkan sedini mungkin untuk menguasai dan mengaplikasikan kemampuan partograf tersebut sedini mungkin. Dengan harapan mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang pengisian partograf sebagai bahan pengetahuan ketika mereka terjun di masyarakat.
Jenjang pendidikan akademik diploma III merupakan jenjang pendidikan tinggi. Menurut Notoadmojo (2003) pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah menerima informasi dan semakin luas pengetahuannya.
Kenyataannya pengetahuan tentang partograf mahasiswa Tingkat II Semester III Program D III Kebidanan STIKes ............. tahun ajaran 2009/2010 masih rendah. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan penyebaran kuesioner kepada 75 mahasiswa tentang pengetahuan partograf diketahui sebesar 64,5% mahasiswa kurang memiliki pengetahuan tentang partograf . Hal juga ini dibuktikan dari uji coba praktek pengisian partograf sesuai dengan kasus persalinan terhadap 10 orang mahasiswa didapatkan 50% mahasiswa yang mampu mengisi partograf dengan benar.
Berdasarkan hal di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Pengetahuan dengan Pengisian Partograf Mahasiswa Tingkat II Semester III Program Studi DIII Kebidanan STIKes ............. tahun Ajaran 2009/2010”.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merumuskan permasalahan penelitian yaitu Bagaimana hubungan antara pengetahuan dengan pengisian partograf mahasiswa tingkat II Semester III Program Studi DIII Kebidanan STIKes ............. tahun Ajaran 2009/2010.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada aspek pengetahuan dengan pengisian partograf, untuk kemudian dicari hubungan keduanya. Penelitian ini dilakukan di tingkat II semester III Program Studi DIII Kebidanan STIKes ............. sebanyak 161 orang.

1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan pengisian partograf mahasiswa tingkat II Semester III Program Studi DIII Kebidanan STIKes ............. tahun Ajaran 2009/2010.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Diketahuinya gambaran pengetahuan partograf mahasiswa tingkat II Semester III Program Studi DIII Kebidanan STIKes ............. tahun Ajaran 2009/2010.
1.4.2.2 Diketahuinya gambaran pengisian partograf mahasiswa tingkat II Semester III Program Studi DIII Kebidanan STIKes ............. tahun Ajaran 2009/2010
1.4.2.3 Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan pengisian partograf mahasiswa tingkat II Semester III Program Studi DIII Kebidanan STIKes ............. tahun Ajaran 2009/2010.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya untuk dapat menambah referensi perpustakaan untuk bahan acuan penelitian yang akan datang.
1.5.2 Bagi Responden
Responden dapat mengetahui dengan jelas pengetahuan dan aplikasi dalam penggunaan partograf.
1.5.3 Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman dalam melakukan penulisan ilmiah, menambah pengetahuan dan wawasan penulis.

Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.140

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Pengisian Partograf Mahasiswa Akbid

