Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian dan kesakitan akibat komplikasi kehamilan, persalinan, nifas saat ini di dunia masih sangat tinggi. Tahun 2007 setiap 1 menit di dunia seorang ibu meninggal dunia. Dengan demikian dalam 1 tahun ada sekitar 600.000 orang ibu meninggal sia-sia saat melahirkan. Sedangkan di Indonesia dalam 1 jam terdapat 2 orang ibu meninggal karena komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas (Ide Bagus, 2011).
Di Propinsi Jawa Timur pada tahun 2007 terdapat 690.282 jumlah ibu hamil, dari sejumlah kelahiran, tercatat 354 kasus kematian maternal, yang terjadi pada saat kehamilan 65 orang, kematian pada saat persalinan 221 orang dan kematian ibu nifas 68 orang ( Raffel Subakhi, 2008).
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6-8 minggu ( Sarwono Prawirohardjo, 2005). Dimana selama waktu tersebut pada seorang ibu nifas seringkali terjadi masalah tanda bahaya masa nifas. Hal ini sangat penting dan perlu untuk di ketahui oleh ibu nifas. Karena dengan di ketahuinya tanda bahaya masa nifas, bila terjadi masalah tersebut akan di ketahui atau terdeteksi secara dini adanya suatu komplikasi.
Pada wanita atau ibu nifas penjelasan mengenai tanda-tanda bahaya masa nifas sangat penting dan perlu, oleh karena masih banyak ibu atau wanita yang sedang hamil atau pada masa nifas belum mengetahui tentang tanda-tanda bahaya masa nifas, baik yang diakibatkan masuknya kuman kedalam alat kandungan seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri) (Prawirohardjo, 2005).
Hasil studi pendahuluan di Wilayah Puskesmas Pesanggaran pada bulan Juni 2011, di dapatkan data dari 9 orang ibu nifas, yang mempunyai masalah masa nifas di antaranya 1 orang dengan masalah penyulit menyusui yaitu bendungan ASI, 1 orang ibu nifas dengan masalah infeksi pada bekas jahitan dan 1 orang ibu nifas dengan masalah sub-involusi karena adanya sisa plasenta.
Berdasarkan uraian di atas di dapatkan 3 orang yang mempunyai masalah bahaya masa nifas. Data tersebut merupakan sebagian data dari ibu nifas dengan masalah bahaya masa nifas, yang di ketahui atau terdeteksi oleh tenaga kesehatan. Tapi sebenarnya masih banyak ibu nifas yang mengalami masalah bahaya masa nifas, yang tidak di ketahui atau terdeteksi oleh tenaga kesehatan. Penyebab tidak di ketahuinya masalah bahaya masa nifas yaitu kurangnya pengetahuan ibu nifas. Dimana yang mempengaruhi pengetahuan dari ibu nifas yaitu faktor yang mempengaruhi pengetahuan (pendidikan, usia, pekerjaan, informasi, pengalaman, lingkungan, sosial ekonomi, sosial budaya) dan juga konseling dari tenaga kesehatan selama kehamilan dan setelah persalinan (Notoadmodjo, 2005).
Asuhan masa nifas sangat di perlukan dalam periode ini karena masa nifas merupakan masa kritis untuk ibu dan bayi. Dengan demikian di perlukan suatu upaya untuk mencegah terjadinya suatu masalah tanda bahaya masa nifas. Untuk itu di perlukan suatu peran serta dari masyarakat terutama ibu nifas untuk memiliki pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya masa nifas. Selain itu juga di perlukan peran serta dari tenaga kesehatan dengan memberikan konseling selama kehamilan, setelah persalinan, dan melakukan kunjungan rumah yaitu KN.1 dan KN.2 sesuai standart pelayanan. Dari upaya tersebut di harapkan dapat mengetahui dan mengenal secara dini tanda-tanda bahaya masa nifas, sehingga bila ada kelainan dan komplikasi dapat segera terdeteksi (Prawirohardjo, 2005).
Memperhatikan angka kematian ibu dan perinatal dapat diperkirakan bahwa sekitar 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian tersebut yaitu penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jumlah tenaga medis dan non paramedis di perbanyak sehingga pelayanan kesehatan umumnya dan pelayanan kebidanan khususnya mutu dan jangkauannya, secara bertahap di tingkatkan (Rustam Mochtar, 2002).
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini, dibatasi hanya sebatas tahu tentang pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas Di Wilayah Puskesmas Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi?
3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas di wilayah Puskesmas Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi.
C. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis.
Penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara spesifik mengenai gambaran pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.
2. Secara Praktis.
Meningkatkan kualitas pengetahuan kesehatan khususnya tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.
3. Bagi Peneliti.
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan ilmu pada bidang asuhan kebidanan nifas khususnya tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.200
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Gambaran Pengetahuan Ibu Inpartu Tentang Proses Persalinan Fisiologi Kala II
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang.
Persalinan merupakan proses alamiah ketika terjadi pembukaan serviks serta pengeluaran janin dan plasenta dari uterus ( Siti Maimunah, 2005 : 138 ). Dalam persalinan dibagi menjadi empat kala meliputi : kala I, kala II kala III, kala IV. Kala II yaitu kala pengeluaran oleh karena adanya kekuatan his dan kekuatan mengedan janin didorong keluar sampai lahir, pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali, dalam hal ini kepala janin biasanya sudah masuk ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflek terus menimbulkan rasa mengedan, wanita merasa pula tekanan pada rectum dan hendak buang air besar ( Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, 2006 : 194 ). Sekalipun reflek mengejan terjadi secara spontan, tetapi sering kekuatan itu malah tertahan dibatas leher, sehingga leher ibu menjadi tegang, dan ibu sering sekali meneran sebelum adanya his, bila ibu meneran dengan tidak adanya his akan sia-sia karena his merupakan salah satu kekuatan ibu yang mendorong janin keluar, serta pengambilan posisi yang kurang benar sehingga ibu mengejan tersia-siakan karena tenaga ibu tidak tersampaikan pada sasaran , ini menyebabkan ibu kelelahan dan menurunnya tenaga meneran sehingga persalinan menjadi lama dan berpengaruh terhadap bayi yaitu asfiksia (Depkes, 2000 : 3-4 ). Tenaga mengejan ibu merupakan salah satu dari faktor yang mempengaruhi persalinan meliputi : Kekuatan Ibu, Janin dan Jalan Lahir ( Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, 2006 : 194 ). Tingginya AKI di Indonesia erat kaitannya dengan kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesiapan persalinan dan pemanfaatan layanan kesehatan selama kehamilan atau persalinan. Selain itu faktor usia, paritas dan juga pendidikan berpengaruh terhadap kematian ibu di seluruh kabupaten/kota.( http://pos-kupang.com/printnew/artikel/06/2009 ).
Salah satu sebab tingginya kematian maternal dan perinatal di Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya adalah akibat partus lama. Hasil AMP ( Audit Maternal dan Perinatal ) di Jawa Timur, selama periode Januari sampai Desember 2008 mendapatkan bahwa penyulit ibu terbanyak adalah partus lama (16%), disusul partus kasep (11%), pre-eklampsia dan eklampsia. Sedangkan pada bayi terbanyak adalah asfiksia neonatorum, yaitu 57,7% ( Supriatmaja, www. Kalbe. Co.id/ 2009/ Pengaruh Senam Hamil ), di Kabupaten Banyuwangi AKI (Angka Kematian Ibu ) sebanyak 70% perdarahan dan disebabkan partus lama sebanyak 13% sisanya eklampsia( http://www. Pos-Banyuwangi. Com/05/2009/ ), sedangkan di Puskesmas Pesanggaran terjadi partus lama sebanyak 9 persalinan dari 100 persalinan.
Dalam pengamatan penulis selama praktek di Puskesmas Pesanggaran, banyak ibu-ibu bersalin yang belum mengetahui tata cara proses persalinan. Untuk itu penulis sangat tertarik akan meneliti pengetahuan ibu inpartu tentang proses persalinan khususnya pengetahuan tentang proses persalinan kala II. Dengan tingginya pengetahuan ibu tentang proses persalinan khususnya persalinan kala II, diharapkan persalinan berjalan dengan lancar sehingga bayi lahir dengan spontan, sehat dan ibu bersalin tanpa komplikasi.
Maka dari itu Penulis mengajak kepada ibu-ibu pada umumnya, serta pada ibu hamil pada khususnya, untuk menggali pengetahuan tentang persalinan, setelah mengetahui dan mengerti tentang cara-cara persalinan pada ibu-ibu diharapkan persalinan berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Penulis berharap karya tulis ini dapat dijadikan sebagai salah satu sarana untuk memperluas serta menambah informasi guna meningkatkan pengetahuan tentang persalinan sehingga meminimalkan komplikasi pada ibu Bersalin dan Komplikasi Bayi Baru Lahir.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka Rumusan Masalah Penelitian ini yaitu “ Bagaimanakah Pengetahuan Ibu Inpartu Tentang Proses Persalinan Fisiologi Kala II di BPS Wilayah Puskesmas Pesanggaran, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi ? “
C. Tujuan Penelitian.
Tujuan dari penelitian ini adalah “Mengetahui Pengetahuan Ibu Inpartu Tentang Proses Persalinan Fisiologi kala II di BPS Wilayah Puskesmas Pesanggaran, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi”.
D. Manfaat Penelitian.
Bagi Institusi Pendidikan.
Memberikan nilai sumber kepustakaan di Poltekkes Majapahit sebagai wacana kepustakaan baru mengenai Pengetahuan Ibu Inpartu tentang proses persalinan kala II.
Bagi Peniliti.
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam rangka pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan pada bidang persalinan, khususnya persalinan kala II yang terkait di dalam melakukan penelitian.
3. Bagi Masyarakat.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi masyakat, ibu – ibu hamil pada khususnya, dan diharapkan adanya sikap meningkatnya tingkat pengetahuan tentang persalinan.
4. Bagi Pemerintah atau lembaga.
Mendapatkan kontribusi / bantuan pemikiran dari peneliti sehingga ada perbaikan – perbaikan penyempurnaan dari kondisi sebelumnya.
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.199
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Gambaran Pengetahuan Ibu Inpartu Tentang Inisiasi Menyusui Dini
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setiap Bayi Baru Lahir berhak mendapatkan Air Susu Ibunya, karena dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) dalam satu jam pertama kehidupannya, maka bayi akan mendapat sumber gizi terbaik dan dapat menyelamatkan jiwa bayi pada bulan-bulan pertama yang rawan. Hal ini mengingat masih tingginya angka kematian Bayi Baru Lahir.
