feedburner
INGIN BOCORAN ARTIKEL TERBARU GRATIS
Delivered by FeedBurner

feedburner count

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Ibu Terhadap Kunjungan ke Posyandu


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Departemen Kesehatan RI, 2004). Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat di Indonesia adalah kematian bayi dan balita yang masih tinggi.
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia ini masih jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015 sesuai dengan kesepakatan sasaran pembangunan. Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 AKB masih berada pada kisaran 34/1.000 kelahiran hidup. Sementara AKB di Jawa Barat masih berada pada level yang cukup tinggi yaitu di atas 40 per 1.000 kelahiran hidup (Departemen Kesehatan RI, 2007). Sementara berdasarkan Susenas 2004 Angka Kematian Balita di Indonesia sebesar 74 per 1000 balita (http://www.badanpusatstatistik.co.id).
Anak Balita merupakan golongan yang rentan terhadap masalah kesehatan. Kesehatan balita pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan secara medis dan pelayanan kesehatan saja. Gangguan kesehatan yang terjadi pada balita mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik pada masa balita maupun masa berikutnya (Supriasa, 2002). Upaya untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan balita salah satunya adalah dengan Posyandu.
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006).
Balita adalah salah satu sasaran dalam pelayanan kesehatan di Posyandu. Gangguan kesehatan yang terjadi pada balita mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik pada masa balita maupun masa berikutnya, sehingga perlu mendapatkan perhatian (Supariasa, 2002).
Kegiatan pemantauan pertumbuhan balita dapat dilihat dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) balita, dimana balita yang sehat tiap bulan naik berat badannya karena garis pertumbuhan normal seorang balita yang dibuat pada KMS untuk mengetahui seorang anak tumbuh dengan normal atau menyimpang (Departemen Kesehatan, 2003). Dengan cara berkunjung secara teratur ke posyandu untuk ditimbang berat badannya.
Salah satu indikasi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah keaktifan kedatangan masyarakat ke pusat pelayanan tersebut yang dalam hal ini spesifik kepada pemanfaatan pelayanan kesehatan posyandu. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di posyandu diperlukan intervensi dari pembina posyandu yaitu puskesmas untuk menjamin pelaksanaan penyuluhan pada ibu bayi dan ibu balita dapat tercapai sesuai dengan target (Werdiningsih, 2001).
Di Indonesia 153.681 bayi mati setiap tahunnya, itu berarti setiap harinya ada 421 bayi yang mati, itu sama dengan 2 orang bayi mati setiap menit. 54% penyebab kematian bayi adalah latar belakangnya gizi. 27,3% balita Indonesia gizi kurang, 8% gizi buruk, 48,1% balita mengalami anemia gizi (Jhon th ire, 2006).
Angka kematian bayi tahun 2007 di Jawa Barat adalah sebesar 40/1000 kelahiran hidup. Kematian adalah akhir kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme biologis, semua makhluk hidup pada kahirnya mati baik itu secara langsung maupun tidak. Sedangkan untuk penyebab langsung kematian bayi adalah asfiksia, Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR), dan infeksi dan penyebab tidak langsung keamtian bayi adalah faktor lingkungan, perilaku, genetik, dan pelayanan kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2007).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten ............. tahun 2010 jumlah balita yang ditimbang sebesar 78.319 (79,33%) dari jumlah 98.725. Jumlah ini mengalami kenaikan dibandingkan pada tahun 2007 dengan jumlah balita ditimbang sebanyak 76.409 (72,26%) dari 105.749 balita dan tahun 2008 dengan jumlah balita ditimbang sebanyak 71.851 (72,33%) dari 99.329 balita. Pencapaian penimbangan balita dan kenaikan berat badan masih belum mencapai target 80%.
Jumlah kunjungan paling besar terdapat di Puskesmas Bantarujeg sebesar 106,17% dan jumlah kunjungan belum mencapai target salah satunya adalah Puskesmas ............. yang menempati urutan ke tiga yaitu sebesar 36,89%. Jumlah balita di wilayah kerja Puskesmas ............. pada tahun 2008 sebesar 4,860 balita dengan balita yang ditimbang sebesar 1,793 (36,89%), balita berat badan naik sebesar 394 (21,97%) dan balita gizi buruk sebesar 44 (2,45%). Persentase balita yang ditimbang dan balita berat badan naik di Kecamatan ............. adalah terendah dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di Kabupaten ............. sedangkan persentase gizi buruk terbesar jika dibandingkan dengan kecamatan lain di Kabupaten ............. (Dinas Kesehatan ............., 2008).
Jumlah kunjungan ibu dan balita ke posyandu di Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2010 per desanya adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1     Jumlah Kunjungan Ibu ke Posyandu per Desa  Di Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2010
No    Nama Desa    Jumlah Balita    Jumlah Kunjungan    % Kunjungan
1        928    347    37,4
2        750    171    22,8
3        997    183    18,3
4        798    256    32,1
5        1291    502    38,8
6        535    362    56,4
7        898    120    13,3
8        847    331    39,1
9        917    490    53,4
10        2529    520    20,6
11        1531    432    28,2
12        1423    436    30,6
13        851    575    67,5
    JUMLAH    14.295    4.665  
Sumber: Puskesmas ............. Kabupaten ............. Tahun 2010
Salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan ke posyandu adalah minat ibu. Minat ibu datang ke posyandu untuk memeriksakan bayinya sangat dipengaruhi oleh keadaan ibu seperti pengetahuan dan pendidikan ibu. Agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, anak memerlukan system pendukung yang terpenting yaitu ibu. Dengan demikian pemahaman dan kesadaran ibu-ibu untuk memanfaatkan posyandu sangatlah penting (Wahono, 2010). Disamping pemahaman dan kesadaran ibu akan pentingnya fungsi dan peran posyandu juga minat ibu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu dan faktor usia ibu (Zulkifli, 2003). Faktor lain yang berpengaruh terhadap minat ibu adalah faktor pengetahuan ibu (Mulyanawati, 2008), dan jumlah paritas (Tracy dan Mamdy, 2008).
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Ibu terhadap Kunjungan ke Posyandu di Desa ........ Puskesmas ............. Kabupaten ............. Tahun 2011”.

1.2    Rumusan Masalah
Kunjungan balita di wilayah kerja Puskesmas ............. pada tahun 2010 terdapat jumlah kunjungan tertinggi yaitu Desa Banjaran sebesar 67,5% dan yang terendah Desa ........ yaitu sebesar 13,3%. Dengan demikian kunjungan ibu ke Posyandu di Desa ........ masih belum mencapai target (80%). Sehingga yang menjadi pertanyaan peneliti ini adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi cakupan kunjungan balita  di Posyandu Desa ........ Wilayah Kerja Puskesmas .............  Kabupaten ............. Tahun 2011.