Hubungan Antara Pelayanan Keperawatan Dengan Kepuasan Pasien Asma Rawat Inap

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Memasuki abad ke 21 yang semakin maju, sudah seharusnya bahwa pendekatan paripurna yang berorientasi pada kepuasan pelanggan atau pasien menjadi strategi utama bagi organisasi pelayanan kesehatan di Indonesia, agar supaya tetap eksis di tengah persaingan yang semakin ketat. Kawasan Asia Tenggara akan menjadi kawasan perdagangan bebas dan tahun-tahun selanjutnya negara–negara maju di kawasan Asia Pasifik akan membuka pintu lebar-lebar bagi komoditi dan jasa yang dihasilkan. Sebaliknya kita harus membuka lebar-lebar pasar kita untuk menerima komoditi dan jasa dari negara lain. Hal ini berarti bahwa pada saat ini, kita harus mampu bersaing khususnya dalam bidang pelayanan kesehatan, tidak hanya dengan sesama sejawat dalam negeri namun benar-benar mampu bersaing dengan sejawat dari negara lain (Depkes, 2006).
Kondisi persaingan yang ketat tersebut hal utama yang perlu diprioritaskan oleh jasa pelayanan adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing, mempertahankan pasar yang sudah ada, dan jika memungkinkan bahkan menguasai pasar. Untuk memenangkan persaingan rumah sakit harus mampu memberikan kepuasan kepada pelanggannya, misalnya dengan memberikan pelayanan yang mutunya lebih baik dibanding pesaing dengan harga yang layak, waktu penyampaian jasa lebih cepat (Pohan, 2007).
Penelitian Rosenstein (2005), dengan responden sebagian pasien yang sedang menjalani rawat inap di salah satu rumah sakit di negara maju yaitu AS (Amerika Serikat), sejumlah 150 pasien ditemukan bahwa sekitar 65% pasien memberikan persepsi negatif terhadap pelayanan perawat di rumah sakit dan 53% pasien mengatakan puas dengan pelayanan perawat dan sisanya mengatakan tidak puas. Di Indonesia perkembangan rumah sakit dari tahun ke tahun semakin meningkat yaitu terjadi peningkatan jumlah rumah sakit sebesar 13,1% dan peningkatan jumlah tempat tidur sebesar 9,8 % dalam waktu tujuh tahun. Di sisi lain masalah yang dihadapi rumah sakit semakin komplek termasuk masalah yang berkaitan dengan sumber daya manusia, lebih khusus lagi tenaga keperawatan utamanya yang berkaitan dengan pelayanan pada pasien. Pelayanan pada pasien khususnya dalam berkomunikasi antara perawat dengan pasien dapat menyebabkan kepuasan pada pasien (Depkes RI, 2007).
Penelitian Wirawan (2007) tentang tingkat kepuasan pasien rawat inap terhadap asuhan keperawatan di sebuah rumah sakit di Jawa Timur. Diperoleh informasi, hanya 17% dari seluruh pasien rawat inap yang mengatakan puas terhadap asuhan keperawatan yang diterima, sedangkan 83% mengatakan tidak puas. Penelitian tersebut juga memberikan informasi bahwa keluhan utama adalah terhadap pelayanan perawat, yakni perawat tidak mau berkomunikasi dengan pasien (80%), kurang perhatian (66,7%) dan tidak ramah (33,3%) (Dinas Infokom Jatim, 2008).
Penelitian Pardani di rumah sakit pemerintah klas A di Surabaya tahun 2001, dengan menggunakan 100 orang pasien rawat inap, diperoleh informasi bahwa 50% mengatakan puas terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan, cukup puas 25% dan tidak puas 25%. Damayanti melakukan studi tentang harapan dan kepuasan pasien di sebuah rumah sakit pemerintah di Surabaya pada tahun 2002. Diperoleh hasil bahwa terhadap dokter pasien lebih mengharapkan keterampilan teknik mediknya (oleh pesien disebut "kepandaian dokter mengobati atau menyembuhkan") sedangkan terhadap perawatnya, pasien lebih mengharapkan kesabaran dan perhatian. Sebanyak 48 orang responden diambil secara proporsional di ruang interna dan Paviliun. Hasil menunjukkan bahwa 41% responden mengatakan kurang puas dengan pelayanan rumah sakit dan sebanyak 59% sisanya mengatakan puas. Khusus terhadap kinerja perawat, keluhan terbesar adalah bahwa perawat jarang menengok pasien bila tidak diminta dan bila dipanggil perawat tidak segera datang (perawat datang sekitar 10 menit) (Arief, 2008).
Berdasarkan survei awal di dapatkan Laporan rawat inap di Puskesmas ............. tahun 2009 didapat jumlah klien asma yang dirawat sebanyak 375 pasien dan hasil studi pendahuluan pada 8 penderita asma di Puskesmas ............. pada tanggal 12 Pebruari 2010 secara wawancara didapatkan bahwa 6 (75%) pasien mengatakan tidak puas dengan pelayanan perawat dan 2 (25%) pasien mengatakan puas dengan pelayanan perawat.
Kurangnya kepuasan pasien terjadi karena dinamika tuntutan pasien yang demikian cepat berubah namun tidak diimbangi dengan kecepatan perubahan pola kerja dan tindakan perawat. Perawat lebih banyak berfokus pada kinerja medik atau teknik keperawatan (pelaksanaan fungsi dependent atau fungsi pelimpahan dari dokter) padahal pasien nampaknya justru mengharapkan kinerja perawat sesuai normatifnya yaitu lebih berfokus pada aspek yang berkaitan dengan dimensi non teknik keperawatan (pelaksanaan fungsi independent) (Potter dan Perry, 2005).
Kualitas layanan kesehatan dan kepuasan pelanggan menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan layanan di rumah sakit. Disisi lain, dalam bentuk pelayanan yang berkembang sekarang ini, pelayanan menjadi semakin rumit dan cukup sulit diukur, karena hasil yang terlihat merupakan dari berbagai faktor yang berpengaruh. Oleh sebab itu, tercapainya pelayanan kesehatan yang baik memerlukan upaya yang sungguh-sungguh dari berbagai pihak, dalam hal ini kerjasama dari setiap unit yang terkait mengambil peran yang sangat penting (Pohan, 2007).
Memahami pelayanan keperawatan yang diterimanya berhubungan dengan kepuasan pasien di rumah sakit yang bersangkutan, maka penelitian ini bermaksud untuk menganalisis adakah hubungan antara pelayanan keperawatan dengan kepuasan pasien asma di Puskesmas ..............