Berdasarkan presurvey yang dilakukan di Desa Silo Wilayah kerja Puskesmas Silo I 40% ibu bersalin tidak dapat melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini dikarenakan beberapa faktor yaitu Kurangnya mendapatkan informasi tentang Inisiasi Menyusui Dini.
Angka kematian bayi di seluruh dunia saat ini setiap tahunnya mencapai 4 juta jiwa. Di Indonesia saat ini tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 35 tiap 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2008, yang artinya dalam satu tahun sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun (http://www.indonesia.com/humaniora/kesehatan/19kesehatan/4100-angaka kematian bayi/2009). Sedangkan di Jawa Timur, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Angka Kematian Bayi (AKB) menurun dari 44,64 tiap 1.000 kelahiran hidup tahun 2002-2003, menjadi 35,32 tiap 1.000 pada tahun 2005-2006.
(http://www.pdiperjuangan-jatim.org/v03/index.php?mod=berita&id=386). Untuk Kabupaten Jember, angka kematian bayi dari data yang dihimpun Dinas Kesehatan Kabupaten Jember mengalami peningkatan yaitu sebesar 134 jiwa pada tahun 2005 dan sebesar 188 jiwa pada tahun 2006 (http://magnetcendana.blogspot.com/2009/06/akib-jember-tertinggi.di.jatim.html).
Penyebab kematian bayi dikarenakan beberapa faktor yaitu salah satunya berat badan rendah, asfiksia, tetanus, infeksi dan masalah pemberian minuman. Masih banyak ibu yang belum mengerti tentang pemberian ASI Ekslusif dan pengetahuan tentang inisiasi menyusui dini.
Kematian Bayi Baru Lahir yaitu kematian bayi yang terjadi dalam satu bulan pertama, dapat dicegah jika bayi disusui oleh ibunya dalam satu jam pertama setelah kelahirannya. Dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama, bayi akan mendapat zat-zat gizi yang penting dan bayi akan terlindung dari berbagai penyakit berbahaya pada masa paling rentan dalam hidupnya. Tapi, berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2002-2003 hanya ada 4% bayi yang mendapat ASI dalam satu jam kelahirannya.Dan memberi penyuluhan erhadap ibu-ibu tentang IMD.
Maka berdasarkan hal ini penelii ingin melakukan penelitian dengan judul ”Gambaran Pengetahuan Ibu Inpartu Tentang Inisiasi Menyusui Dini Di Wilayah Puskesmas Silo I Desa Sempolan Kabupaten Jember”
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana gambaran pengetahuan ibu inpartu tentang Inisaisi Menyusui Dini diwilayah Puskesmas Silo I Desa Sempolan Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
Tujuan Penelitian
Mengetahui pengetahuan ibu inpartu tentang inisiasi menyusui dini diwilayah Puskesmas SiloI Desa Sempolan Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
Manfaat Penelitian
Manfaat praktisi
Dapat memberikan masukan yang berarti bagi ibu bersalin dalam meningkatkan pengetahuan tentang IMD khususnya melalui presektifmotifasi
Manfaat teoritis
Dapat memperkaya konsep atau teori yang menyongkong perkembangan ilmu pwngeahuan kebidanan khususnya yang terkait dengan pengetahuan ibu bersalin tantang IMD
3. Manfaat Diri Sendiri
Dapat meningkatkan pengetahuan khususnya tentang inisiasi menyusui dini
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.198
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Emesis Gravidarum
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian maternal dan neonatal di Indonesia masih tinggi yaitu 307/100.000 kelahiran hidup dan 520/100.000 kelahiran hidup. Untuk menurunkan AKI dan AKB tersebut memerlukan waktu dan upaya. Suatu upaya yang dianggap efektif oleh para pakar adalah menyediakan pelayanan obstetri mungkin kepada ibu hamil dan memastikan bahwa pelayanan tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat dan dengan melakukan dan pelayanan kehamilan yang baik atau sering disebut pelayanan antenatal bermutu (SDKI, 2002).
Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan obstetri, salah satunya dengan melakukan pelayanan antenatal care terhadap ibu hamil dengan memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan dengan tujuan agar ibu hamil dapat melewati masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta melahirkan bayi yang sehat. Dengan cara ini AKI dan AKB akan mengalami penurunan karena derajat kesehatan suatu bangsa ditentukan oleh derajat kesehatan ibu dan anak.
Pembangunan kesehatan dilakukan dengan prioritas pada upaya kualitas pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan Indonesia saat ini menerapkan paradigma sehat yaitu dengan cara pengutamaan usaha promotif dan preventif dalam proses kehamilan, karena resiko kehamilan bersifat dinamis karena ibu hamil yang pada mulanya normal secara tiba-tiba dapat menjadi resiko yang tinggi.
Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus agar dapat berlangsung dengan baik demi tercapainya persalinan yang aman dan melahirkan bayi yang sehat dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB,, kehamilan dimulai dari tuanya. Kehamilan-kehamilan dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu triwulan I (0-12 mg), triwulan II (12-28mg) dan triwulan III (28-40 mg). Dalam 3 triwulan tersebut terjadi perubahan-perubahan dalam tubuh ibu (Sarwono, 2002).
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang sering terjadi pada 60-80 % Primigravida dan 40-60 % Multigravida. Mual biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat pula timbul setiap saat pada malam hari. Rasa mual biasanya dimulai pada minggu-minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan keempat. Namun sekitar 12 % ibu hamil masih mengalaminya hingga 9 bulan (kehamilan yang menyenangkan : 31)
Penyebab mual dan muntah ini bermacam-macam antara lain karena adanya perubahan hormon dalam tubuh, psikologis, sampai gaya hidup. Pola makan yang buruk sebelum maupun pada minggu-minggu awal kehamilan, kurang tidur atau kurang istirahat dan stres dapat memperberat rasa mual dan muntah. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa mual meskipun tidak dapat dihilangkan sama sekali, misalnya dengan mengkonsumsi makanan seimbang, cukup bergerak dan cukup istirahat. Oleh karena itu calon ibu diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai mual agar ibu dapat menentukan sikap untuk mengatasi masalahnya pada awal kehamilan sehingga tidak terjadi komplikasi kehamilan yang dapat mengganggu kehamilan selanjutnya (Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan :58)
Bidan dalam melakukan pelayanan ANC hendaknya selalu memberikan penjelasan dan motivasi mengenai keluhan yang dirasakan ibu hamil termasuk didalamnya emesis gravidarum. Karena masih banyak ibu hamil yang tidak mengetahui cara mengatasi mual dan muntah yang dialaminya.
Dalam penelitian ini dibatasi oleh pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengaruh dan penanganan emesis gravidarum.
Di RB Bina Sejahtera II Tri Rahayu selama bulan Januari 2006 terdapat 38 orang ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya ke RB tersebut. Dari 10 ibu hamil trimester I yang disurvey 6 diantaranya mengalami emesis gravidarum.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian "Gambaran pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang emesis gravidarum di RB Bina Sejahtera II Tri Rahayu".
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dari survey terhadap 10 orang ibu hamil trimester I terdapat 6 orang yang mengalami mual dan muntah (emesis gravidarum).
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan ibu hamil trimester I tentang emesis gravidarum yang meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengaruh terhadap ibu dan janin, dan penanganan emesis gravidarum.
1.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis mengambil pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1.4.1 Bagaimana pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang pengertian emesis gravidarum di RB Bina Sejahtera II Tri Rahayu?
1.4.2 Bagaimana pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang penyebab emesis gravidarum di RB Bina Sejahtera II Tri Rahayu?
1.4.3 Bagaimana pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang tanda dan gejala emesis gravidarum di RB Bina Sejahtera II Tri Rahayu?
1.4.4 Bagaimana pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang pengaruh emesis gravidarum terhadap ibu dan janin di RB Bina Sejahtera II Tri Rahayu?
1.4.5 Bagaimana pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang penanganan emesis gravidarum di RB Bina Sejahtera II Tri Rahayu?
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang emesis gravidarum di RB Bina Sejahtera II Tri Rahayu.
1.5.2 Tujuan Khusus
1.5.2.1 Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang pengertian emesis gravidarum di RB Bina Sejahtera II Tri Rahayu.
1.5.2.2 Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang penyebab emesis gravidarum di RB Bina Sejahtera II Tri Rahayu.
1.5.2.3 Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang tanda dan gejala emesis gravidarum di RB Bina Sejahtera II Tri Rahayu.
1.5.2.4 Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang pengaruh emesis gravidarum terhadap ibu hamil dan janin di RB Bina Sejahtera II Tri Rahayu.
1.5.2.5 Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang penanganan emesis gravidarum di RB Bina Sejahtera II Tri Rahayu.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat
1.6.1 Bagi tempat penelitian
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi pegawai/bidan di RB Bina Sejahtera II Tri Rahayu untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya ibu hamil.
1.6.2 Bagi institusi Pendidikan Program Akademi Kebidanan Wira Buana
1.6.2.1 Hasil penelitian dapat dijadikan bahan evaluasi yang berkaitan dengan gambaran pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang emesis gravidarum
1.6.2.2 Sebagai sumber bacaan dan referensi bagi perpustakaan di instansi Pendidikan.
1.6.3 Bagi peneliti
1.6.3.1 Sebagai salah satu syarat kelulusan semester akhir Akademi Kebidanan
1.6.3.2 Merupakan penerapan dari ilmu yang diperoleh selama proses pembelajaran sehingga menanamkan pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian.
1.6.4 Bagi responden
Dapat menambah pengetahuan ibu hamil khususnya ibu hamil Trimester I tentang pentingnya pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengaruh, penanganan emesis gravidarum.
1.7 Ruang Lingkup
Dalam penulisan ini penulis membatasi ruang lingkup yang diteliti.
1.7.1 Jenis penelitian : Deskriptif
1.7.2 Subjek penelitian : Ibu hamil Trimester I
1.7.3 Objek penelitian : Pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang emesis
gravidarum.
1.7.4 Lokasi penelitian : RB Bina Sejahtera II Tri Rahayu
1.7.5 Waktu penelitian : April - Mei 2006
1.7.6 Alasan penelitian : Karena jumlah ibu hamil Trimester I pada multigravida
dan primigravida yang mengalami emesis gravidarum
masih banyak pada bulan Januari 2006.
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.197
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persiapan Persalinan di BPS
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan antenatal merupakan pilar kedua didalam Safe Motherhood yang merupakan sarana agar ibu lebih siap menghadapi persalinan. Ketidak siapan ibu dalam menghadapi persalinan menjadi salah satu faktor penyebab tingginya Angka Kematian Ibu (AKI).