1.3    Ruang Lingkup Penetitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi minat ibu terhadap kunjungan ke Posyandu. Variabel dalam penelitian terdiri dari variabel bebas (pengetahuan, pendidikan, umur, dan paritas) dan variabel terikat (minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu). Penelitian ini dilakukan di Puskesmas ............. Desa ........  dan waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2011. Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. 

1.4    Tujuan Penelitian
1.4.1    Tujuan Umum
Diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi minat ibu terhadap kunjungan ke Posyandu di Desa ........ Puskesmas ............. Kabupaten ............. Tahun 2011.
1.4.2    Tujuan Khusus
1.4.2.1    Diketahuinya gambaran kunjungan ke posyandu di Desa ........ Puskesmas ............. Kabupaten ............. Tahun 2011.
1.4.2.2    Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu di Desa ........ Puskesmas ............. Kabupaten ............. Tahun 2011.
1.4.2.3    Diketahuinya gambaran pendidikan ibu di Desa ........ Puskesmas ............. Kabupaten ............. Tahun 2011.
1.4.2.4    Diketahuinya gambaran umur ibu di Desa ........ Puskesmas ............. Kabupaten ............. Tahun 2011.
1.4.2.5    Diketahuinya gambaran paritas di Desa ........ Puskesmas ............. Kabupaten ............. Tahun 2011.
1.4.2.6    Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu di desa ........ Puskesmas ............. Kabupaten ............. Tahun 2011.
1.4.2.7    Diketahuinya hubungan antara pendidikan dengan minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu di desa ........ Puskesmas ............. Kabupaten ............. Tahun 2011.
1.4.2.8    Diketahuinya hubungan antara umur dengan minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu di desa ........ Puskesmas ............. Kabupaten ............. Tahun 2011.
1.4.2.9    Diketahuinya hubungan antara paritas dengan minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu di desa ........ Puskesmas ............. Kabupaten ............. Tahun 2011.

1.5    Manfaat Penelitian
1.5.1    Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai wawasan dan informasi bagi masyarakat dalam upaya meningkatkan minat masyarakat untuk berkunjung ke posyandu agar dapat memantau kesehatan masyarakatnya terutama bagi ibu dan bayinya.
1.5.2    Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan juga dapat memberikan masukan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ibu ke posyandu dan juga dapat menjadi bahan kajian dalam kegiatan proses pembelajaran sehingga mahasiswa mempunyai bekal mengenai upaya peningkatan jumlah kunjungan masyarakat ke posyandu.
1.5.3    Bagi Puskesmas
Diharapkan dapat memberikan informasi secara objektif tentang analisa kunjungan ke posyandu, sehingga menjadi pedoman dalam meningkatkan kualitas posyandu serta meningkatkan pemanfaatan posyandu oleh masyarakat yang di dukung oleh kualitas tenaga kesehatan.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.186

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Ibu Terhadap Kunjungan ke Posyandu

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan KN2 ke Posyandu

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar belakang

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah (DepKes RI, 2004).
Keberhasilan pembangunan bidang kesehatan salah satunya dapat dinilai dari indikator derajat kesehatan masyarakat antara lain Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia merupakan masalah yang harus mendapat perhatian lebih dan serius. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih tinggi telah mengundang perhatian dan hal ini menjadi fenomena di banyak negara berkembang. Di Indonesia, penurunan  AKB ini masih jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015 sesuai dengan kesepakatan sasaran pembangunan millenium. Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 AKB di Indonesia mencapai 40,26 per 1000 kelahiran hidup (Departemen Kesehatan RI, 2007).
Selama kurun waktu 20 tahun angka kematian bayi (AKB) telah diturunkan secara tajam, namun AKB menurut SDKI 2002-2003 adalah 35 per 1000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih tinggi dan saat ini mengalami penurunan secara lambat. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN) salah satu sasarannya adalah menurunkan AKB dari 35 1000 kelahiran hidup menjadi 26 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2009. Oleh karena itu perlu dilakukan intervensi terhadap masalah-masalah penyebab kematian bayi untuk mendukung upaya percepatan penurunan AKB di Indonesia.
Penyebab kematian bayi menurut SKRT 2001, penyebab kematian Neonatal yaitu BBLR (30,3%), Asfiksia (27%), tetanus (9,5%), masalah gangguan pemberian ASI (5,6%), masalah infeksi (5,4%), lain-lain (12,7%). Penyebab kematian bayi diantaranya gangguan perinatal (34,7%), infeksi saluran nafas (27,6%), diare (9,4%), kelainan saluran cerna (4,3%), tetanus (3,4%), kelainan syaraf (3,2%), lain-lain (17,4%). Penyebab kematian balita di antaranya infeksi saluran nafas (22,5%), diare (13,2%), penyakit syaraf (11,8%), tifus (11,0%), kelainan saluran cerna (5,9%), lain-lain (35,3%).
Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat pada tahun 2007, angka kematian bayi di Jawa Barat masih berada pada level yang sangat tinggi. Hingga saat ini, AKB di Jawa Barat masih di atas 40 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten ............ pada tahun 2007 jumlah kematian bayi di Kabupaten ............ sebanyak 241 bayi dari 20.924 bayi yang lahir.
Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko paling tinggi mengalami gangguan kesehatan. Upaya kesehatan yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pemberian pelayanan kesehatan minimal 2 kali pada masa neonatus (0-28 hari). Dalam memberikan pelayanan kesehatan petugas kesehatan melakukan pemeriksaan kesehatan bayi dan juga konseling perawatan bayi kepada ibu (http://keslamsel.wordpress.com).
Pada tahun 2007 cakupan kunjungan neonatus (KN2) di Jawa Barat adalah 79,20%. Pencapaian cakupan neonatus (KN2) pada tahun 2007 cenderung sama dengan tahun 2005 (78,29%), persentase KN2 dari tahun 2003-2007 berfluktuasi, naik pada tahun 2006 (131,91%) dan turun kembali pada tahun 2007 (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2007).
Di Kabupaten ............ tahun 2010, hasil cakupan kunjungan neonatus (KN2) dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.1
Cakupan Kunjungan Neonatus (KN2) Per Puskesmas
di Kabupaten ............ Tahun 2010
No    Puskesmas    Jumlah Balita    KN2    %
1        1.006    968    96.22
2        647    643    99.38
3        1.048    1.067    101.81
4        619    587    94.83
5        744    711    95.56
6        418    309    73.92
No    Puskesmas    Jumlah Balita    KN2    %
7        598    492    82.27
8        847    892    105.31
9        580    535    92.24
10        600    450    75.00
11        561    573    102.14
12        493    499    101.22
13        454    332    73.13
14        755    710    94.04
15        536    423    78.92
16        1.104    995    90.13
17        850    788    92.71
18        805    734    91.18
19        664    594    89.46
20        869    944    108.63
21        516    402    77.91
22        780    791    101.41
23        419    298    71.12
24        335    326    97.31
25        558    478    85.66
26        368    338    91.85
27        1.093    934    85.45
28        1.034    818    79.11
29        856    668    78.04
30        739    378    51.15
    Jumlah    20.896    18.677    89.38
(Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten ............, 2010)
Dari tabel di atas cakupan neonatus (KN2) Kabupaten ............ adalah 89,38% dengan kisaran cakupan neonatus (KN2) tertinggi yaitu Puskesmas Kasokandel (108,63%) sedangkan kisaran cakupan (KN2) terendah yaitu Puskesmas ............ (51,15%).
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan KN2 ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas ............ Tahun 2011.