1.2 Identifikasi Masalah
Puskesmas ............. merupakan salah satu pelayanan kesehatan masyarakat di lingkungan Kangean dengan pelayanan yang diberikan misalnya poli umum, poli kesehatan ibu dan anak, poli kesehatan gigi dan mulut, poli kusta dan TB, pojok gizi, klinik peduli remaja dan sanitasi, rawat jalan dan rawat inap. Adapaun pasien yang paling banyak saat ini adalah penderita asma yang dirawat di Puskesmas .............. Seiring meningkatnya pasien yang dirawat di Puskesmas Arjasa maka pelayanan kepada pasien perlu ditingkatkan yang merupakan tujuan dalam memberikan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Kepuasan pasien merupakan indikator terhadap pelayanan keperawatan, oleh karena itu perawat harus bisa memberikan pelayanan keperawatan yang optimal sehingga meningkatkan kepercayaan pasien kepada perawat, dan juga memberikan kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit.

1.3 Rumusan Masalah.
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumusakan permasalahan sebagai berikut :
Apakah ada hubungan antara pelayanan keperawatan dengan kepuasan pasien asma rawat inap di Puskesmas .............?

Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.139

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Hubungan Antara Pelayanan Keperawatan Dengan Kepuasan Pasien Asma Rawat Inap

Hubungan Antara Karakteristik Ibu Post Partum Dengan Pelaksanaan Ambulasi Dini Di RS

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Bekalang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan tujuan tersebut diciptakanlah Visi Indonesia Sehat 2010, yang merupakan cerminan masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia dengan ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku, dan dalam lingkungan sehat, serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (Departemen Kesehatan RI, 2005)
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007)
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan. Upaya mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah untuk meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Derajat kesehatan yang optimal adalah tingkat kesehatan yang tinggi dan mungkin dapat dicapai suatu saat sesuai dengan kondisi dan situasi serta kemampuan yang nyata dari setiap orang atau masyarakat dan harus diusahakan peningkatannya secara terus-menerus. (Undang-Undang Kesehatan Nomor 23, 1992, Bab II Pasal 3)
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan secara optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata di seluruh wilayah Indonesia. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
Berdasarkan data WHO (2007) diperkirakan sebanyak 37 juta kelahiran terjadi di kawasan Asia Tenggara setiap tahun, sementara total kematian ibu dan bayi baru lahir di kawasan ini diperkirakan berturut-turut 170 ribu dan 1,3 juta per tahun. Sebanyak 98 persen dari seluruh kematian ibu dan anak di kawasan ini terjadi di India, Bangladesh, Indonesia, Nepal dan Myanmar.
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (2007) ditandai oleh tingginya angka kematian ibu di Indonesia tahun 2007 yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan (40 - 60%), infeksi atau sepsis (20 - 30%) dan toksemia ( 20 - 30) sisanya sekitar 5 % disebabkan penyakit lainnya yang memburuk resiko kematian ibu seperti umur terlalu muda atau terlalu tua, jumlahnya anak lebih dari 4, jarak antara kelahiran kurang dari 2 tahun (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
Di Propinsi Jawa Barat tahun 2007 AKI maternal menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu mencapai 98 per 1.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2008). Sedangkan AKI maternal pada tahun 2008 di Kabupaten .............. sebanyak 148 per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian ibu adalah karena perdarahan (25%), eklampsi (7,14%), infeksi (7,14%), dan faktor lain (60,71%). (Dinas Kesehatan Kabupaten .............., 2009).
Berdasarkan data BRSUD 45 Kuningan tahun 2008, angka kematian ibu sebanyak 35 per 1.000 kelahiran hidup dan 17,8% diakibatkan perdarahan. Jika dibandingkan maka angka kematian ibu dan penyebab perdarahan di RSUD .............. lebih tinggi dibandingkan dengan angka kematian ibu dan perdarahan di BRSUD 45 Kuningan.
Perdarahan dapat terjadi pada masa kehamilan maupun setelah melahirkan atau perdarahan post partum yang dapat menyebabkan kematian. Sehingga sangat diperlukan perhatian besar pada ibu post partum. Dengan pelayanan kesehatan yang optimal diharapkan ibu post partum mendapatkan pemulihan seperti sebelum melahirkan. Perawatan yang selama 24 jam bersama pasien memegang peranan penting dalam perawatan ibu post partum. Perawatan ibu post partum meliputi: pemenuhan sehari-hari, penanganan rasa kedinginan yang kadang dirasakan ibu post partum tanpa sebab yang pasti, memberi rasa nyaman, memeriksa payudara, uterus, lokea, perineum (luka episiotomi dan hemoroid), kandung kencing dan psikis ibu, serta menganjurkan untuk ambulasi sedini mungkin (Saunder, 2002)
Ambulasi dini salah satunya adalah dalam bentuk senam nifas yang sangat penting untuk mengembalikan tonus otot-otot perut yang mendukung perut bagian bawah. Kontraksi otot-otot perut akan membantu proses involusi yang mulai setelah plasenta keluar segera setelah melahirkan. Ambulasi secepat mungkin sangat diperlukan dalam proses involusi (Saunder 2002).
Namun kenyataannya, masih banyak ibu post partum yang berperilaku kurang memperhatikan ambulasi dini. Menurut Green (Notoatmodjo, 2007), perilaku ibu dalam kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yang terwujud dalam pengetahuan, keyakinan dan nilai yang dianut ibu.
Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD .............. oleh peneliti pada bulan Januari tahun 2010 diketahui cakupan ambulasi dini sebesar 40% yaitu dari hasil kuesioner dan wawancara kepada 10 ibu post partum didapatkan hanya 4 ibu yang melaksanakan ambulasi dini. Masalah ambulasi dini ini di objek penelitian salah satunya dipengaruhi oleh faktor jenis persalinan dan faktor internal yang berhubungan dengan karakteristik individu ibu post partum meliputi pendidikan, umur, pekerjaan, dan faktor lainnya seperti dukungan dan peran keluarga terhadap pelaksanaan ambulasi dini.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Karakteristik Ibu Post Partum Dengan Pelaksanaan Ambulasi Dini Di RSUD .............. Periode Maret- Mei tahun 2010”.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalahnya adalah bagaimana hubungan karakteristik ibu post partum dengan pelaksanaan ambulasi dini di RSUD .............. periode Maret – Mei tahun 2010?