Angka kematian ibu pada tahun 2005 di Indonesia adalah 262 per 1000.000 kelahiran hidup diperkirakan jumlah kelahiran hidup sebanyak 5 juta. Ini berarti setiap jam ada satu ibu yang meninggal karena proses kelahiran dan persalinan. Dan angka kematian bayi pada tahun 2003 sebanyak 35 per 1.000 kelahiran hidup yang berarti bahwa setiap jam ada 18 bayi yang meninggal.
Di jawatimur sendiri AKI pada tahun 2004 dari 307 per 100.000 kelahiran hidup turun menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2007, dan pada AKB yang didapat dari 35 per 1000 kelahiran hidup menjadi 26,9 per kelahiran hidup di tahun 2004 yang lalu. (http//www.Andikudos.blogspot.com.2011.AKI AKB Indonesia - jawatimur 2011)
Sementara di...... angka kematian ibu menurun dari 15 per 100 kelahiran hidup menjadi 10 per 100 kelahiran hidup. AKB dari data yang dihimpun Dinas Kesehatan Kabupaten ...... mengalami peningkatan yaitu 134 jiwa pada tahun 2005 dan 188 jiwa pada tahun 2006. (http://magnetcendana.blogspot.com/2011/06/aki-...... teringgi.di.jatim.html)
Dampak yang ditimbulkan jika ibu tidak melakukan persiapan persalinan:
1. Ibu kesulitan menentukan tempat persalinan
2. Ibu tidak tahu berapa biaya yang harus disiapkan
3. Ibu tidak tahu bahan-bahan apa saja yang dipersiapkan untuk bayi
4. Ibu tidak tahu apa yang akan terjadi pada proses persalinan bila tidak mempersiapkan persalinan
5. Ibu tidak bisa mengantisipasi resiko yang akan terjadi pada saat persalinan.
Mengingat kira-kira 90% kematian ibu terjadi pada saat sekitar persalinan kira-kira 95% penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetri yang sering tidak diperkirakan sebelumnya, maka kebijaksanaan departemen kesehatan untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah mengupayakan agar :
1. Setiap persalinan ditolong atau minimal didampingi oleh bidan.
2. Pelayanan obstetri sedekat mungkin diberikan kepada semua ibu hamil.
Dengan persiapan persalinan yang direncanakan bersama bidan,diharapkan dapat menurunkan kebingungan dan kekacauan pada saat persalinan dan meningkatkan kemungkinan dimana ibu akan menerima asuhan yang sesuai serta tepat waktu ( Depkes. RI, 2002 )
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitan ini adalah : Bagaimanakah Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang persiapan persalinan di BPS ...... Desa ...... Kecamatan ...... Kabupaten ......?
C. Tujuan Penelitan
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah diperolehnya data tentang pengetahuan ibu hamil tentang persiapan persalinan di BPS ......... Desa ...... Kecamatan ...... Kabupaten .......
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktisi
Dapat memberikan masukan yang berarti bagi ibu hamil dalam meningkatkan pengetahuan tentang persiapan persalinan khususnya melalui presektif motifasi.
2. Manfaat Teoritis
Dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan kebidanan khususnya yang terkait dengan pengetahuan ibu hamil tentang persiapan persalinan.
3. Manfaat bagi diri sendiri
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang ilmu kebidanan, serta sebagai penerapan ilmu yang didapat selama ini.
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.196
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Antenatal Care
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan Negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu. penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan 30,5%, infeksi 22,5%, gestosis 17,5%, dan anestesia 2,0%. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pemerintah telah banyak menetapkan strategi maupun kebijakan berupa program peningkatan kesehatan termasuk penigkatan asuhan antenatal care yang telah lebih dikenal dengan ANC yang merupakan perawatan yang diberikan kepada ibu selama hamil dan merupakan salah satu pilar dalam upaya “safe motherhood ”(sarwono prawihardjo, 2002 : 7 ).
Angka kelahiran mencerminkan kebutuhan wanita akan perawatan kesehatan. Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emisional dari ibu serta perubahan sosial didalam keluarga. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah, sistem penilaian resiko tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama kehamilannya. (Sarwono Prawirahardjo, Maternal dan Neonatal 2002 : 89 ).
Setiap ibu hamil seharusnya mendapat perawatan kehamilanya secara baik, dengan cara memeriksakan kehamilanya, tetapi pada kenyataanya masih banyak ibu hamil belum mengerti yang lebih dalam tentang pemeriksaan kehamilan ( ANC ). Menurut data rekam medis yang diperoleh dari BPS Kisworowati ibu hamil yang memeriksakan kehamilanya kebanyakan sudah menginjak usia kehamilan Trimester II, dan sebagian yang hanya mengalami keluhan – keluhan saja. Hal tersebut dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu hamil dalam masa perawatan kehamilanya, sehingga dapat menyebabkan bertambahnya angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Untuk membantu pemerintah dalam mencapai penurunan AKI (angka kematian ibu) di Indonesia , maka pemerimtah mempunyai target cakupan pelayanan Antenatal (K1) 95% dan cakupan pelayanan Antenatal (K4) 90%. Untuk provinsi jawa timur mempunyai target cakupan pelayanan Antenatal (K1) 90% dan cakupan pelayanan Antenatal (K4) 85%. (Depkes, RI 2008) Untuk Kabupaten Banyuwangi cakupan pelayanan Antenatal mencapai (K1) 91,48% dari target (90%) dan cakupan pelayanan Antenatal (K4) 84,28%. Dari target (85%). (Dinkes, kabupaten Banyuwangi 2008).
Menurut data rekam medik yang diperoleh dari BPS Kisworowati sendiri didapatkan cakupan pelayanan Antental Care pada tahun 2008 (K1) 87% dan untuk cakupan pelayanan (K4) 83%.
Menurut Depkes RI (2005) kondisi derajat kesehatan di Indonesia ini masih memprihatinkan antara lain ditandai dengan tingginya AKI ( Angka Kematian Ibu) yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup dan mati bayi baru lahir 35 per 1000 ( SDKI 2002 / 2003 ). Beberapa faktor yang melatarbelakangi resiko kematian adalah kurangnya partisipasi ibu yang di sebabkan tingkat pendidikan ibu rendah, kemampuan ekonomi keluarga rendah, kedudukan sosial budaya yang tidak mendukung. (Ayurai, 2009).
Sebagian besar kematian ini sebenarnya dapat dicegah dengan memberikan pelayanan Antenatal Care yang bertujuan untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta menghasilkan bayi yang sehat, dan pada akhirnya dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Pelayanan antenatal dengan standart pemeriksaan berulang (K1-K4) merupakan komponen pelayanan kesehatan ibu hamil yang penting karena bila timbul gangguan kesehatan dini mungkin dapat dikenali sehingga dilakukan perawatan yang cepat dan tepat dengan standart “ 7 T “ pelayanan Antenatal care yang terdiri dari :
( Timbang ) Berat Badan
Ukur ( Tekanan ) Darah
Ukur ( Tinggi ) Fundus uteri
Pemberian Imunisasi ( Tetanus Toksoid ) TT lengkap
Pemberin tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan
Tes terhadap penyakit menular sexsual
Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. ( Sarwono Prawirahardjo, 2002 : 90 ).
Dari beberapa keterangan di atas maka peniliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care di BPS Kisworowati Desa Karangsari Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi“.
BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi masalah pada gambaran pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care pada tingkat “ tahu ”.
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimana gambaran pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care di BPS Kisworowati Desa Karangsari Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi” ?
TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care di BPS Kisworowati Desa Karangsari Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi.
MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi peneliti atau Mahasiswa
Meningkatkan keilmuan di bidang kesehatan dalam rangka memenuhi tuntutan IPTEK.
2. Manfaat Prasktisi.
Dapat memeberikan masukan yang berarti bagi ibu hamil dalam meningkatkan pengetahuan tentang Antenatal care khususnya melalui perseptif motifasi.
3. Manfaat Teoritis.
Dapat memperkaya konsep teori yang menyongsong perkembangan ilmu pengetahuan kabidanan khususnya yang tertkenal dengan pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal care.
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.194
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Gambaran Pemberian ASI Dini dan Faktor–faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Dini
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakanlah program pembangunan nasional secara menyeluruh dan berkesinambungan. Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah (DepKes RI, 2004).
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Derajat kesehatan yang optimal adalah tingkat kesehatan yang tinggi dan mungkin dapat dicapai suatu saat sesuai dengan kondisi dan situasi serta kemampuan yang nyata dari setiap orang atau masyarakat dan harus diusahakan peningkatannya secara terus-menerus (UU Kes. No. 23, 1992, Bab II Pasal 3).
Pada pertemuan tahunan ke-27 tahun 1974 di Genewa, World Health Organization (WHO) menyusun suatu resolusi Gizi Bayi dan pemberian Air Susu Ibu (ASI), yang isinya: ASI adalah makanan ideal bagi bayi, agar ibu-ibu yang mempunyai bayi menyediakan waktu lebih lama untuk menyusui bayi, agar negara-negara anggota WHO mempromosikan ASI melalui tenaga medis, ibu-ibu dan masyarakat umum. International Pediatric Association: Organisasi ini telah mengadakan diskusi, seminar dan simposium ilmiah tentang ASI, gizi, infeksi dan alih pengetahuan (penyuluhan). Pendidikan ASI dan cara menyusui dapat dilakukan melalui profesi medis, paramedis, media massa, melalui anak-anak dan pendidikan yang dianggap berpengaruh. Usaha-usaha yang dilakukan organisasi ini adalah: pembatasan promosi Pengganti ASI (PASI), dan pelayanan kesehatan dan pengorganisasian pemberian ASI. Juga disarankan untuk membuat kebijaksanaan dan penyediaan fasilitas menyusui dan pengaturan kelahiran serta penelitian tentang ASI. WHO dalam buku Facts for Life untuk beberapa bulan pertama, ASI saja merupakan makanan terbaik untuk bayi (ASI Eksklusif), bayi baru memerlukan makanan tambahan di usia 4 - 6 bulan (Soetjiningsih, 1995: 165).