1.2    Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalahnya adalah bagaimanakah faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan KN2 ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas ............ Tahun 2011.

1.3    Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan KN2 ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas ............ Tahun 2011 terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah umur, pendidikan dan pekerjaan, sedangkan variabel terikatnya adalah KN2 ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas .............

1.4    Tujuan Penelitian
1.4.1    Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan KN2 ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas ............ Tahun 2011.
1.4.2    Tujuan Khusus
1.4.2.1    Diketahuinya gambaran kunjungan KN2 ke posyandu  di wilayah kerja Puskesmas ............ Tahun 2011 berdasarkan umur, pendidikan, dan pekerjaan ibu.
1.4.2.2    Diketahuinya hubungan antara umur ibu dengan kunjungan KN2 ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas ............ Tahun 2011.
1.4.2.3    Diketahuinya hubungan antara pendidikan ibu dengan kunjungan KN2 ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas ............ Tahun 2011.
1.4.2.4    Diketahuinya hubungan antara pekerjaan ibu dengan kunjungan KN2 ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas ............ Tahun 2011.

1.5    Manfaat Penelitian
1.5.1    Bagi Puskesmas
Diharapkan dapat memberikan informasi secara objektif tentang kunjungan KN2 ke posyandu sehingga dapat dijadikan pedoman dalam memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu hamil di wilayah kerjanya, khususnya di bagian KIA, memberikan pendidikan kesehatan untuk kunjungan neonatal dalam menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pada wanita hamil.  
1.5.2    Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai dokumentasi pada Perpustakaan Program Studi Kebidanan YPIB ............ serta dapat dikembangkan lebih luas dalam penelitian selanjutnya.
1.5.3    Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti terutama untuk menambah wawasan dalam hal mengetahui kunjungan KN2 ke posyandu. 