1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik ibu post partum dengan pelaksanaan ambulasi dini di RSUD .............. periode Maret – Mei tahun 2010.
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Diketahuinya gambaran pendidikan ibu post partum di RSUD .............. periode Maret – Mei tahun 2010.
1.3.2.2 Diketahuinya gambaran umur ibu post partum di RSUD .............. periode Maret – Mei tahun 2010.
1.3.2.3 Diketahuinya gambaran pekerjaan ibu post partum di RSUD .............. periode Maret – Mei tahun 2010.
1.3.2.4 Diketahuinya gambaran jenis persalinan ibu post partum di RSUD .............. tahun periode Maret – Mei 2010.
1.3.2.5 Diketahuinya gambaran pelaksanaan ambulasi dini di RSUD .............. periode Maret – Mei tahun 2010.
1.3.2.6 Diketahuinya hubungan antara pendidikan ibu post partum dengan pelaksanaan ambulasi dini di RSUD .............. periode Maret – Mei tahun 2010.
1.3.2.7 Diketahuinya hubungan antara umur ibu post partum dengan pelaksanaan ambulasi dini di RSUD .............. periode Maret – Mei tahun 2010.
1.3.2.8 Diketahuinya hubungan antara pekerjaan ibu post partum dengan pelaksanaan ambulasi dini di RSUD .............. periode Maret – Mei tahun 2010.
1.3.2.9 Diketahuinya hubungan antara jenis persalinan ibu post partum dengan pelaksanaan ambulasi dini di RSUD .............. periode Maret – Mei tahun 2010.

1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada karakteristik ibu post partum meliputi faktor pendidikan, umur, pekerjaan dan jenis persalinan, kemudian dicari hubungannya dengan masalah pelaksanan ambulasi dini.

1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi RSUD
Dapat dijadikan masukan dan saran dalam peningkatan mutu pelayanan kebidanan/maternitas.
1.5.2 Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan khususnya pelaksanaan ambulasi dini ibu post partum.
1.5.3 Bagi Ibu Post Partum
Mengetahui pentingnya ambulasi dini terutama senam nifas pada ibu-ibu post partum sehingga proses involusi dapat berjalan lancar.
1.5.4 Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang teori pelaksanaan ambulasi dini serta mengetahui kesenjangan yang terjadi antara teori yang diajarakan selama perkuliahan dengan kenyataan yang terjadi di tempat penelitian.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.138

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Hubungan Antara Karakteristik Ibu Post Partum Dengan Pelaksanaan Ambulasi Dini Di RS