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi sedini mungkin setelah persalinan diberikan tanpa jadwal dan tidak ditambah makanan lain, walaupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan (Purwanti, 2004: 3). Pemberian ASI Eksklusif adalah cara yang paling kuno dan paling sehat. Sejak tahun 2006 lalu Departemen Kesehatan bersama United Nations Children’s Fund (UNICEF) melatih tenaga kesehatan dan kader masyarakat tentang konseling menyusui dengan tujuan meningkatkan pemberian ASI Eksklusif yang dapat mengurangi masalah kurang gizi serta kematian balita di Indonesia. Menurut Kepala Perwakilan UNICEF untuk Indonesia, Dr. Gianfranco Ratigliano, peningkatan pemberian ASI Eksklusif kepada bayi-bayi Indonesia akan mengurangi masalah gizi dan kesehatan balita. Data UNICEF menyebutkan, pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan pertama kelahiran dapat mencegah kematian sekitar 1,3 juta bayi di seluruh dunia tiap tahun.Tetapi kesadaran masyarakat Indonesia untuk pemberian ASI masih sangat memprihatinkan, meski pemerintah gencar mengkampanyekan pemberian ASI Eksklusif bagi bayi 0 – 6 bulan. Menurut Meutia Hatta Swasono cakupan ASI Eksklusif 6 bulan masih rendah yaitu 39,5% dari total jumlah bayi di Indonesia. Berdasarkan Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, bayi di bawah usia 4 bulan yang diberikan ASI Eksklusif hanya 55%, sedangkan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 2 bulan hanya 64%. Bayi usia 3-4 bulan yang memperoleh ASI Eksklusif hanya 46%, dan 14% pada bayi 4-5 bulan. Yang lebih memprihatinkan, 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan (www.sinarharapan.co.id/berita/0708/30/kesra02.html).
Di Indonesia saat ini tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi, yaitu 35 tiap 1.000 kelahiran hidup, itu artinya satu tahun sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun. Menurut penelitian yang dilakukan di Ghana dan diterbitkan dalam Jurnal Ilmiah ”Pediatrics”, 22% kematian bayi baru lahir, yaitu kematian bayi yang terjadi dalam satu bulan pertama dapat dicegah bila bayi disusui oleh ibunya dalam satu jam pertama kelahiran. Mengacu kepada hasil penelitian tersebut, maka diharapkan program menyusui secara dini dapat menyelamatkan sekurang-kurangnya 30.000 bayi Indonesia yang meninggal dalam bulan pertama kelahiran. Dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama, bayi akan mendapat zat-zat gizi yang penting dan mereka terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya pada masa yang paling rentan dalam kehidupannya (http://elib.fk.unpad.ac.id/jsp/ evaluasi/Laporan_PjmKoleksi.jsp).
Berdasarkan SDKI tahun 1997 melaporkan bahwa hanya 8,3% yang disusui dalam 1 jam pertama setelah lahir dari 52,7% yang disusui dalam 24 jam pertama. Sedangkan data SDKI tahun 2002 lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya, namun menyusui dalam 1 jam pertama cenderung menurun 3,7% (http://www.depkes.go.id/indeks.php?option=news&tasks =viewarticle&sid=709&itemid=2). Dan pada tahun 2002-2003 data yang ada pada SDKI hanya ada 4% bayi yang mendapat ASI dalam satu jam pertama (http://elib.fk.unpad.ac.id/jsp/ evaluasi/Laporan_PjmKoleksi.jsp).
Menurut Penelitian dan Pengembangan Media dan Strategi Promosi ASI Eksklusif tahun 2007, secara umum praktik pemberian ASI secara eksklusif di Jawa Barat masih rendah yaitu 19,2%. Angka ini jauh lebih tinggi daripada angka prediksi para pakar gizi dan kesehatan yang memperkirakan masih dibawah 10% (http://www.p3gizi.litbang.depkes.go.id/ina).
Di Kabupaten ........ tahun 2007 tercatat jumlah bayi sebanyak 11.444, sedangkan jumlah yang diberi ASI Eksklusif 5914 (51,67% dari target 70%) (Dinas kesehatan ........, 2007).
Sedangkan menurut data rekapitulasi laporan Kabupaten ........ tahun 2007 jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif di Kecamatan ........ tahun 2007 tercatat dari jumlah 210 bayi dimana seluruhnya tidak mendapatkan ASI Eksklusif. Menurut Bidan Desa ........, jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif di tahun 2007 mencapai 40% dari 56 bayi yang ada, dimana angka tersebut masih rendah dan belum mencapai target yaitu 70%. Selain itu data tersebut belum dapat menggambarkan pemberian ASI Dini di Desa ......... Dimana pemberian ASI Dini yang kemungkinan lebih rendah dari pencapaian ASI Eksklusif.
Berdasarkan data di atas, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang gambaran pemberian ASI Dini dan faktor – faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Dini di Desa ........ Kecamatan ........ tahun 2011.
1.2 Rumusan Masalah
Belum diketahuinya gambaran pemberian ASI Dini di Desa ........ dan faktor - faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI dini.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Dini di Desa ........ Kecamatan .........
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya gambaran perilaku ibu dalam pemberian ASI Dini di Desa ........ Kecamatan .........
1.3.2.2 Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Dini di Desa ........ Kecamatan .........
1.3.2.3 Diketahuinya hubungan sikap dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Dini di Desa ........ Kecamatan .........
1.3.2.4 Diketahuinya hubungan pengalaman perilaku Ibu dalam pemberian ASI Dini di Desa ........ Kecamatan .........
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dibidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dan secara khusus akan meneliti tentang perilaku Ibu terhadap pemberian ASI Dini di Desa ........ Kecamatan ........ tahun 2011 dilihat dari faktor pengetahuan, sikap, dan pengalaman, dimana data diambil berdasar data primer.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi penulis menambah pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Dini, serta sebagai sarana menerapkan ilmu yang telah dipelajari pada saat kuliah.
1.5.2 Bagi Desa yang diteliti, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Dini di Desa ........ Kecamatan ........ agar dapat meningkatkan cakupan ibu menyusui dini.
1.5.3 Bagi program studi D III Kebidanan STIKes YPIB ........, melengkapi khasanah bacaan/kepustakaan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Dini di Desa ........ Kecamatan ........ Kabupaten ........ tahun 2011.
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.193
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Gambaran Pelaksanaan “7T” Pada Ibu Hamil
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pembangunan kesehatan di Indonesia dewasa ini masih diwarnai oleh rawannya derajat kesehatan ibu dan anak, terutama pada kelompok yang paling rawan yaitu ibu hamil, ibu bersalin dan bagi pada masa perinatal. Hal ini ditandai oleh tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Angka kematian ibu memang sangat tinggi, terbukti WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu meninggal saat hamil dan bersalin. Oleh karena itulah maka sejak tahun 1990 sampai 1991 Departemen Kesehatan dibantu oleh WHO, UNICEF dan UNDP melaksanakan assessment safe mother hood sampai saat ini. Hasil kegiatan dari assessment safe mother hood adalah rekomendasi rencana kegiatan 5 (lima) tahun. Departemen Kesehatan merekomendasi dalam bentuk strategi operasional dalam mempercepat penurunan AKI (Syaifuddin, dkk, 2002). Terbukti pada tahun 2002/2003 menurut Survey Demografi dan Kesehatan AKI di Indonesia turun menjadi 307/100.000 kelahiran hidup (www.tempo.co.id/medika/arsip. 2005).
Kebijakan Depkes dalam upaya mempercepat penurunan AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat pilar Safe Motherhood”. Dewasa ini program keluarga berencana sebagai pilar pertama telah dianggap berhasil. Namun, untuk mendukung upaya mempercepat penurunan AKI diperlukan penajaman sasaran agar kejadian “4 terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, terlalu banyak anak)” dan kehamilan yang tidak diinginkan dapat ditekan serendah mungkin. Akses terhadap pelayanan antenatal sebagai pilar kedua cukup baik, yaitu 87% pada tahun 1997; namun mutunya masih perlu ditingkatkan terus. Persalinan yang aman- sebagai pilar ketiga – yang dikategorikan sebagai pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, pada 1997 baru mencapai 69%. Untuk mencapai AKI sekitar 200 per 100.000 kelahiran hidup diperlukan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sekitar angka 80%. Cakupan pelayanan obstetri esensial – sebagai pilar keempat – masih sangat rendah, dan mutunya belum optimal.
Untuk membantu pemerintah dalam mencapai penurunan AKI di Indonesia, maka pemerintah Propinsi Jawa Timur mempunyai target cakupan pelayanan antental (K4) 84% dengan akses pelayanan antenatal (K4) 92,2% cakupan antenatal (K4) tahun 2004 mencapai 81,75% sudah hampir memenuhi target yang ditetapkan oleh pemerintah Propinsi Jawa Timur. Sedang target cakupan pelayanan antenatal (K4) di Kabupaten ........ 82% baru terlaksana 78,73%. Adapun akses pelayanan antenatal (K1) 85,7% (Dinkes Propinsi Jawa Timur, 2004). Di Puskesmas ........ sendiri mempunyai target cakupan pelayanan antenatal (K4) 80%, target akses pelayanan antenatal (K1) 88% (PWSKIA Propinsi Jawa Timur, 2004). Sedangkan jumlah akses (K1) pada bulan Januari di Puskesmas ........ sendiri adalah 6,5%, cakupan pelayanan antenatal (K4) bulan Januari 5,8%.
Dengan target cakupan pelayanan antenatal yang telah ditetapkan oleh pemerintah Propinsi Jawa Timur dan Kabupaten ........ serta Puskesmas ........ khususnya dapat membantu pemerintah dalam menurunkan AKI di Indonesia melalui pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal diberikan oleh petugas kesehatan baik yang bekerja di instansi pemerintah maupun swasta. Pelayanan antenatalpun diberikan di Puskesmas-Puskesmas yang tersebar di Indonesia. Saat ini dalam pelaksanaannya, Puskesmas menghadapi banyak masalah. Sejalan dengan otonomi daerah, Puskesmas diupayakan direvitalisasi, antara lain lewat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat KesehatanMasyarakat (Walujani M, dalam http://jpkm-online.net/news.2005 ).
Puskesmas dalam memberikan pelayanan antenatal hendaknya menggunakan asuhan standar minimal yang telah ditetapkan oleh pemerintah sejak tahun 1999 menjadi standar “7T” yang dahulunya hanya “5T”. Standar minimal ibu hamil “7T” tersebut yaitu timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT, pemberian tablet Fe, tes penyakit menular seksual serta temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
Dari data pra survey yang dilakukan di Puskesmas ........ Kecamatan ........ Kabupaten ........, pelaksanaan pelayanan 7T di wilayah kerja Puskesmas ........ rata-rata 60,05% pada bulan Januari . Untuk rata-rata kunjungan ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas ........ Kecamatan ........ Kabupaten ........ setiap bulannya 94 ibu hamil yang berkunjung untuk memeriksakan kehamilannya. Adapun data pra survey kunjungan ibu hamil tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini yaitu bagaimana gambaran pelaksanaan “7T” Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas ........ Kecamatan ........ Kabupaten ........ pada tahun 2011.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana gambaran pelaksanaan 7T pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas ........ Kecamatan ........ Kabupaten ........ pada tahun 2011
2. Tujuan Khusus
Untuk dapat mengidentifikasikan gambaran pelaksanaan pada penimbangan berat badan ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas ........ Kecamatan ........ Kabupaten ........ pada tahun .