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.185

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan KN2 ke Posyandu

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakmauan Akseptor KB Untuk Menggunakan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah di bidang kependudukan yang masih tingginya pertumbuhan penduduk. Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu Pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan dengan Program Keluarga Berencana (KB).
Program KB salah satu tujuannya adalah penjarangan kehamilan mengunakan metode kontrasepsi dan menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi seluruh masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan pengendalian penduduk. Setiap keluarga perlu memperhatikan dan merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan. Paradigma baru Program KB Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi “Keluarga berkualitas 2015” untuk mewujudkan keluarga  yang berkualitas adalah keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Sarwono, 2003).
Berdasarkan visi dan misi tersebut, program KB nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Kontribusi program KB nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan program Making Pregnancy Saver. Salah satu pesan kunci dalam rencana strategi program Making Pregnancy Saver (MPS) di Indonesia 2001-2011 adalah bahwa setiap kehamilan merupakan kehamilan yang diinginkan (Saifuddin, 2003).
Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk dapat mengangkat kehidupan bangsa telah dilaksanakan bersamaan pembangunan ekonomi dan keluarga berencana yang merupakan sisi masing-masing mata uang. Bila gerakan KB tidak dilakukan bersamaan dengan pembangunan ekonomi, dikhawatirkan hasil pembangunan tidak akan berarti (Manuaba, 1998).
Gerakan KB Nasional selama ini telah berhasil mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang makin mandiri. Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan terus ditingkatkan karena pencapaian tersebut belum merata. Sementara ini kegiatan Keluarga Berencana masih kurangnya dalam pengunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Bila dilihat dari cara pemakaian alat kontasepsi dapat dikatakan bahwa 51,21 % akseptor KB memilih Suntikan sebagai alat kontrasepsi, 40,02 % memilih Pil, 4,93 % memilih Implant 2,72% memilih Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan lainnya 1,11 %. Pada umumnya masyarakat memilih metode non MKJP. Sehingga metode KB MKJP seperti  AKDR, Implant, Medis Operatif Pria (MOP) dan Medis Operatif Wanita (MOW) kurang diminati (www. bkkbn. go. id, 2005).
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 menyatakan bahwa pengetahuan tentang metode kontrasepsi di Jawa Barat telah lama diketahui oleh seluruh masyarakat hampir 99,6% wanita berstatus kawin dan 90,5% pria berstatus kawin mengetahui paling sedikit satu alat kontrasepsi modern. Suntik dan pil adalah metode yang paling banyak diketahui, diikuti AKDR dan susuk KB (Profil Kesehatan Jawa Barat, 2004).
Kepesertaan KB (Current User) di Kabupaten ........... sebanyak 378.490 akseptor sedangkan proyeksi Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 246.512 orang. Pencapaian akseptor KB di Kabupaten ........... untuk Metode Jangka Panjang (MJP) aktif cakupannya sebesar 14,69% dari seluruh akseptor, sedangkan target MJP sebesar 60% dari seluruh akseptor. Untuk Metode Non Metode Jangka Panjang (Non MJP) yang aktif 75,30%. Data tersebut menunjukkan masih rendahnya pencapaian akseptor MJP dibandingkan akseptor Non MJP dari total keseluruhan (Dinas Kesehatan Kabupaten ..........., 2006).
Pencapaian akseptor KB baru untuk seluruh metode di Kabupaten ........... masih menunjukkan angka yang sangat rendah yaitu sebesar 6,69% dari seluruh akseptor sebanyak 378.490 akseptor (Dinas Kesehatan Kabupaten ..........., 2006).
Pada tahun 2008 di Kabupaten ........... jumlah peserta KB baru sebesar 15,00% dan jumlah peserta KB aktif sebesar 67,69%. Pencapaian peserta KB baru di Kabupaten ........... pada tahun 2008 sebanyak 44.362, yang menggunakan jenis kontrasepsi Hormonal: Suntik sebanyak 25.416 (57,28%), Pil sebanyak 8768 (19,76%), Implan sebanyak 3309 (7,46%), dan Non Hormonal; AKDR sebanyak 3690 (8,32%), MOW sebanyak 956 (2,15%), MOP sebanyak 18 (0,04%), kondom sebanyak 2205 (4,98%) (Dinas Kesehatan Kabupaten ..........., 2008).
Tabel 1.1     Pencapaian Peserta KB Baru Kabupaten ...........  Tahun 2008
No    Kecamatan    Non Hormonal    Hormonal
        PPM    AKDR    MOW    MOP    KDM    JML    %    PPM    IMPL    STK    PIL    JML    %
1        304    414    35    0    114    563    185,2    1496    110    1136    261    1507    100,7
2        220    96    15    1    40    152    69,0    1088    183    788    475    1446    132,9
3        432    121    38    0    43    202    46,7    2140    112    1760    491    2363    110,4
4        236    82    27    0    27    136    57,6    1160    141    1314    227    1682    145,0
5        244    160    37    2    166    365    149,5    1208    121    938    323    1382    114,4
6        163    59    42    1    20    122    74,8    791    170    728    82    980    123,8
7        296    114    71    1    51    237    80,0    1466    100    1299    327    1726    117,7
8        193    144    35    0    111    290    150,2    945    126    643    379    1148    121,4
9        256    168    62    0    46    276    107,8    1265    218    840    344    1402    110,8
10        266    274    46    1    164    485    182,3    1312    99    1183    478    1760    134,1
11        313    184    66    0    140    390    124,6    1553    139    1279    447    1865    120,0
12        265    180    39    0    241    460    173,5    1305    91    1110    493    1694    129,8
13        271    161    47    1    74    283    104,4    1329    71    1231    265    1570    118,1
14        208    139    19    1    60    219    105,2    1024    131    647    309    1087    106,1
15        228    149    49    9    55    262    114,9    1120    220    1018    512    1750    156,2
16        363    105    52    1    103    261    71,9    1795    230    2011    361    2602    144,9
17        297    139    28    0    97    264    88,8    1463    100    1179    541    1820    124,4
18        293    129    30    0    78    237    80,8    1443    105    1036    555    1696    117,5
19        150    123    15    0    76    214    142,6    730    106    549    240    895    122,6
20        215    133    63    0    89    285    132,5    1061    95    1010    342    1447    136,3
21        192    125    29    0    52    206    107,2    944    80    629    242    951    100,7
22        138    48    27    0    17    92    66,6    686    107    648    112    867    126,3
23        203    131    53    0    84    268    132,0    1003    111    705    292    1108    110,4
24        233    122    0    0    91    213    91,4    1147    106    677    155    938    81,7
25        104    67    10    0    98    175    168,2    504    134    351    245    730    144,8
26        207    123    21    0    68    212    102,4    1017    100    707    270    1077    105,9
    Jumlah    6290    3690    956    18    2205    6869    109,2    30995    3309    25416    8768    37493    120,9
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten ........... (2008)
Berdasarkan data pada Tabel 1.1 terdapat jumlah yang menggunakan AKDR di UPTD Puskesmas ........... pada tahun 2008 sebanyak 48 akseptor, jumlah ini merupakan terendah dibandingkan dengan puskesmas lainnya. Adapun jumlah pasangan usia subur dan pengguna kontrasepsi per desa di UPTD Puskesmas ........... tahun 2010 adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2 Jumlah Pasangan Usia Subur dan Pencapaian Penggunaan Peserta KB di UPTD Puskesmas ........... Tahun 2010
No    Desa    Jumlah PUS    Non Hormonal    Hormonal    JML    CU Total    %
            AKDR    MO P    MOW    Kondom    JML    Im plant    Sun tik    Pil    JML          
1        885    9    0    1    2    12    14    117    9    140    152    689    77,9
2        642    6    0    2    1    9    10    75    12    97    106    504    78,5
3        317    0    0    0    0    0    12    17    4    33    33    274    86,4
4        789    2    0    1    0    3    4    50    6    60    63    619    78,5
5        640    2    0    0    0    2    0    59    13    72    74    525    82,0
6        769    0    1    3    0    4    5    55    5    60    64    608    79,1
7        724    1    0    2    2    5    14    43    12    67    72    572    79,0
8        927    11    0    0    0    11    5    105    11    121    132    733    79,1
9        1128    9    0    1    5    15    8    117    8    133    148    892    79,1
    Jumlah    6821    40    1    10    10    61    72    638    80    783    844    5419    79,4
Sumber : UPTD Puskesmas ........... (2010)
Sesuai dengan dengan teori Green dalam Notoatmojo (2007) bahwa perilaku kesehatan termasuk didalamnya penggunaan alat kontrasepsi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposising (Pengetahuan, sikap, Pendidikan, ekonomi keluarga), faktor-faktor pendukung (ketersediaan alat kesehatan, sumber informasi) serta faktor pendorong (dukungan keluarga dan tokoh masyarakat).
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi KetidakmauanAkseptor KB Untuk Menggunakan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di UPTD Puskesmas ........... Tahun 2011”.

1.2      Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dapat diambil rumusan masalahnya  adalah belum diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi Ketidakmauan Akseptor KB untuk menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) di UPTD Puskesmas ........... Tahun 2011. Sehingga yang menjadi pertanyaan peneliti adalah “Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi Ketidakmauan Akseptor KB untuk menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) di UPTD Puskesmas ........... Tahun 2011?”.

1.3      Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakmauan akseptor KB untuk menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Subjek pada penelitian ini seluruh akseptor KB di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Alasan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakmauan akseptor KB untuk menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............ Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-April 2011.

1.4     Tujuan Penelitian
1.4.1    Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Ketidakmauan Akseptor KB untuk menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) Di UPTD Puskesmas ........... Tahun 2011.
1.4.2     Tujuan Khusus
1)    Diketahuinya gambaran penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) berdasarkan umur, pengetahuan dan pendidikan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Kecamatan ........... Kabupaten ........... tahun 2011.
2)    Diketahuinya hubungan umur dengan Ketidakmauan penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Kecamatan ........... Kabupaten ........... tahun 2011.
3) Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan Ketidakmauan penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Kecamatan ........... Kabupaten ........... tahun 2011.
4)     Diketahuinya hubungan pendidikan dengan Ketidakmauan penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........... Kecamatan ........... Kabupaten ........... tahun 2011.