Hubungan Sikap Ibu Terhadap Poskesdes, Tabulin Dan Dukungan Keluarga Dengan Pertolongan Persalinan Di Desa

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang besar artinya bagi pembangunan dan pembinaan sumber daya manusia dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional yang pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia. (Depkes RI, 2009)
Program kesehatan ibu dan anak yang telah dilaksanakan selama ini bertujuan untuk meningkatkan status derajat kesehatan ibu dan anak serta menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Untuk itu diperlukan upaya pengelolaan program kesehatan ibu dan anak untuk memanfaatkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak secara efektif dan efisien. (Depkes RI, 2008)
Menurut Suparmanto (2007) ada 4 (empat) strategi utama Depkes dalam pembangunan kesehatan. Keempat strategi itu 1) menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat; 2) meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas; 3) meningkatkan system surveilans, pemantauan, dan informasi kesehatan; 4) meningkatkan pembiayaan kesehatan. Dari seluruh startegi itu dibuat 17 sasaran prioritas dalam upaya mendukung pencapaian strategi. Diantaranya yaitu seluruh desa menjadi desa siaga; setiap orang miskin mendapat pelayanan kesehatan yang bermutu; setiap bayi, anak, ibu hamil, dan kelompok masyarakat risiko tinggi terlindungi dari penyakit; serta tersedia tenaga kesehatan yang kompeten.
Pembentukan desa siaga untuk menunjang upaya penurunan AKI dan AKB serta mengatasi permasalahan kesehatan lain. Hal ini dilakukan dengan menempatkan bidan dan melatih para kader dari masyarakat. Saat ini sedang dilakukan inventarisasi desa-desa mana yang ada dan tidak ada bidan. Depkes akan merekrut dan menempatkan bidan di desa yang tidak ada bidan. Tahun 2006 sudah dibentuk 12.000 desa siaga. Tahun 2007 ditargetkan terbentuk 30.000 desa siaga, tahun 2008 bertambah 16.000 desa siaga, dan tahun 2009 ada 12.000 desa siaga. Keterbatasan tenaga kesulitan untuk mencapai sasaran, misalnya penurunan AKI adalah keterbatasan tenaga dan infrastruktur. (Moedjiono, 2007)
Kondisi derajat kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini masih memprihatinkan, antara lain ditandai dengan masih tingginya AKI, dan AKB. Berdasarkan data SDKI 2007 AKI di Indonesia menunjukkan angka 228 per 100.000 kelahiran hidup dan menurut data BPS tahun 2007, AKB di Indonesia menunjukkan angka yang masih tinggi yaitu 34 per 1.000 kelahiran hidup, dan menurut (Depkes RI, 2008)
Di Provinsi Jawa Barat tahun 2007 AKI maternal menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu mencapai 98 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan AKB mencapai 38 per 1.000 kelahiran hidup (Dinkes Prov. Jabar, 2008)
Sedangkan jumlah kematian ibu pada tahun 2008 di Kabupaten ............ sebanyak 28 dari 18.873 kelahiran hidup dan AKB mencapai 20 per 1.000 kelahiran hidup. Jika dilihat dari penyebab kematian ibu, terbanyak disebabkan oleh perdarahan (25%), eklampsi (7,14%), infeksi (7,14%) dan lain-lain (60,71%) (Dinkes Kab. ............, 2009).
Hasil dari beberapa studi serta pengamatan atas peristiwa kematian ibu maternal, mengungkapkan bahwa penyebab utama kematian dapat dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung, penyebab langsung biasanya terkait erat dengan kondisi kesehatan ibu sejak proses kehamilan, proses persalinan dan proses pasca persalinan. Sedangkan penyebab tidak langsung lebih terkait dengan kondisi sosial, ekonomi, geografi serta perilaku budaya masyarakat yang terangkum dalam 4 Terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu sering/rapat) dan 3 Terlambat (terlambat mengambil keputusan, terlambat merujuk, dan terlambat mendapat pelayanan). (Depkes RI, 2008)
Pada penelitian lainnya mengungkapkan adanya hubungan positif yang sangat erat secara statistik antara penolong persalinan oleh tenaga kesehatan dengan angka kematian maternal. Semakin tinggi cakupan pertolongan kesehatan oleh tenaga kesehatan yang kompeten maka angka kematian ibu maternal akan mengalami penurunan dan sebaliknya bila cakupannya rendah maka angka Maternal Mortality Rate (MMR) akan meningkat. (Depkes RI, 2008)


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.137

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Hubungan Sikap Ibu Terhadap Poskesdes, Tabulin Dan Dukungan Keluarga Dengan Pertolongan Persalinan Di Desa