Untuk dapat mengidentifikasikan gambaran pelaksanaan pemeriksaan tekanan darah pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas ........ Kecamatan ........ Kabupaten ........ pada tahun .
Untuk dapat mengidentifikasikan gambaran pelaksanaan pada ibu hamil terhadap pemeriksaan pada fundus uteri di Wilayah Kerja Puskesmas ........ Kecamatan ........ Kabupaten ........ pada tahun .
Untuk dapat mengidentifikasikan gambaran pelaksanaan imunisasi TT (Tetanus Toksoid) pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas ........ Kecamatan ........ Kabupaten ........ pada tahun .
Untuk dapat mengidentifikasikan gambaran pelaksanaan pemberian tabel Fe pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas ........ Kecamatan ........ Kabupaten ........ pada tahun .
Untuk dapat mengidentifikasikan gambaran pelaksanaan pemeriksaan Penyakit Menular Seksual (PMS) pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas ........ Kecamatan ........ Kabupaten ........ pada tahun .
Bagaimanakah pelaksanaan temu wicara pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas ........ Kecamatan ........ Kabupaten ........ pada tahun .
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai penerapan mata kuliah Metodologi Penelitian dan menambah pengalaman dalam penulisan KTI, serta sebagai masukan pengetahuan tentang pelayanan/asuhan standar “7T” (timbang berat badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, pemberian tabelt Fe, tes PMS, dan temu wicara)
dan sebagai bekal saat pelaksanaan profesi kelak juga sebagai syarat untuk menyelesaikan studi Akademi Kebidanan Politeknik Kesehatan.
2. Bagi Teoritis
Dapat memberi nilai, sumber keperpustakaan dan pengetahuan tentang pelayanan/asuhan standar “7T” (timbang berat badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, pemberian tabelt Fe, tes PMS, dan temu wicara) dan diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti yang akan dating.
3. Bagi Praktisi
Diharapkan penelitian ini secara tidak langsung mengerti tentang pelayanan/asuhan standar “7T” (timbang berat badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, pemberian tabelt Fe, tes PMS, dan temu wicara), sehingga dapat mengubah presepsi tentang masalah yang ditemukan dalam waktu penelitian
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.192
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Gambaran Karakteristik Ibu yang Menyapih Bayinya di Bawah Usia Satu Tahun
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Di Indonesia gerakan nasional Peningkatan Pemanfaatan Air Susu Ibu (PP-ASI) yang telah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia kedua pada acara puncak peringatan hari ibu ke-62 tanggal 22 Desember 1990, menunjukkan dukungan pemerintah dalam Peningkatan Pemanfaatan Air Susu Ibu (PP-ASI) (Soetjiningsih, 1998).
Dewasa ini di Indonesia 80-90% para ibu di daerah pedesaan masih menyusui anaknya sampai umur lebih dari dua tahun, tetapi di kota-kota Air Susu Ibu (ASI) sudah banyak diganti dengan susu botol. Banyak faktor yang menyebabkan penurunan penggunaan ASI ini. Di kota-kota banyak ibu-ibu ikut bekerja untuk mencari nafkah, sehingga tidak dapat menyusui anaknya dengan baik dan teratur (Tumbelaka dalam Soetjiningsih, 1997).
ASI tidak perlu diragukan lagi, karena ASI merupakan makanan anak yang paling baik dan ASI juga bermanfaat bagi tumbuh kembang anak untuk lebih optimal, akan tetapi ada kalanya oleh suatu sebab misalnya ibu yang bekerja harus menambah atau mengganti ASI dengan makanan tambahan bahkan harus dilakukan penyapihan dini (Soetjiningsih, 1998).
ASI mempunyai manfaat praktis dan psikologis yang harus dipertimbangkan bila ibu memilih metode untuk pemberian makanannya. Air susu ibu adalah yang paling cocok dari semua susu yang tersedia untuk anak manusia, karena ia secara unik disesuaikan untuk kebutuhan dirinya (Nelson, 1999).
ASI merupakan makanan ideal untuk anak, secara psikologis maupun biologis. ASI memberikan keuntungan bagi keluarga maupun bagi anak dan balita. ASI mengandung zat gizi untuk membangun dan penyediaan energi dalam susunan yang diperlukan dan melindungi anak terhadap infeksi terutama infeksi pencernaan (Pudjiadi, 1997).
Pada usia sampai dengan enam bulan kebutuhan anak dapat dipenuhi oleh ASI. Setelah itu kebutuhan anak semakin bertambah dengan pertumbuhan dan perkembangan anak dan produksi ASI menurun. Karena itu anak memerlukan makanan tambahan (PASI) ini dilihat dari pemenuhan kebutuhan fisik. Namun demikian saat menyusui dapat dibentuk pemenuhan psikologis, sehingga menyusui dapat diteruskan minimal satu tahun, karena anak dibawah usia satu tahun dalam fase oral, dimana anak akan memerlukan kebutuhan rasa aman yang sangat dominan (Moehji, 2000).
Penyapihan anak diberbagai tempat dilakukan pada berbagai umur anak. Di masyarakat pedesaan umumnya penyapihan jarang dilakukan terhadap anak sebelum umur satu tahun, bahkan berlangsung lebih lama lagi, sampai umur lebih dari dua tahun. Dalam beberapa kasus, anak tidak disapih sampai berumur empat tahun. Dilain pihak, pada masyarakat perkotaan terdapat kecenderungan yang jelas bahwa penyapihan anak dilakukan pada umur yang lebih dini, bahkan ada pula yang menyapihkannya pada umur baru beberapa minggu (Suhardjo, 2000).
Penyapihan dibawah 1 tahun dapat mempengaruhi pertumbuhan anak, misalnya Kurang Energi Protein (KEP). KEP dapat terjadi karena para ibu yang telah melahirkan, dan ibu kembali lagi bekerja sehingga harus meninggalkan anak dari pagi sampai sore. Dengan demikian anak tersebut tidak mendapat ASI yang merupakan nutrisi pokok disamping Pemberian Air Susu Ibu (PASI) atau makanan tambahan tidak diberikan sebagaimana mestinya (Pudjiadi, 1997).
Kebanyakan anak sedikit demi sedikit mengurangi volume frekuensi kebutuhan ASI-nya pada usia 6-12 bulan dan mereka menjadi terbiasa dengan penambahan jumlah makanan padat dan cairan dengan botol dan cangkir. Karena anak hanya butuh sedikit ASI, penyediaan ASI ibu makin lama makin berkurang, menyebabkan ibu terbebas dari kencang payudara. Penyapihan harus dimulai dengan mengganti susu formula atau susu sapi dengan botol atau cangkir pada sebagian ASI dan selanjutnya untuk semua bagian ASI (Nelson, 1999).
Penyapihan sangat bergantung pada keputusan pribadi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kapan ibu bekerja kembali, bagaimana kesehatan ibu anak atau feeling ibu bahwa ini adalah saat yang tepat untuk mengerti. Beberapa ahli menyatakan sebaiknya setelah anak berusia 1 tahun, mulai dilakukan peralihan dari puting susu ibu (www.google.com., 2011)
Tidak terpenuhinya nutrisi akan berpengaruh pada anak dan balita, sehingga timbul gizi kurang/buruk. Hal ini dapat dilihat dari SUSENAS (1998).
Dari hasil prasurvei peneliti dengan 10 orang ibu yang hadir disalah Posyandu sebanyak 7 orang (70%) mengatakan tidak mengerti apa itu penyapihan dan sebanyak 3 orang (30%) mengerti tentang penyapihan.
Berdasarkan data pra survey di Wilayah Kerja Puskesmas ............. pada tahun 2011 terdapat 30 anak yang disapih kurang dari satu tahun. (Data Puskesmas ............., 2011).
Berdasarkan fenomena tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu belum mengerti tentang penyapihan. Dari uraian tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui karakteristik ibu yang menyapih anak di bawah usia satu tahun di wilayah kerja Puskesmas ............. tahun 2011.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1.2.1 Masih banyaknya ibu yang melakukan penyapihan dini pada bayinya yang berumur < 1 tahun.
1.2.2 Sebagian ibu-ibu belum mengerti tentang penyapihan
1.3 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut :”Bagaimana karakteristik ibu yang menyapih bayinya di bawah usia satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ............. tahun 2011.
1.4 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana karakteristik ibu yang menyapih anak di bawah 1 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ............. tahun 2011.
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui karakteristik ibu yang menyapih anak di bawah umur satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ............. Kabupaten .......... tahun 2011.
1.5.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik usia ibu yang menyapih anak di bawah umur satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ............. Kabupaten .......... tahun 2011.
2. Untuk mengetahui karakteristik paritas ibu yang menyapih anak di bawah umur satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ............. Kabupaten .......... tahun 2011.
3. Untuk mengetahui karakteristik pendidikan ibu yang menyapih anak di bawah umur satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ............. Kabupaten .......... tahun 2011.
4. Untuk mengetahui karakteristik pekerjaan ibu yang menyapih anak umur di bawah satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ............. Kabupaten .......... tahun 2011.
5. Untuk mengetahui karakteristik penghasilan ibu yang menyapih anak di bawah umur satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ............. Kabupaten .......... tahun 2011.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Institusi Pendidikan Program Akademi Kebidanan Wira Buana Metro.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan dalam memberikan pengajaran yang berkaitan dengan nutrisi atau gizi.
1.6.2 Bagi Puskesmas
Setelah diketahui tentang karakteristik ibu yang menyapih anak di bawah satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ............. Kabupaten .......... tahun 2011 dapat diharapkan dapat dijadikan bahan masukan terhadap penyapihan.
1.6.3 Bagi Penelitian Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian di tempat lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif mengenai gambaran tentang karakteristik ibu yang menyapih anak dibawah 1 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ............. Kabupaten .......... tahun 2011.
2. Lokasi Penelitian : Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas ............. Kabupaten .......... tahun 2011.
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.191
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Dengan Preeklamsia
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam pelayanan obstetri, selain angka kematian maternal terdapat angka kematian perinatal yang dapat digunakan sebagai parameter keberhasilan pelayanan. Namun, keberhasilan menurunkan angka kematian maternal di negara-negara maju saat ini menganggap angka kematian perinatal merupakan parameter yang lebih baik dan lebih peka untuk menilai kualitas pelayanan kebidanan. Hal ini mengingat kesehatan dan keselamatan janin dalam rahim sangat tergantung pada keadaan serta kesempurnaan bekerjanya sistem dalam tubuh ibu, yang mempunyai fungsi untuk menumbuhkan hasil konsepsi dari mudigah menjadi janin cukup bulan. Salah satu penyebab kematian perinatal adalah preeklamsia dan eklamsia (www.tempo.co.id/ medika/arsip.2011).