1.5     Manfaat Penelitian
1.5.1    Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan dokumentasi di perpustakaan dan sebagai bahan pertimbangan bagi mahasiswa lain yang akan melaksanakan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Ketidakmauan Akseptor KB untuk menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
1.5.2     Bagi Instansi
1)     Sebagai masukan bagi peningkatan kualitas dalam memberikan pelayanan KB kepada masyarakat.
2)     Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan promosi kesehatan, khususnya promosi tentang pentingnya penggunaan alat kontrasepsi KB kepada masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas ............  1.5.3     Bagi Peneliti
Mendapatkan tambahan wawasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Ketidakmauan Akseptor KB untuk menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
1.5.4 Bagi Peneliti Lain
Dapat menjadi salah satu bahan referensi dalam melakukan penelitian, terutama penelitian mengenai KB dan alat kontrsepsi.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.184

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakmauan Akseptor KB Untuk Menggunakan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Timbulnya Gejala Osteoporosis Pada Ibu Menopause


BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

Menurut Gubernur Jawa Barat, UU nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia (lanjut usia) mengamanatkan pemerintah dan masyarakat untuk memberikan pelayanan sosial kepada lansia. Adanya hal tersebut, atensi pemerintah terhadap para lansia sudah ada yaitu berupa jaminan layanan sosial, tetapi masih perlu ditingkatkan secara kualitas maupun kuantitas, mengingat secara faktual jumlah penduduk berusia lanjut secara nasional mengindikasikan meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun (M. Rifai, 2007).
Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2000 sebesar 7,18 % penduduk Indonesia adalah lansia atau sekitar 14,4 juta jiwa, sedangkan pada tahun 2006 penduduk lanjut usia telah mencapai 8,9% atau sekitar 19 juta jiwa. Dalam waktu yang sama di Jawa Barat terdapat sekitar 7,2% atau sekitar 2,9 juta jiwa kaum lansia (M. Rifai, 2007).
Berdasarkan data BPS, wanita Indonesia yang memasuki masa menopause saat ini sebanyak 7,4% dari populasi. Jumlah tersebut diperkirakan meningkat menjadi 11% pada tahun 2005. Kemudian naik lagi sebesar 14% pada tahun 2015.
Menurut Kandun, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Depkes RI bahwa meningkatnya usia harapan hidup di Indonesia akan semakin meningkatkan resiko penduduk terkena penyakit lansia salah satunya osteoporosis (Kompas, 2007: 1).
Peningkatan usia lanjut akan berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan, baik fisik, mental, psikososial dan ekonomi, sehingga menjadi tantangan bagi kita untuk mempertahankan dan kemandirian usia lanjut sehingga tidak menjadi beban bagi dirinya.
Di kota ............ jumlah lansia pada tahun 2006 yaitu 19.873 jiwa, dengan klasifikasi jumlah usia lanjut pada perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki, yaitu 9.578 jiwa adalah perempuan sedangkan 9.395 jiwa adalah laki-laki (Dinas Kesehatan Kota ............, 2006).
Menurut data di Puskesmas Kecamatan ........... terdapat jumlah perempuan usia lanjut sebanyak 740 jiwa, yang berumur 45 – 49 sebanyak 447, yang berumur 60 – 69 sebanyak 186 dan yang berumur di atas 70 tahun sebanyak 107.
Di kecamatan ........... terdapat 10 kecamatan, ............ mempunyai jumlah perempuan usila sebanyak 243 jiwa menempati urutan kedua setelah kelurahan Cibeuti, dengan perincian usia 45 – 59 tahun sebanyak 118 jiwa yang berumur 60 - 69 tahun sebanyak 92 jiwa. Sedangkan yang berumur di atas 70 tahun sebanyak 33 jiwa (Puskesmas Kecamatan ..........., 2006).
Dari hasil penelitian para ahli sekitar 80% penderita penyakit Osteoporosis adalah wanita jika dibandingkan dengan pria adalah 6 : 1. Hal ini terjadi karena wanita mengalami hilangnya masa tulang puncak lebih rendah dibandingkan pria. Selain itu, fitrahnya wanita adalah hamil dan menyusui yang sangat menguras persediaan bahan-bahan tulang yang cepat pada tahun-tahun pertama menopause. Pada masa menopause dan post menopause, produksi hormon estrogen menurun, mengakibatkan kehilangan bahan-bahan tulang sehingga terjadi osteoporosis.
Demikian juga 20 tahun sesudah menopause angka kejadian osteoporosis meningkat menjadi 70% dan pada usia 60 tahun sepertiganya mengalami patah tulang. Biasanya sesudah menopause setiap pertambahan umur 10  tahun resiko osteoporosis akan bertambah 15%.
Keberadaan osteoporosis sering tidak disadari dan ditemukan secara kebetulan, penyakit ini hampir tidak menimbulkan gejala yang jelas, seringkali osteoporosis diketahui sesudah parah, karena itu osteoporosis sering disebut silent killer disease (Hadi, 2005: 1).
Dari uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan mengambil judul ”Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Timbulnya Gejala Osteoporosis pada Ibu Menopause di Kelurahan ............ Kecamatan ........... Kota ............ Tahun 2011”

1.2     Rumusan Masalah
Faktor-faktor pemicu terjadinya osteoporosis pada ibu menopause diantaranya meliputi jenis tubuh, nutrisi, dan aktivitas olah raga, sehingga rumusan masalahnya sebagai berikut: ”Belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan timbulnya gejala osteoporosis pada ibu menopause di Kelurahan ............ Kecamatan ........... Kota ............ Tahun 2011”.

1.3     Tujuan
1.3.1     Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan timbulnya gejala osteoporosis pada ibu menopause di Kelurahan ............ Kecamatan ........... Kota ............ tahun 2011.
1.3.2    Tujuan Khusus
1.3.2.1        Diketahuinya gambaran gejala osteoporosis pada ibu menopause di Kelurahan ............ Kecamatan ........... Kota ............ tahun 2011.
1.3.2.2 Diketahuinya gambaran status gizi pada ibu menopause di Kelurahan Karangayar Kecamatan ........... Kota ............ tahun 2011
1.3.2.3 Diketahuinya gambaran nutrisi pada ibu menopause di Kelurahan ............ Kecamatan ........... Kota ............ tahun 2011.
1.3.2.4 Diketahuinya gambaran aktivitas olahraga pada ibu menopause di Kelurahan ............ Kecamatan ........... Kota ............ tahun 2011.
1.3.2.5     Diketahuinya hubungan antara jenis tubuh dengan timbulnya gejala osteoporosis pada ibu menopause di Kelurahan ............ Kecamatan ........... Kota ............ tahun 2011.
1.3.2.6     Diketahuinya hubungan antara nutrisi dengan timbulnya gejala osteoporosis pada ibu menopause di Kelurahan ............ Kecamatan ........... Kota ............ tahun 2011.
1.3.2.7     Diketahuinya hubungan antara aktivitas olah raga dengan timbulnya gejala osteoporosis pada ibu menopause di Kelurahan ............ Kecamatan ........... Kota ............ tahun 2011.