Frekuensi pre-eklamsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak faktor yang mempengaruhinya; jumlah primagravida, keadaan sosial-ekonomi, perbedaan kriterium dalam penentuan diagnosis, dan lain-lain. Dalam kepustakaan frekuensi dilaporkan berkisar antara 3-10%. Pada primigravida frekuensi pre-eklamsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida muda. Diabetes mellitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun, dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya pre-eklamsia (Wiknjosastro, 1999).
Di Indonesia, preeklamsia-eklamsia masih merupakan salah satu penyebab kematian ibu berkisar 1,5% sampai 25%, sedangkan kematian bayi antara 45% sampai 50% (Manuaba, 1998). Oleh karena itu, diagnosa dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia serta penanganannya, perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak yang mana angka kematian ibu di Indonesia menurut survey demografi dan kesehatan (SDKI) 2002/2009 mencapai 307/100.000. Perlu ditekankan bahwa sindroma preeklampsia ringan dengan hipertensi, edema, dan proteinuri sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan. Tanpa disadari, dalam waktu singkat dapat timbul preeklampsia berat, bahkan eklampsia. Dengan pengetahuan ini, menjadi jelas bahwa pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda-tanda preeklampsia, sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat dan eklampsia, di samping pengendalian terhadap faktor-faktor predisposisi yang lain (www.tempo.co.id/ medika/arsip.2011).
Zuspan F.P. (1978) dan Arulkumaran A. (1995) melaporkan angka kejadian preeklamsia di dunia sebesar 0-13%, di Singapura 0,13-6,6%, sedangkan di Indonesia 3,4-8,5%. Dari penelitian Soejoenoes di 12 RS rujukan pada 1980 dengan jumlah sampel 19.506, didapatkan kasus preeklamsia 4,78%, kasus eklamsia 0,51%, dan AKP (Angka Kematian Perinatatal 10,88 perseribu. Penelitian yang dilakukan oleh Soejoenoes pada 1983 di 12 RS Pendidikan di Indonesia, didapatkan kejadian preeklamsia-eklamsia 5,30% dengan kematian perinatal 10,83 perseribu (4,9 kali lebih besar dibandingkan dengan kehamilan normal). Pada preeklamsia-eklamsia juga didapatkan risiko persalinan prematur 2,67 kali lebih besar, persalinan buatan 4,39 kali lebih banyak, dan mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk mendapatkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Salah satu upaya untuk menurunkan AKP akibat preeklamsia-eklamsia adalah dengan menurunkan angka kejadian preeklamsia-eklamsia. Angka kejadian dapat diturunkan melalui upaya pencegahan, pengamatan dini, dan terapi. Upaya pencegahan kematian perinatal dapat diturunkan bila dapat diidentifikasi faktor-faktor yang mempunyai nilai prediksi. Penentuan faktor yang mempunyai nilai prediksi serta pemantauan janin sangat penting agar kehamilan kalau perlu dapat diakhiri pada saat optimal (www.tempo.co.id/ medika/arsip.2011).
Dari data yang penulis dapat di Ruang Kebidanan RSU A. Yani ....... pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 jumlah ibu hamil dengan preeklamsia adalah seperti yang tertera pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Jumlah Ibu dengan Preeklamsia di Ruang Kebidanan RSU A. Yani ....... Tahun 2009-2011.
No Bulan Jumlah/Tahun
2009 % 2004 % 2011 %
1 Januari 8 21 8 15 5 7,5
2 Februari 2 5,3 4 7,7 2 3
3 Maret 4 11 1 1,9 4 6
4 April 3 7,9 2 3,8 7 10
5 Mei 2 5,3 2 3,8 2 3
6 Juni 3 7,9 4 7,7 4 6
7 Juli 2 5,3 4 7,7 11 16
8 Agustus 5 13 2 3,8 7 10
9 September 1 2,6 7 13 8 12
10 Oktober 4 11 4 7,7 4 6
11 November 1 2,6 5 9,6 8 12
12 Desember 3 7,9 9 17 5 7,5
Jumlah 38 100 52 100 67 100
Sumber data: RSU. A Yani ....... 2011.
Dari Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah ibu hamil dengan pre-eklamsia di RSU A. Yani pada tahun 2009 sampai dengan 2011 mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 terdapat 38, tahun 2004 52, dan tahun 2011 67. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsi di RSU A. Yani ....... khususnya yang terjadi pada tahun 2011. Karakteristik ibu hamil dengan preeklamsia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah 1) umur, 2) paritas, 3) pendidikan, dan 4) pekerjaan, 5) ekonomi.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah yang ada yaitu masih tingginya angka kejadian pre-eklamsia pada ibu hamil di RSU A. Yani ........
1.3 Rumusan Masalah dan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia di RSU A. Yani ....... pada tahun 2011?
1.4 Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsi berdasarkan umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan (ekonomi).
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia di RSU A. Yani ....... pada tahun 2011
1.5.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia berdasarkan umur di RSU A. Yani ....... pada tahun 2011
2. Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia berdasarkan paritas di RSU A. Yani ....... pada tahun 2011
3. Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia berdasarkan pendidikan di RSU A. Yani ....... pada tahun 2011
4. Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia berdasarkan pekerjaan di RSU A. Yani ....... pada tahun 2011
5. Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia berdasarkan penghasilan di RSU A. Yani ....... pada tahun 2011
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Pihak Institusi Pendidikan
Sebagai bahan tambahan informasi ilmiah mengenai karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia.
1.6.2 Bagi Masyarakat
Manfaat penelitian bagi masyarakat khususnya ibu hamil, yaitu untuk memberikan informasi tentang pre-eklamsia, sehingga masyarakat dapat memahami dan mengerti karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia.
1.6.3 Bagi Peneliti Lainnya
Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian di tempat lain.
1.6.4 Bagi Peneliti
Sebagai penerapan mata kuliah Metodologi Penelitian dan menambah pengalaman dalam penulisan KTI, serta sebagai masukan pengetahuan tentang karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, subjek penelitiannya yaitu karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia. Sedangkan objek penelitiannya adalah ibu hamil dengan pre-eklamsia di ruang kebidanan RSU A. Yani ....... pada tahun 2011.
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.190
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Gambaran Karakteristik Akseptor KB Suntik
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laju kepadatan penduduk Indonesia 216 juta jiwa, dengan tingkat kepadatan pada tahun 2011 diperkirakan 112 jiwa per km2. Jumlah penduduk Propinsi ......... tahun 2011, dengan perhitungan proyeksi menggunakan data dasar berdasarkan SP 2000 tercatat sebesar 6.915.950 jiwa, yang terdiri dari 3.563.310 jiwa penduduk laki-laki dan 3.352.640 jiwa penduduk perempuan. Sejak tahun 1971 atau sekitar 30 tahun terakhir, jumlah penduduk ......... telah meningkat hampir 300%, yaitu sebesar 2,78 juta jiwa pada tahun 1971 menjadi 6,71 juta jiwa pada tahun 2002. Namun demikian jika mengalami penurunan hampir lima kali lipat dari 5,77% (1971-1980) menjadi penduduk 1,04% (1995-1999). Kondisi ini merefleksikan bahwa upaya pengendalian penduduk telah berjalan selaras dengan upaya peningkatan kesejahteraan, termasuk faktor kesehatan penduduknya. Angka pertumbuhan penduduk Propinsi ......... tahun 2011 sekitar 31,57% (Profil Dinas Kesehatan Propinsi ........., 2011).
Salah satu cara untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah melalui program Keluarga Berencana (KB). Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan keluarga dalam memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kehamilan, pembinaan ketahanan keluarga, meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, serta untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera (Depkes RI, 1997).
Keluarga kecil yang bahagia dicanangkan dengan adanya program KB pada awal 1970, tercatat angka kelahiran atau Total Fertility Rate (TFR) turun dari 5,61 per Pasangan Usia Subur (PUS) pada tahun 1971 menjadi 2,78 per PUS pada tahun 1997. Demikian juga dengan jumlah peserta KB meningkat terus dari 53.000 pada awal program hingga 27 juta akseptor pada awal tahun 2000. Keberhasilan program KB di Indonesia tidak bisa lepas dari peran dan partisipasi perempuan dan ibu rumah tangga. Namun sangat disayangkan ketika melihat angka partisipasi pria, jumlahnya sangat minim (BKKBN, 2003).
Adanya program KB diharapkan ada keikutsertaan dari seluruh pihak dalam mewujudkan keberhasilan KB di Indonesia. Program KB yang didasarkan pada Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga kecil sejahtera yang serasi dan selaras dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Kebijakan operasional dikembangkan berdasarkan empat misi gerakan KB Nasional yaitu pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteran keluarga, yang selanjutnya secara garis besar dapat diklasifikasi menjadi pelayanan kesehatan reproduksi, pemberdayaan ekonomi keluarga dan ketahanan keluarga gerakan KB Nasional (Depkes RI, 1999).
Ada beberapa hal yang dapat mendukung terwujudnya gerakan KB nasional. Pada tahun 2003 adalah bahwa lebih dari 198.012 orang wanita (67,53%) berstatus menikah pernah menggunakan salah satu alat kontrasepsi dan sekitar 1.782.108 orang
wanita (51,66%) berstatus menikah sedang menjadi peserta KB aktif (Badan Pusat Statistik, 2003). Dalam pelaksanaannya, program KB nasional digunakan untuk menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan dan menghentikan kehamilan atau kesuburan. Salah satu alat kontrasepsi yang efektif bisa menunda atau menjarangkan kehamilan adalah dengan menggunakan Suntik KB (Hartanto, 2003).
Penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan program KB. Menurut data Susenas (2001) yang menyatakan bahwa pada tahun 2001 persentase peserta KB aktif, yaitu pasangan usia 15-49 tahun yang berstatus kawin dan sedang menggunakan/memakai salah satu alat kontrasepsi adalah 52,54%. Di wilayah perkotaan prosentase mereka yang menggunakan alat-alat kontrasepsi (54,6%) sedikit lebih tinggi daripada di pedesaan (51,0%). Dari mereka yang sedang menggunakan/memakai alat kontrasepsi, sebagian besar (47,36%) menggunakan alat/cara KB suntik, (25,99%) menggunakan pil KB, (11,31%) menggunakan AKDR/IUD, dan sisanya (15,34%) menggunakan alat/cara KB MOW, MOP, susuk,
kondom dan lainnya (Depkes RI, 2002). Rincian persentase yang digunakan diperkotaan dan pedesaan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.1 Persentase Pasangan Usia Subur yang sedang Ber-KB (Peserta KB Aktif) Menurut Alat Kontrasepsi di Indonesia Tahun 2001)
Alat/Cara KB Perkotaan Pedesaan Perkotaan + Pedesaan
Suntik 47,86 46,98 47,36
Pil KB 25,23 26,57 25,99
AKDR/IUD 14,11 9,14 11,31
Susuk KB 4,90 11,92 8,86
MOW 4,66 3,24 3,86
MOP 0,80 0,65 0,72
Kondom 0,67 0,18 0,39
Alat/Cara Tradisional 1,57 1,27 1,40
Lainnya 0,20 0,06 0,12
Sumber : Susenas 2001 dalam Depkes RI, 2002.
Berdasarkan data pra-survey yang penulis lakukan pada bulan Januari tahun 2011 di desa ......... Wilayah Kerja Puskesmas ......... .......... terdapat 195 akseptor KB suntik (47,57%), KB pil 139 akseptor (33,90%), Implant 26 akseptor (6,34%), IUD 37 akseptor (9,02%), MOW 9 akseptor (2,19%), MOP 3 akseptor (0,73%), kondom 1 akseptor (0,25%). Dari beberapa jenis KB yang ada, KB suntik merupakan alat kontrasepsi dengan persentase paling tinggi diantara kontrasepsi lainnya.
Dari uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai karakteristik akseptor KB suntik di desa ......... Wilayah Kerja Puskesmas ......... .......... berdasarkan usia, pengetahuan, pendidikan dan tingkat ekonomi.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1.2.1 Tingginya angka peningkatan jumlah penduduk di Propinsi ......... pada tahun 2011
1.2.2 Perlu mengurangi tekanan laju pertumbuhan penduduk
1.2.3 Adanya hal yang mendukung terwujudnya gerakan KB nasional
1.2.4 Banyaknya jumlah pemakai alat kontrasepsi di perkotaan dibandingkan di pedesaan
1.2.5 Di desa ........., prosentase akseptor KB suntik lebih tinggi daripada akseptor kontrasepsi lainnya
1.3 Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, maka penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut: "Bagaimana karakteristik akseptor KB Suntik di Desa ......... Wilayah Kerja Puskesmas ......... .......... Kecamatan ......... .......... Tahun 2011?"
1.4 Pertanyaan Penelitian
1.4.1 Bagaimana karakteristik usia akseptor KB Suntik di Desa ......... Wilayah Kerja Puskesmas ......... .......... Kecamatan ......... .......... Tahun 2011 ?
1.4.2 Bagaimana karakteristik tingkat pengetahuan akseptor KB Suntik di Desa ......... Wilayah Kerja Puskesmas ......... .......... Kecamatan ......... .......... Tahun 2011?
1.4.3 Bagaimana karakteristik tingkat pendidikan akseptor KB Suntik di Desa ......... Wilayah Kerja Puskesmas ......... .......... Kecamatan ......... .......... Tahun 2011?
1.4.4 Bagaimana karakteristik tingkat ekonomi akseptor KB Suntik di Desa ......... Wilayah Kerja Puskesmas ......... .......... Kecamatan ......... .......... Tahun 2011?
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran karakteristik akseptor KB Suntik di Desa ......... Wilayah Kerja Puskesmas ......... .......... Kecamatan ......... .......... Tahun 2011.
1.5.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui karakteristik usia akseptor KB Suntik di Desa ......... Wilayah Kerja Puskesmas ......... .......... Kecamatan ......... .......... Tahun 2011.
Untuk mengetahui karakteristik tingkat pengetahuan akseptor KB Suntik di Desa ......... Wilayah Kerja Puskesmas ......... .......... Kecamatan ......... .......... Tahun 2011.
Untuk mengetahui karakteristik tingkat pendidikan akseptor KB Suntik di desa ......... Wilayah Kerja Puskesmas ......... .......... Kecamatan ......... .......... Tahun 2011.
Untuk mengetahui karakteristik tingkat ekonomi akseptor KB Suntik di Desa ......... Wilayah Kerja Puskesmas ......... .......... Kecamatan ......... .......... Tahun 2011.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Akseptor KB suntik
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para akseptor tentang KB suntik.
1.6.2 Bagi Bidan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat meningkatkan mutu pelayanan.
1.6.3 Bagi Puskesmas
Sebagai sumbangan pemikiran dan sebagai bahan evaluasi bagi peningkatan upaya program KB.
1.6.4 Bagi Akademi Kebidanan Wira Buana Metro
Sebagai sumber referensi, sumber bahan bacaan, dan bahan pengajaran terutama yang berkaitan dengan karakteristik akseptor KB suntik.
1.6.5 Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang penelitian serta sebagai penerapan ilmu yang telah didapat selama studi.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis memberi ruang lingkup sebagai berikut:
1.7.1 Jenis Penelitian : penelitian deskriptif
1.7.2 Objek Penelitian : karakteristik akseptor KB suntik
1.7.3 Subjek Penelitian : akseptor KB suntik di desa .........
1.7.4 Lokasi Penelitian : desa ......... kecamatan ......... .......... .........
Selatan
1.7.5 Waktu Penelitian : bulan Januari sampai dengan Juni 2011
1.7.6 Alasan Penelitian : di desa ........., persentase akseptor KB suntik lebih tinggi daripada akseptor kontrasepsi lainnya sejumlah 195 orang akseptor (47,57%). Karena hal tersebut maka penulis ingin meneliti mengenai karakteristik akseptor KB suntik di Desa ......... berdasarkan tingkat usia, pengetahuan, pendidikan, dan ekonomi.
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.189
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Dalam Penatalaksanaan Pencegahan Bayi Hipotermi
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan nasional bertujuan mendorong tercapainya kesejahteraan keluarga sebagai unit terkecil dari kehidupan bangsa. Kemandirian keluarga dalam Poleksusbudhankam (politik, ekonomi, sosial, budaya, ketahanan, dan keamanan) akan menentukan secara berantai kehidupan bangsa secara nasional. Semakin diterima konsep pelayanan kesehatan modern, angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal akan semakin dikendalikan (Manuaba, 2007 : 11).
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI di Indonesia berada pada angka 228/100.000 kelahiran hidup dan AKB masih berada pada kisaran 34/1.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Jawa Barat masih berada pada level yang cukup tinggi. Hingga saat ini, AKI Jawa Barat yang hanya 250 per 100.000 kelahiran dan AKB di Jawa Barat masih di atas 40 per 1.000 kelahiran hidup.
Penyebab langsung AKI dan AKB di Jawa Barat masih karena perdarahan eklampsia, infeksi dan partus lama, penyebab langsung yang tidak mendasar yang mempengaruhi AKI dan AKB adalah faktor langsung perilaku, genetik, dan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang masih rendah ditandai dengan rendahnya pencapaian kunjungan neonatus.
Berdasarkan data dari Kabupaten ........... tahun 2008 jumlah kasus kematian bayi sebanyak 518 kematian bayi berdasarkan umur kematian 0-7 hari, yang disebabkan oleh BBLR 35,55%, asfiksia 19,94%, infeksi 3,5%, dan lain-lain 10,7%, umur kematian 8-28 hari, yang disebabkan oleh BBLR 3,75%, infeksi 1,45%, asfeksia 0,86, lain-lain 1,45%, umur kematian lebih dari 28 hari yang disebabkan oleh pneumoni 7,8%, BBLR 0,86%, lain-lain 13,9%. (Dinkes Kabupaten ..........., 2008).
Faktor utama yang memberikan peluang terjadinya kematian neonatus di rumah adalah kegagalan untuk mengenal faktor resiko tinggi dalam kehamilan, persalinan, periode neonatus, dan tidak merujuk pada saat yang tepat. Perawatan bayi dengan praktik tradisional seringkali tidak membantu, bahkan sering memberikan dampak buruk terhadap kondisi fisik bayi. Salah satunya adalah pada penanganan hipotermi. Hipotermi merupakan awal terjadinya kematian (Indarso F., 2001).
Hipotermi pada neonatus adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan suhu tubuh dalam batas normal. Gejala awal hipotermi apabila suhu < 360C (Saifuddin, 2006). Pada sebagian masyarakat seringkali memberikan penanganan hipotermi dengan cara yang dapat membahayakan kondisi fisik bayi, seperti luka bakar akibat teknik botol panas dan teknologi pemanasan dengan lampu petromaks.
Kejadian seperti ini mengambarkan bahwa masyarakat, khususnya ibu bayi belum banyak memiliki pengetahuan mengenai penanganan masalah kesehatan bayi. Untuk itu diperlukan usaha-usaha agar pengetahuan ibu tentang penanganan masalah kesehatan bayi lebih meningkat (Waluyo, 2008).
Dari hasil studi pendahuluan di Desa ........... Kecamatan ........... Kabupaten ........... terdapat 22 (73,33%) ibu hamil tidak mengetahui tentang hipotermi dan 8 (26,67%) ibu hamil mengetahui tentang hipotermi dari jumlah 30 ibu hamil. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil yang tidak mengetahui hipotermi cukup tinggi. Pengetahuan hipotermi perlu mendapatkan perhatian yang serius khususnya bagi ibu hamil karena dapat berhubungan dengan penanganan ibu pada bayi pada saat lahir khusus pada bayi yang hipotermi.
Berdasarkan uraian di atas penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu dalam Penatalaksanaan Pencegahan Bayi Hipotermi di Desa ........... Kecamatan ........... Kabupaten ........... Periode Maret-Mei 2011”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di kemukakan rumusan masalahnya adalah "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Dalam Penatalaksanaan Pencegahan Bayi Hipotermi di Desa ........... Kecamatan ........... Kabupaten ........... Periode Maret-Mei 2011". Sehingga pertanyaan peneliti adalah faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pengetahuan ibu dalam penatalaksanaan pencegahan bayi hipotermi di Desa ........... Kecamatan ........... Kabupaten ........... Periode Maret-Mei 2011".
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada variabel bebas umur, pendidikan, paritas, dan keterpaparan media. Sedangkan variabel terikatnya adalah penatalaksanaan pencegahan bayi hipotermi.
Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan Maret-Mei sampai dengan bulan Mei tahun 2011 di Desa ........... Kecamatan ........... Kabupaten ............
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan cara pengisian angket. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu dalam penatalaksanaan pencegahan bayi hipotermi di Desa ........... Kecamatan ........... Kabupaten ........... Periode Maret-Mei 2011.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu dalam penatalaksanaan pencegahan bayi hipotermi di Desa ........... Kecamatan ........... Kabupaten ........... Periode Maret-Mei 2011.
1.4.2.2 Diketahuinya gambaran paritas, umur, pendidikan dan keterpaparan media dalam penatalaksanaan pencegahan bayi hipotermi di Desa ........... Kecamatan ........... Kabupaten ........... Periode Maret-Mei 2011.