1.4     Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi seputar variabel independen (jenis tubuh, nutrisi, aktivitas olah raga) dan variabel dependen (gejala osteoporosis pada ibu menopause) di Kelurahan ............ Kecamatan ........... Kota ............ tahun 2011.

1.5     Manfaat
1.5.1     Bagi Masyarakat
1.5.1.1    Dapat memberikan informasi tentang faktor-faktor pemicu timbulnya gejala osteoporosis serta bahan masukan bagi ibu-ibu baik di dalam maupun diluar Kelurahan ............ untuk menjaga kesehatan tulang sebelum memasuki masa menopause.
1.5.2     Bagi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan bermanfaat dan bisa menambah dokumentasi pada perpustakaan Program Studi Kebidanan YPIB Majalengka, dan dapat dikembangkan lebih luas lagi dalam penelitian selanjutnya.
1.5.3     Bagi Penulis
Bermanfaat dalam menambah pengetahuan tentang gejala osteoporosis pada ibu menopause juga dapat menuangkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama masa kuliah. 


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.183

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Timbulnya Gejala Osteoporosis Pada Ibu Menopause

Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada Balita

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan yang besar bagi pembangunan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Anonim, 1992).
Banyak kendala dalam mencapai pembangunan kesehatan, sehingga perlu adanya program kesehatan yang menyentuh langsung ke sasaran. Kendala itu diantaranya adalah masalah gangguan gizi yang masih banyak terjadi di daerah-daerah. Salah satu gangguan gizi adalah gizi buruk.
Penyebab utama gizi buruk pada balita adalah kemiskinan sehingga akses pangan anak terganggu. Namun masalah gizi buruk pada balita bukan hanya disebabkan oleh kemiskinan, (masalah struktural) tapi juga karena aspek sosial dan budaya hingga menyebabkan tindakan yang tidak menunjang tercapainya gizi yang memadai untuk balita (masalah individual dan keluarga).
Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang jelek (http://www.koalisi.org/dokumen).
Berdasarkan data Departemen Kesehatan (2004), pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% (5 juta balita kurang gizi), 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%).
Jumlah gizi buruk pada balita di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dari tahun 2005 jumlah kasus gizi buruk pada balita sebanyak 8.349 orang atau 8,8% dan pada tahun 2007 balita yang mengalami kasus gizi buruk meningkat menjadi 700.000. Sementara yang mendapat program makanan tambahan hanya 39 ribu anak.
Di provinsi Jawa Barat tahun 2005 kasus yang menimpa anak-anak di bawah umur lima tahun (balita) rata-rata naik dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 6.687 orang yang dibedakan ke dalam kategori gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. Untuk balita yang memperoleh status gizi lebih yaitu sebanyak 213 orang atau sekitar 3,20%, untuk balita yang memperoleh status gizi baik  sebanyak 5003 orang atau sekitar 74,80%, untuk balita yang memperoleh status gizi kurang yaitu sebanyak 108 orang atau sekitar 16,20%, untuk balita yang memperoleh status gizi buruk yaitu sebanyak 386 orang atau sekitar 5,8%.
Di Kabupaten ............ tahun 2007 jumlah balita sebanyak 86.832 orang dengan jumlah balita ditimbang sebanyak 81.081 orang. Untuk balita yang memperoleh status gizi baik berdasarkan berat badan menurut umur yaitu sebanyak 69.397 orang atau sekitar 85,59%, untuk balita yang memperoleh status gizi lebih yaitu sebanyak 1.032 orang atau sekitar 1,273%, untuk balita yang memperoleh status gizi kurang yaitu sebanyak 9.257 orang atau sekitar 11,417% dan untuk balita yang memperoleh status gizi buruk yaitu sebanyak 1.395 orang atau sekitar 1,6%.
Meskipun rata-rata presentasi gizi buruk di Kabupaten lebih kecil dari provinsi namun bila dilihat lebih jauh menurut Puskesmas di wilayah ............ terdapat beberapa wilayah yang angkanya lebih besar dari rata-rata Kabupaten dan juga rata-rata Provinsi. Yaitu ........ 9,4%; Sumber Jaya 9,4%; Suka Mulya 3,8%; Lemah Sugih 3,5%.
Adapun data Puskesmas ........ tahun 2007 berdasarkan data dari Dinkes Kabupaten ............ yaitu jumlah balita sebanyak 1.459 orang dengan jumlah balita yang ditimbang sebanyak 1.404 orang. Untuk balita yang memperoleh status gizi baik berdasarkan berat badan menurut  umur yaitu sebanyak 1.135 orang atau sekitar 80,8%; untuk balita yang memperoleh status gizi lebih yaitu sebanyak 11 orang atau sekitar 0,8%; untuk balita yang memperoleh status gizi kurang yaitu sebanyak 127 orang atau sekitar 9% dan untuk balita yang memperoleh status gizi buruk yaitu sebanyak 131 orang atau sekitar 9,4%.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan di atas peneliti menemukan bahwa kejadian gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas ........ merupakan masalah dibandingkan dengan wilayah lain. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti faktor apa saja yang berhubungan dengan status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas .........

1.3    Tujuan Penelitian
1.3.1    Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas ........ tahun 2011.
1.3.2    Tujuan Khusus
1.3.2.1    Diketahuinya hubungan pengetahuan ibu terhadap status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas ........ tahun 2011
1.3.2.2    Diketahuinya hubungan pendidikan ibu terhadap status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas ........ tahun 2011
1.3.2.3    Diketahuinya hubungan sosial ekonomi terhadap status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas ........ tahun 2011

1.4    Ruang Lingkup
Penelitian ini mencakup faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi  (pengetahuan ibu, pendidikan ibu, dan sosial ekonomi) di wilayah kerja Puskesmas ........ Tahun 2011.

1.5    Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi beberapa pihak antara lain:
1.5.1    Bagi Penulis
    Dapat dijadikan pengalaman dalam menerapkan ilmu yang didapat di lahan praktek dengan memperoleh pengetahuan luas tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada balita di Puskesmas .........
1.5.2    Bagi Puskesmas
        Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan mengenai status gizi di wilayah kerja Puskesmas .........
1.5.3    Bagi Institusi Pendidikan
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah kepustakaan tentang status gizi pada balita, khususnya bagi mahasiswa STIKes YPIB ............ dan pembaca pada umumnya.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.182

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada Balita

Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Sikap Remaja Puteri Terhadap Flour Albus

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Kesehatan adalah salah satu faktor penting dalam mewujudkan tujuan nasional sebagaimana disebutkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa telah dilakukan oleh pemerintah sebagai bagian dari rangkaian, program secara berkesinambungan, menyeluruh, terarah dan terpadu.  
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan sikap sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Undang Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Bab III Pasal 2: 66).
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terarah dan berkesinambungan (Undang Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Bab V pasal 10:67).
Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi mendatang yang baik, untuk itu bimbingan dan dukungan dari orang-orang disekitarnya sangat penting bagi sangat penting bagi remaja untuk bisa melewati masanya dengan baik. Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh berbagai perubahan. Perubahan alamiah dalam diri remaja sering berdampak pada permasalahan yang cukup serius. Perubahan psikologis seksual dan fisik disebabkan oleh faktor-faktor dalam diri remaja yaitu antara nilai-nilai dan norma yang ada dilingkungan sosial remaja.
Sementara perubahan fisik seksual yang dialami oleh remaja adalah kemampuan melanjutkan keturunan. Perubahan fisik seksual antara lain meliputi perubahan proporsi badan menjadi bentuk badan orang dewasa dan kematangan seksual, untuk itu remaja perlu memahami kesehatan reproduksinya agar mengenal tubuhnya dan organ-organ reproduksinya. Selain itu penting bagi remaja untuk memahami fungsi dan perkembangan organ reproduksinya secara benar. Melindungi diri dari berbagai resiko yang mengancam kesehatan dan keselamatannya mempersiapkan masa depan yang sehat dan cerah, mengembangkan sikap dan prilaku bertanggung jawab mengenai proses reproduksinya dan memahami perubahan psikis dan fisiknya.
Sering terjadi perubahan fisik seksual remaja, maka remaja akan mengalami keputihan (flour albus). Flour albus adalah keluarnya cairan yang berlebihan yang menyebabakan seorang remaja puteri acap kali mengganti pakaian dalam atau menggunakan pembalut. Sikap remaja puteri terhadap flour albus selama ini masih kurang menonjol dikarenakan masih kurangnya pengetahuan dan informasi tentang flour albus yang di alami oleh remaja puteri itu sendiri. Oleh kerena itu dengan kurangnya pengetahuaan remaja puteri tarhadap flour albus dapat berdampak sikap remaja puteri yang kurang perhatian terhadap flour albus yang di alaminya. Sikap remaja puteri terhadap flour albus juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti gaya hidup, keluarga, gizi, kesehatan, kebersihan dan ganguan emosianal.
Sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dicapai oleh individi pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis diperoleh dari hasil wawancara kepada 20 orang siswi di SMP Negeri 1 .............-............. mengatakan bahwa mereka tahu flour albus (keputihan) dan rata-rata sudah mengalami flour albus. Akan tetapi mereka tidak tahu lebih mendalam tentang flour albus. 5 orang siswi mengatakan mempunyai permasalahan dengan organ reproduksinya terutama pada alat genetalia (alat kelamin) misalnya gatal pada alat kemaluan, iritasi pada alat kemaluannya, 6 orang dari mereka terkadang suka mengeluh flour albus, oleh karena itu apabila mengalami flour albus yang banyak mereka suka merasa kesal, gelisah dan merasa rendah diri, apalagi kalau disertai dengan perasaan gatal sehingga mengundang remaja untuk menggaruk alat kemaluan dan sekitarnya, akibatnya menyebabkan lecet yang apabila tersiram air akan terasa perih, bahkan ada yang suka memberikan bedak didaerah sekitar kemaluannya, 4 orang dari mereka juga suka minum jamu dan sisanya bersikap acuh tak acuh.
Berdasarkan studi pendahuluan yang diperoleh, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan sikap remaja puteri terhadap flour albus di SMP Negeri 1 .............-.............”.

1.2    Rumusan Masalah
Sikap remaja puteri terhadap flour albus selama ini masih kurang menonjol dikarenakan masih kurangnya pengetahuan atau informasi tentang flour albus yang di alami oleh remaja puteri itu sendiri.
Berdasarkan uraian tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang berrhubungan dengan sikap remaja puteri terhadap flour albus di SMP Negeri 1 .............-............. tahun 2010.

1.3     Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap remaja puteri terhadap flour albus di SMP Negeri 1 .............-............. tahun 2010. Penelitian ini termasuk dalam  jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan atau desain penelitian cross sectional, dan teknik penelitian yang digunakan dalam pengambilan data yaitu teknik random sampling.penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 .............-............. tahun 2010 pada bulan februari tahun 2010.

1.4     Tujuan Penelitian

1.4.1     Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap remaja puteri terhadap flour albus di SMP Negeri 1 .............-............. tahun 2010.
1.4.2     Tujuan Khusus
1.4.2.1    Diketahuinya gambaran sikap remaja putri terhadap flour albus di SMP Negeri 1 .............-............. tahun 2010.
1.4.2.2    Diketahuinya gambaran pengetahuan dengan sikap remaja puteri terhadap flour albus di SMP Negeri 1 .............-............. tahun 2010.
1.4.2.3    Diketahuinya gambaran informasi dengan sikap remaja puteri terhadap flour albus di SMP Negeri 1 .............-............. tahun 2010.
1.4.2.4    Diketahuinya gambaran personal hygiene dengan sikap remaja puteri terhadap flour albus di SMP Negeri 1 .............-............. tahun 2010.

1.5     Manfaat Penelitian

1.5.1         Untuk Peneliti
1.    Sebagai sarana untuk mendapatkan wawasan dan pengetahuan tentang keputihan.
2.    Memberikan pengalaman dalam penerapan ilmu yang sudah didapat kedalam kondisi yang nyata.
1.5.2     Untuk Pendidikan
Hasil pendidikan ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat pemahaman para remaja puteri di lingkungan sekolah sehingga pihak sekolah dapat berperan aktif dalam memberikan penyuluhan-penyuluhan mengenai flour albus dan bagaimana cara pencegahannya.
1.5.3     Untuk Remaja Puteri
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan atau menambah wawasan mengenai flour albus sehingga mereka dapat bersikap secara aktif untuk menjaga kebersihan diri supaya tidak mengalami flour albus.
1.5.4     Untuk Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan para bidan dapat berperan aktif dalam memberikan penyuluhan-penyuluhan untuk memberikan informasi mengenaipemahaman tentang flour albus.
1.5.5     Untuk Instansi Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi lembaga-lembaga terkait dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi remaja puteri khususnya tentang flour albus.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.181