1.4.2.3 Diketahuinya hubungan umur dengan pengetahuan ibu dalam penatalaksanaan pencegahan bayi hipotermi di Desa ........... Kecamatan ........... Kabupaten ........... Periode Maret-Mei 2011.
1.4.2.4 Diketahuinya hubungan pendidikan dengan pengetahuan ibu dalam penatalaksanaan pencegahan bayi hipotermi di Desa ........... Kecamatan ........... Kabupaten ........... Periode Maret-Mei 2011.
1.4.2.5 Diketahuinya hubungan paritas dengan pengetahuan ibu dalam penatalaksanaan pencegahan bayi hipotermi di Desa ........... Kecamatan ........... Kabupaten ........... Periode Maret-Mei 2011.
1.4.2.6 Diketahuinya hubungan keterpaparan media dengan pengetahuan ibu dalam penatalaksanaan pencegahan bayi hipotermi di Desa ........... Kecamatan ........... Kabupaten ........... Periode Maret-Mei 2011.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat mengenai hipotermi sehingga masyarakat dapat melakukan upaya penanganan terhadap bayi yang mengalami hipotermi.
1.5.2 Bagi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi dokumentasi pada perpustakaan program Studi Kebidanan YPIB ........... dan dapat dikembangkan lebih luas lagi dalam penelitian selanjutnya.
1.5.3 Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti, terutama untuk menambah wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu dalam penatalaksanaan pencegahan bayi hipotermi, serta menjadi suatu kesempatan yang berharga bagi peneliti untuk dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama masa kuliah.
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.188
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Ibu Terhadap Pemakaian Kontrasepsi Implant
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia dan negara-negara lain relatif tinggi, hingga mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2002/2003). Penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu menjadi prioritas utama dalam pembangunan, bidang kesehatan di Indonesia. Adapun salah satu upaya yang dapat dilakukan dapat terwujud dalam bentuk safe motherhood atau disebut juga penyelamat ibu dan bayi (Sarwono, 2002).
Masalah kematian ibu adalah masalah yang sangat kompleks seperti status wanita dan pendidikan. Masalah tersebut juga diperbaiki sejak awal. Tetapi kurang realistis apabila mengharapkan perubahan drastis dalam waktu yang singkat, (Sarwono 2002). Tingginya angka kelahiran berkaitan erat dengan usia wanita pada saat perkawinan pertama. Secara nasional, meskipun usia kawin pertama umum 25-49 tahun, telah ada peningkatan. Namun umur kawin yang pertama menunjukkan angka yang relatif rendah, yakni 19,2 tahun, median umur kawin di pedesaan 18,3 tahun dan di perkotaan 20,3 tahun (SDKI, 2002-2003).
Pelayanan KB yang berkualitas belum sepenuhnya menjangkau seluruh wilayah nusantara. Pada saat sekarang ini paradigma program KB telah mempunyai visi dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan keluarga berencana yang berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memilih jumlah anak yang ideal. berwawasan ke depan, bertanggung jawab dan harmonis. Visi tersebut dijabarkan dalam 6 visi yaitu memberdayakan masyarakat, menggalang kemitraan, dalam peningkatan kesejahtera-an, kemandirian dan ketahanan keluarga. Meningkatkan kegiatan khusus kualitas KB dan kesehatan reproduksi, meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak reproduksi dan meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui program KB serta mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sejak pembuahan dan kandungan sampai pada usia lanjut (Hanafi Hartanto, 2002).
Banyak perempuan yang mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Berbagai faktor harus dipertimbangkan termasuk status kesehatan, efek samping, potensial, konsekwensi kegagalan/kehamilan yang tidak diinginkan. Besar keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan bahkan norma budaya lingkungan integral yang sangat tinggi dalam pelayanan KB.
Angka kematian ibu dan perinatal merupakan ukuran penting dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana di suatu negara. Tingkat kesejahteraan juga dapat ditentukan terhadap seberapa jauh gerakan keluarga berencana dapat dilakukan dan diterima oleh masyarakat. Salah satu bagian dari program KB nasional adalah KB implant. Kontrasepsi untuk kebutuhan KB yang terus berkembang dari tahun ketahun. Pemasangan norplant (susuk KB), sederhana dan dapat diajarkan, tetapi masalah mencabut susuk KB memerlukan perhatian karena sulit dicari metode yang mudah dan aman (Manuaba, 1998).
Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaanya hingga saat ini juga masih mengalami hambatan-hambatan yang dirasakan antara lain adalah masih banyak Pasangan Usia Subur (PUS) yang masih belum menjadi peserta KB. Disinyalir ada beberapa faktor penyebab mengapa wanita PUS enggan menggunakan alat maupun kontrasepsi. Faktor-faktor tersebut dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu: segi pelayanan KB, segi kesediaan alat kontrasepsi, segi penyampaian konseling maupun KIE dan hambatan budaya (Sumber Advokasi KB, 2005). Dari hasil SDKI (2002-2003) diketahui banyak alasan yang dikemukakan oleh wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi adalah karena alasan fertilitas. Selain alasan fertilitas, alasan lain yang banyak disebut adalah berkaitan dengan alat/cara KB yaitu: masalah kesehatan, takut efek samping, alasan karena pasangannya menolak dan alasan yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi yaitu biaya terlalu mahal.
Bidan yang mempunyai peranan penting sebagai pendamping disepanjang siklus kehidupan wanita sejak periode perinatal, bayi, remaja, dewasa, kehamilan, persalinan, nifas dan menopause. Haruslah faham serta mengerti terhadap berbagai perubahan yang dihadapi wanita demi menuju kehidupan yang sehat.
Pemerintah terus menekan laju pertambahan jumlah penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB). Sebab jika tidak meningkatkan peserta KB maka jumlah penduduk Indonesia akan mengalami peningkatan, apabila kesetaraan ber KB, pertahun, angkanya tetap sama (60,3%) maka jumlah penduduk Indonesia tahun 2015 menjadi sekitar 2555,5 juta (Sumarjati Arjoso, 2000). Terkait program KB nasional menurut kepala BKKBN pusat ternyata cukup menggembirakan yaitu kesetaraan ber KB berdasarkan SDKI 2002, tercatat 61,4% dari Pasangan Usia Subur (PUS) yang ada naik menjadi 65,97% (Susenas, 2005). Demikian juga angka kelahiran total dari 2,7 (SDKI 2005) turun menjadi 2,5 (Susenas, 2004). Sedangkan laju pertambahan penduduk menunjukan angka penurunan dari 2,86% (Sarwono Prawirohardjo, 1990) menjadi 1,17% (Sarwono Prawirohardjo, 2000) (http: //situs kespro-info/kb/aju/ 2011/kb 01 html).
Berdasarkan hasil SDKI jumlah penduduk Indonesia tahun 2000 mencapai 206,4 juta jiwa (102,8 juta perempuan dan 103,4 juta laki-laki). Sedangkan untuk jumlah PUS sekitar 34 juta pasangan. Presentasi KB aktif 60% (SDKI 2002-2003). Berdasarkan fakta utama KB, proporsi wanita PUS yang tidak ber KB masih cukup besar (40%) dan alasan utama wanita pus tidak ber KB adalah tidak subur (17%), masalah kesehatan (12%) dan takut efek samping (10%) (Sumber Advokasi KB, 2005). Jumlah peserta KB berdasarkan SDKI 2002-2003 meliputi peserta KB Suntik 27,8%, PIL KB 13,2%, IUD 6,2% susuk KB 4,3%, MOW 3,7% MOP 0,4% dan Kondom 0,9% dan metode amenore laktasi (MAL) 0,1%, dan sisanya merupakan peserta KB tradisional yang masing-masing menggunakan cara pantang berkala 1,6%, senggama terputus 1,5% dan cara lain 0,5%.
Jumlah WUS di Propinsi Lampung 1.868.903 orang. Hasil presurvey di BBKBN (2004) terdapat peserta KB implant sebanyak 9.730 orang (4,81%), sedangkan KB aktif yang menggunakan KB lainnya sebanyak 188.282 orang (95,09%).
Berdasarkan data jumlah penduduk yang ada di Desa ............. Kecamatan ............. Kabupaten ............. sebanyak 1.003 KK. Sedangkan untuk jumlah PUS, sebanyak 810 orang. Yang terbagi menjadi 5 dusun yaitu Dusun I sebanyak 180 PUS, 275 Wanita Usia Subur (WUS), Dusun II sebanyak 152 PUS, 203 WUS, Dusun III sebanyak 160 PUS, 223 WUS, Dusun IV sebanyak 169 PUS, 269 WUS, Dusun V sebanyak 149 PUS, 194 WUS, jumlah akseptor KB di wilayah ini tahun 2011 adalah akseptor KB PIL 156 orang (13,4%) Suntik 345 (29,6%) Implant 4 orang (0,3%), MOW 1 orang (0,08%) dan MOP 4 orang (0,3%).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian kontrasepsi implant di desa ............. Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2011.
B. Rumusan Masalah dan Permasalahan
Setelah mengidentifikasikan masalah, perumusan masalah, penelitian yang diambil adalah “Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian kontrasepsi implant di Desa ............. Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2011?”.
C. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian yaitu:
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Subjek Penelitian : Pasangan Usia Subur (PUS)
3. Objek Penelitian : Faktor-faktor yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian KB implant
4. Lokasi Penelitian : Desa ............. Kecamatan ............. Kabupaten .............
5. Waktu Penelitian : Februari - Mei 2007
6. Alasan Penelitian : Berdasarkan data hasil presurvey, ibu yang menggunakan kontrasepsi implant hanya 4 orang (0,3%), sehingga penulis tertarik untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi sedikitnya minat ibu terhadap kontrasepsi implant.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian kontrasepsi implant di Desa ............. Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui gambaran tingkat pendidikan ibu terhadap kontrasepsi implant di Desa ............. Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2011.
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap kontrasepsi implant di Desa ............. Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2011.
Untuk mengetahui gambaran tingkat pendapatan keluarga terhadap kontrasepsi implant di Desa ............. kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2011.
Untuk mengetahui gambaran sikap ibu terhadap kontrasepsi implant di desa ............. Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2011.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi peneliti
Sebagai sarana untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu yang telah diberikan dan diterima dalam rangka pengembangan kemampuan diri dan sebagai syarat dalam menyelesaikan studi di Akademi Kebidanan ............. ........
2. Bagi instansi pendidikan
Dapat menambah bahan kepustakaan di Akademi Kebidanan ............. ........
3. Bagi instansi kesehatan
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi instansi kesehatan dalam pelayanan kesehatan, khususnya di Desa ............. Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2011.
4. Bagi PUS
Dapat menjadi saran dan masukan bagi PUS dalam rangka peningkatan pengetahuan mengenai kontrasepsi implant.
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.187
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Langganan:
Postingan (Atom)