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Sikap Remaja Puteri Terhadap Flour Albus

Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Rendahnya Cakupan K4


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah (Departemen Kesehatan RI, 2004).
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang standar pelayanan kesehatan minimal di bidang kesehatan di kabupaten atau kota khususnya pelayanan kesehatan ibu dan anak dengan target tahun 2010 yaitu berupa cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4. K1 yaitu kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan. Cakupan Kl di bawah 70% (dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun) menunjukkan keterjangkauan pelayanan antenatal yang rendah, yang mungkin disebabkan oleh pola pelayanan yang belum cukup aktif. Rendahnya K1 menunjukkan bahwa akses petugas kepada ibu masih perlu ditingkatkan. Sedangkan K4 yaitu Kontak minimal 4 kali selama masa kehamilan untuk mendapatkan pelayanan antenatal, yang terdiri atas minimal 1 kali kontak pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga. Cakupan K4 di bawah 60% (dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun) menunjukkan kualitas pelayanan antenatal yang belum memadai . Rendahnya K4 menunjukkan rendahnya kesempatan untuk menjaring dan menangani risiko tinggi obstetric.
Pelayanan kesehatan diperkirakan dapat menurunkan angka kematian ibu sampai 20% namun dengan sistem rujukan yang efektif, angka kematian dapat ditekan sampai 80%. Menurut United Nations Children's Fund (UNICEF) 80% kematian ibu dan perinatal terjadi di rumah sakit rujukan. Dengan demikian maka upaya peningkatan derajat kesehatan ibu mendapat perhatian serius (Sastro Asmoro, 2000).
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang  sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diaharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat teratasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan antara lain pelayanan kesehatan ibu dan anak diantaranya adalah kunjungan K4 (Manuwoto, 2006).
Pelayanan kesehatan tersebut merupakan bagian integral dari pelayanan dasar yang terjangkau oleh seluruh rakyat. Didalamnya termasuk pelayanan kesehatan ibu yang berupaya agar setiap ibu hamil dapat melalui kehamilan dan persalinannya dengan selamat. Upaya dapat tercapai bila dalam memberikan pelayanannya bermutu dan berkesinambungan atau komprehensif (Manuwoto, 2006).
Pengelolaan program KIA pada prinsipnya bertujuan menetapkan peningkatan jangkauan serta mutu pemeriksaan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pemeriksaan KIA dewasa ini diutamakan pada keinginan pokok yaitu peningkatan pemeriksaan antenatal di semua fasilitas pemeriksaan dengan mutu yang baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya (Departemen Kesehatan RI, 1995).
Cakupan K1 di Indonesia pada tahun 2007 adalah 83% dari target 100% dan cakupan K4 adalah 65,90% dari target 95%. Cakupan K4 di Jawa Barat pada tahun 2006 sebesar 76.64%, sedangkan pada tahun 2007 cakupan K4 di Jawa Barat sebesar 77,34%. Angka ini jauh sekali dengan provinsi Bangka Belitung pada Tahun 2007 mencapai 93.31%.
Cakupan K4 di Kabupaten ........... tahun 2011 sebesar 12,53% denga target cakupan adalah 95% dan cakupan K1 sebesar 19,585 (87,42%) dari jumlah ibu hamil sebesar 22,403. Sementara cakupan K4 di Puskesmas ........... pada tahun 2011 sebesar 204 (45,43%).
Berdasarkan data tersebut maka cakupan K4 di Puskesmas ........... pada tahun 2011 belum mencapai target. Cakupan K4 merupakan persentase ibu hamil di suatu wilayah, dalam kurun waktu tertentu,yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan tingginya cakupan K4 di Puskesmas diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Dalam upaya pencapaian cakupan K4 tersebut diperlukan petugas atau bidan, sarana, dan pelayanan antenatal yang berkualitas (Peranginangin, 2005).
Efektifitas pelayanan antenatal tidak hanya diukur berdasarkan dari keberhasilan cakupan K4 saja tetapi perlu keteraturan dalam melakukan kunjungan, agar informasi yang penting bagi ibu hamil dapat tersampaikan.
Berdasarkan paparan tersebut maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya cakupan K4 di UPTD Puskesmas ........... Kecamatan ........... Kabupaten ........... Tahun 2011”. 

1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalahnya adalah             belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya cakupan K4 di UPTD Puskesmas ........... Kecamatan ........... Kabupaten ........... Tahun 2011”. Sehingga pertanyaan peneliti adalah “Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan rendahnya cakupan K4 di UPTD Puskesmas ........... Kecamatan ........... Kabupaten ........... Tahun 2011?”

1.3    Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini meliputi faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan K4 di wilayah kerja UPTD Puskesmas ........... Kecamatan ........... Kabupaten ........... tahun 2011. Penelitian ini terdiri dari dua variabel penelitian yaitu variabel bebas (pendidikan, pendapatan dan jarak) dan variabel terikatnya (kunjungan K4).  Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja UPTD Puskesmas ........... Kabupaten ........... dan waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 8 Februari-7 April 2010. Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dengan cross sectional.

1.4    Tujuan Penelitian
1.4.1    Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya cakupan K4 di UPTD Puskesmas ........... Kecamatan ........... Kabupaten ........... Tahun 2011.
1.4.2    Tujuan Khusus
1.4.2.1        Diketahuinya gambaran cakupan K4 di UPTD Puskesmas ........... Kecamatan ........... Kabupaten ........... Tahun 2011 berdasarkan pendidikan, pendapatan dan jarak responden.
1.4.2.2    Diketahuinya hubungan pendidikan ibu dengan rendahnya cakupan K4 di UPTD Puskesmas ........... Kecamatan ........... Kabupaten ........... Tahun 2011.
1.4.2.2    Diketahuinya hubungan pendapatan ibu dengan rendahnya cakupan K4 UPTD Puskesmas ........... Kecamatan ........... Kabupaten ........... Tahun 2011.
1.4.2.3    Diketahuinya hubungan jarak dengan rendahnya cakupan K4 di UPTD Puskesmas ........... Kecamatan ........... Kabupaten ........... Tahun 2011.

1.5    Manfaat Penelitian
1.5.1    Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak khususnya mengenai kunjunagan K4.
1.5.2    Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak khususnya kunjungan K4.
1.5.3    Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai informasi, perbandingan, serta referensi bagi peneliti selanjutnya.
1.5.4    Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi peneliti selanjutnya.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.180

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
Dapatkan Artikel Selengkapnya - Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Rendahnya Cakupan K4